38. Ucapan Nadin

2.2K 366 224
                                    

Ona natap tangannya yang masih digenggam oleh Zidan, ia melepasnya perlahan dan menatap lelaki itu yang terlihat kelelahan.

"Makasih udah nolongin, gua pulang dulu." Ona sangat berterimakasih dia bisa terhindar dari lelaki yang katanya playboy super di Semasa. Zidan langsung nahan pergelangan tangan Ona.

"Pulang sama siapa?" Ona ngelirik Maurin yang berada dipelukan pacarnya sambil menahan emosi yang tadi lepas kendali. Dia bingung harus jawab apa, sahabatnya malah uwu-uwuan.

"Lu dateng na? kesini, buat nonton gua?" Tanya Zidan senang karena gadis ini datang untuk melihatnya bertanding.

"Gua kesini buat liat adek gua. Langit," balas Ona, senyum Zidan langsung luntur. Sial dia kepedean, tapi dia yakin pasti Ona juga kesini buat dukung dirinya!

"Pulang bareng gua ya? Maurin sama Theo tuh, lu gaada yang anter kan?" Tanyanya. Ona sempat bingung, supir Maurin juga sudah pulang, mau naik angkot juga lumayan jauh ke depannya.

"Emm.." Baru Ona mau mengangguk dan mengiyakan ajakan Zidan tiba-tiba Nadin muncul dan langsung meraih tangan Zidan.

"Dan suruh kumpul."

Zidan melepaskan tangan Nadin pelan yang dengan lancangnya memegang tangannya mesra. "Gua anter Ona dulu Nad."

Nadin natap Ona sinis tapi langsung merubah mimik wajahnya jadi tersenyum. "Tapi kita harus kumpul dulu," ucapnya sambil tersenyum manis.

Ona yang menyadari dirinya mengganggu langsung mundur dan pamit pulang duluan. "Gua pulang sendiri aja, makasih tawarannya."

"Gak. Lu tetep gua anter."

"Dan jangan egois! Liat tim kita udah nunggu!" ucapnya ngegas. Lagi-lagi Nadin narik tangan Zidan dan sedikit menyeret lelaki itu, Ona langsung berjalan cepat keluar lapangan. Biar dia cari angkot didepan aja.

"Pulang duluan."

"Na!" Panggil Maurin dan mengejar sahabatnya, tapi saat keluar pintu...Ona menghilang. Dia kemana?!

***

"Lepas!" Bentak Ona saat tiba-tiba tangannya ditarik oleh Maikel ketempat yang lebih sepi, tentu dia takut setengah mati, apalagi lelaki ini tenaganya kuat bukan main.

Maikel mendorong Ona ketembok dan ia menahan kedua tangannya disisi kiri dan kanan kepala gadis itu, mengurung dengan tubuh besarnya.

"Oh tadi katanya ceweknya Zidan, tapi udah ditinggalin aja," ucapnya sambil menyeringai, jujur Ona takut pake banget. Udah kaya difilm-film, tapi ini versi lebih nyata nya.

"Ya kan dia ada urusan disana, apa urusannya sama lu?!" Balas Ona sengit. Mukanya udah diserem-seremin padahal dalem hati udah mau ngompol.

"Urusan sama Nadin maksudnya? Aduh dia itu deket banget sama Zidan dari kapan tau, mending Lo mundur dan sama gua aja. Gimana?" Tawarnya dan mencoba menangkup pipi Ona.

Gadis itu langsung menepisnya, tangannya sedikit gemetar sekarang. Andai dia punya kekuatan sihir, pengen banget langsung ilang dan pulang kerumah.

"Gua jelek! Mending lu cari yang lebih cantik."

"Dari awal lo duduk aja, lu langsung nyuri perhatian gua. Lo menarik bocil," gumamnya, tentu Ona mendengar itu dengan jelas.

"Bagi nomor Lo," pintanya dan langsung digelengi oleh Ona, dia tidak mau!

"Kalau gitu username IG."

Ona mendorong dada lelaki itu supaya bisa lepas tapi dia tidak bergerak sama sekali. "Cari sendiri."

OTOT VS LEMAK [SELESAI]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang