"Pulang sama aku, Maurin!"
"Gamau!"
"Kamu ngapain marah-marah sama aku terus sih?!" kesal Theo saat melihat pacarnya terus marah-marah dan tidak mau didekati.
"Mikir aja sendiri."
"Ck, mau aku seret apa aku lempar masuk kedalam mobil?!" ucapan Theo terdengar mengancam. Tanpa basa basi Theo langsung menyeret Maurin masuk kedalam mobil jemputan mereka dan membawanya pulang.
"Theo!!!"
Sampai dirumah Maurin, Theo langsung masuk kedalam kamar gadis itu dan duduk diatas ranjang.
"Jelasin."
"Jelasin apaan?" tanya Maurin malas sambil bersidekap. Dia melempar tas nya tepat dimuka lelaki itu.
"Ga jelas lu," ucap Maurin kesal dan hendak pergi kekamar mandi untuk berganti pakaian.
"Gajelas gimana?" Tahan Theo. Lelaki itu mencegah Maurin pergi.
"Yang punya masalah itu Riona sama Zidan, kenapa kamu ikut-ikutan? Kenapa kita harus ikutan berantem juga Rin?" lanjut Theo.
"Karena Ona sahabat gua Te. Paham sampe sini?" Kesal Maurin. "Sahabat gua disakitin sama temen lu, dan lu malah belain dia! Setan lu!"
"Sahabat kamu tuh yang nyakitin temen aku! Jelas aku bela Zidan lah! Aku gak bakal belain sahabat kamu yang doyan selingkuh itu!"
Maurin mengepalkan tangannya emosi. "Ona gak mungkin selingkuh! Sinting ya lu bocah polos begitu dikatain doyan selingkuh!"
"Nyatanya emang begitu, polos tampang doang, aslinya licik juga."
Karena sangking geramnya, Maurin sudah melayangkan tangannya untuk menampar pipi Theo. Tapi dengan sigap lelaki itu menahannya.
"Apa? Gak terima? Berarti emang bener kan dia selingkuh? Kamu gausah ikut-ikutan Maurin!" sinis Theo.
"Dia itu gak suka deket sama cowok, gak mungkin dia bisa main cowok, disekolah aja nempel sama gua kaya perangko sampe dikira lesbi. Gausah fitnah deh Te! Punya bukti apa lu?!"
Theo tersenyum miring dan mendorong Maurin hingga terduduk ditepi ranjang. "Gua denger sendiri dari selingkuhan—"
"Siapa?!" Potong Maurin cepat. Dia menahan dada Theo agar tidak terlalu dekat, pacarnya ini memang sedikit cabul dan dia tidak mau dicabuli. Jadi harus waspada.
"Percaya kan?" Theo tersenyum miring.
"Gua harus tau siapa yang ngaku-ngaku jadi selingkuhan Ona, setan!"
"Gilang, temen sekelas kalian. Dia yang bilang sendiri dan kasih bukti didepan aku sama Zidan pas kamu bikin ribut dikelas aku. Kurang apa lagi? Semua udah cukup jelas."
"Kurang waras otak lu, anjing!" Maurin menendang tulang kering Theo dan langsung berdiri saat lelaki itu mengaduh kesakitan.
"Gak ada ya Ona ada main belakang sama Gilang. Yang ada temen lu tuh terang-terangan deket sama Nadin. Lu kira Ona gak sakit hati? Gak jengkel? Gua yang liat aja kesel pengen nabok. Lu buta sampe gak bisa liat siapa yang tersakiti disini?"
"Tapi emang nyatanya sahabat kamu yang mulai masalah duluan, Zidan bilang Ona gak mau ngakuin kalo mereka pacaran disekolah, pasti karena dia punya hubungan sama si Gilang dan gak mau ketauan juga punya hubungan sama dua cowok. Jadi Zidan mau deket sama Nadin atau sama cewek lain ya terserah lah, kan Ona duluan yang deket sama cowok lain juga."
"Sinting ya lu! Punya otak itu dipake Theo!"
"Punya mulut itu dijaga Maurin!" balas Theo ikut menaikkan nada bicaranya. Maurin terkekeh pelan. "Apa sekarang lu mau ikut-ikutan Nadin? Bilang gua kaya orang gak berpendidikkan?" Maurin menjeda sebentar ucapannya dan menatap tajam Theo. Jujur saja kata-kata Nadin waktu itu mengusiknya, dia memang kasar tapi itu semua ajaran Theo. Enak aja ngatain Maurin doang.
KAMU SEDANG MEMBACA
OTOT VS LEMAK [SELESAI]✓
FanfictionRiona itu suka rebahan dan makan sedangkan Zidan suka olahraga, sangat bertolak belakang. Tapi apakah rumah yang dekat, menjadikan mereka juga semakin dekat(?) Hubungan mereka semakin dekat sejak Bunda yang menyuruh Ona olahraga ditemani Zidan setia...