Emm.. gue mau ngomong sesuatu sama kalian... sebenernya...
Gue manusia. Muehehehe:vvvvvv
***
"Kita harus kerumah sakit sekarang," ucap Theo panik. "Kita gak bisa diem aja Rin."
Setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tentu Theo panik. Dia juga turut terlibat disini, memprovokasi.
Terlebih Maurin bilang, Ona sempat mengirimnya pesan bahwa dia sudah putus dengan Zidan. Lebih tepatnya gadis itu yang memutuskan secara sepihak.
"Tadi aja mulut lu lemes bener, sekarang kek cacing kepanasan. Gua gibeng juga nih!" Kesal Maurin tapi tetap ikut berlari keluar rumah, hari sudah mulai gelap ternyata.
Sampai dirumah sakit, mereka langsung menemukan Zidan yang sedang duduk termenung sambil melamun.
"Zidan!" Teriak Maurin kencang, bahkan dia lupa sekarang ada dimana. Lelaki yang dipanggil namanya menoleh dan kemudian menunduk lagi.
"Riona gak selingkuh," jelas Theo.
"Gua udah gak peduli dia mau selingkuh atau nggak. Gua maunya dia maafin gua." Zidan berucap pelan namun tetap terdengar oleh Theo dan Maurin. Dia bahkan seperti sudah kehilangan gairah hidup, lesu dan terlihat menyedihkan(?)
"Ona dimana?" tanya Maurin.
"Dia udah pulang tadi," gumam Zidan. Dia bahkan tadi benar-benar bersembunyi saat Ona keluar kamar inap. Dia benar-benar takut jika gadis itu tidak mau melihat wajahnya lagi.
"Hah? Kok udah pulang?"
Zidan hanya diam, membuat dua sejoli itu saling menatap bingung. "Lu beneran putus?" tanya Theo hati-hati.
Zidan tersenyum miris. "Dia mutusin gua. Dia kecewa karena gua lebih mentingin Nadin." Dia sempat menjeda sebentar ucapannya.
"Gua... Bingung," lanjutnya.
"Kita kerumah Ona sekarang," putus Theo. Maurin mengangguk menyetujui.
"Tapi Nadin lagi operasi," ucap Zidan. Jika dia bisa, ingin sekali menyeret ayah gadis itu agar menunggu anaknya. Agar Zidan tidak perlu repot dan merasa tidak enak seperti ini.
Maurin menarik tangan Zidan agar berdiri. "Nadin ga penting sekarang. Dia bakal dijagain dokter dan suster."
"Gausah sekasian itu sama Nadin. Dia gak selemah yang lu pikirin," lanjut Maurin memberitahu.
***
Sementara Ona sudah tiduran dikamar, memeluk guling dan menangis. Entahlah dua tidak pernah bosan untuk menangis. Menangis itu sehat, kan?
Tidak ada waktu untuk menangis. Itulah kata yang harus nya keluar dari mulut Ona, tapi dia sedang tidak ada kerjaan dan punya banyak waktu untuk menangis.
"Harusnya gua gak pacaran gak siii?" tanya Ona pada dirinya sendiri. Kalau dia tidak memiliki hubungan dengan Zidan, setidaknya rasa sakit ini tidak akan sesakit sekarang.
"Menyesal oh Dewa! Mau jadi beruang terus hibernasi setahun aja!" ucap Ona masih sesunggukan.
"Udah si, jangan nangis bodoh!" Ona memukul kepalanya sendiri kesal. Mau berhenti menangis tapi tidak bisa.
Tok tok tok
Hening. Ona langsung berhenti menangis dan menghapus jejak air matanya. Jujur saja dia suka malu kalau ketahuan menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
OTOT VS LEMAK [SELESAI]✓
FanfictionRiona itu suka rebahan dan makan sedangkan Zidan suka olahraga, sangat bertolak belakang. Tapi apakah rumah yang dekat, menjadikan mereka juga semakin dekat(?) Hubungan mereka semakin dekat sejak Bunda yang menyuruh Ona olahraga ditemani Zidan setia...