Double up!
Btw yang diem-diem cool suka menghanyutkan biasanya. Menghanyutkan hatiku contohnya.
***
Setelah membuat panik mama Airin kini lelaki berbadan kekar itu tidur sambil memeluk boneka Nono. Tangannya sudah diobati dan diperban tadi oleh mamanya.
Mama Airin menyapu serpihan kaca yang bisa melukai kaki, juga membereskan kamar anaknya yang sangat kacau. Setelah sekian lama, dia baru melihat anaknya menangis meraung-raung seperti tadi lagi. Sebelumnya Zidan tidak pernah begitu sejak masuk SMA, terakhir saat Kila lahir, dua atau tiga SMP dia masih menangis seperti itu karena cemburu.
"Dasar anak bandel, udah mama bilang, jangan warisi sifat papamu nak," ucap mama Airin pelan sambil mengelus kepala anaknya.
***
Baru ingin pergi kesekolah sedikit siang, Nadin malah sudah menelepon Zidan pagi-pagi minta dijemput. Dia mau menolak tadinya, tapi mendengar suara perempuan itu yang sedang berbisik-bisik, bahkan sedikit gemetar akhirnya Zidan mengiyakan saja.
Setelah perbannya di ganti oleh mama Airin, Zidan langsung pamit berangkat. Mama Airin sempat bertanya kenapa gak berangkat bareng Ona, dan lelaki itu langsung menjawab jika mereka sedang bertengkar, dan perempuan itu tidak ingin bertemu dengannya.
Padahal Ona ingin sekali Zidan menghampiri nya kerumah, tapi lelaki itu malah menyimpulkan sendiri apa yang ada diotaknya.
Baru sampai rumah Nadin, perempuan itu jalan mengendap-endap dan langsung menangis diatas motor Zidan.
Dia bercerita sepanjang jalan jika dirinya dikatai anak tidak berguna oleh ayahnya. Dia pembawa sial karena membuat ibunya mati dan bahkan hampir diusir hanya karena menjatuhkan balur untuk luka ayahnya hingga pecah.
"Zidan, mau peluk sebentar aja," ucapnya dan langsung memeluk Zidan dari belakang. Lelaki itu hanya mendengarkan tanpa menyahut. Dia hanya fokus menyetir. Sepert ini lah kadang Nadin suka bercerita, menceritakan hal yang membuat Zidan menjadi iba.
Karena hari ini tidak boleh parkir di dalam sekolah, Zidan memarkirkan motornya disebelah sekolah, dimana yang lain juga parkir disitu. "Udah Nad peluknya."
Zidan segera menyingkirkan tangan Nadin dari pinggangnya. Diizinin peluk, kok malah keenakan dia nya.
sudah turun Nadin malah menggandeng tangan Zidan erat dan menarik-narik tangannya. "Ayo buruan Dan."
Tapi Zidan malah tetap diam saat melihat Ona yang berada dihadapannya. Menatap gadis itu lurus, entah mengapa rasa kesal dan kecewa itu hadir lagi. Dengan cepat Zidan berjalan mendahului Ona tanpa menyahuti Nadin yang terus saja mengoceh. Dijalan tadi melow, sampai sekolah malah seperti tidak terjadi apapun
Ona yang kesal melihat pacarnya digandeng perempuan lain langsung menerobos mereka hingga tidak berdempetan.
"Ups, sorry." Ona berucap datar sambil menatap Zidan yang kini menahan rasa sakit karena tangannya yang diperban tersengol kencang.
"GILANG!" Ona langsung lari kearah lelaki itu tanpa menghiraukan Zidan yang sudah meringis.
tanpa sadar Zidan malah mengepalkan tangan yang luka hingga akhirnya dia malah mengaduh kesakitan sendiri. Perih.
"Shhh.. Anjing," umpatnya.
Nadin yang hampir jatuh ke got langsung menghampiri Zidan, memegang tangannya yang diperban. "Loh tangan lu kenapa? Kok diperban gini?" tanya Nadin khawatir.
"Ck, luka," jawabnya singkat dan langsung masuk kedalam sekolah. Nadin hanya mengikuti sambil berlari kecil karena langkah Zidan sangat besar dan ia tertinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
OTOT VS LEMAK [SELESAI]✓
FanficRiona itu suka rebahan dan makan sedangkan Zidan suka olahraga, sangat bertolak belakang. Tapi apakah rumah yang dekat, menjadikan mereka juga semakin dekat(?) Hubungan mereka semakin dekat sejak Bunda yang menyuruh Ona olahraga ditemani Zidan setia...