"Na are you okay?" Zidan maju ke depan aku dan mau nyentuh kepala aku. Tapi langsung ku tepis.
"mau apa?" Tanyaku langsung, dia natap aku dengan wajah yang gabisa aku jelasin, tapi yang bisa aku liat ada raut khawatir disana.
"Tunggu disini, jangan kunci pintunya," ucapnya abis itu langsung lari kebawah. Walau dia bilang jangan kunci pintunya aku tetep konciin. Bodo amat.
Aku duduk diatas kasur sambil bengong. Laper. Perut aku agak sakit, kayak ditusuk-tusuk. Eh, tapi aku gapernah ditusuk si, perumpamaan aja.
Tapi lama-lama makin sakit dan bikin aku guling-guling diatas kasur, aku juga ngerasa mual dan mau muntah.
Tok tok tok
"Na kok dikunci?!" Terdengar suara Zidan dari balik pintu, aku tadinya mau ngurung diri dikamar aja tapi malah mau muntah dan sakit perut. Aku takut mati dan gaada yang nolongin jadi mutusin buat buka pintunya abis itu langsung lari kekamar mandi.
"Oekkk..." Aku kekamar mandi karena eneg banget tapi yang keluar air doang bukan muntah. Zidan yang pegang sepiring nasi langsung naruh diatas meja rias dan samperin aku.
"Na lu kenapa?" Dia pijitin tengkuk aku dan pegangin rambut supaya ga kedepan.
Terdengar suara grasak-grusuk dari belakang. "Kak lu kenapa?" Teriak Langit.
"Anjim lu hamil?" Hebohnya pas liat aku masih muntah-muntah-muntah air doang.
"Lang ambilin minyak telon Lang!" titah Zidan. Entah dia Nemu dimana tapi minyak telon itu udah disodorin kedepan idung aku sama Zidan.
Setelah mendingan aku malah terduduk dilantai depan pintu kamar mandi karena ga seimbang buat berdiri.
Zidan langsung ngangkat aku dan didudukin di atas kasur. "Kayaknya asam lambungnya naik," gumam Zidan.
"Lu belum makan dari kemarin?" Tanya Zidan sambil olesin minyak telon keleher aku. Aku cuma geleng.
"Iya bang dia gamau makan dari kemaren malem, gatau gunanya apaan kali. Biasa makan 2 piring juga, belagak gamau makan."
"Lang." Zidan memperingati, dan Langit langsung menutup mulut nya.
"Makan ya?" Dia nyodorin sesendok nasi goreng kehadapan aku tapi mulutku gamau kebuka.
"Dikit aja, tadi Langit bilang lu punya magh tapi belum makan."
"Makan kak, apa gua telepon bunda aja biar lu diomelin?" ancam Langit. Aku langsung natap dia melas, nanti yang ada bunda malah langsung pulang dan aku juga pasti diomelin sama ayah. Mana mereka pasti sibuk disana.
Akhirnya aku buka mulut dan makan nasi goreng nya disuapin Zidan. "Tadi katanya ada ayam mekdi, kok malah nasi goreng?" tanyaku sambil natap Langit.
"Haha gua bo'ong doang, yuk silahkan dilanjut cuap-cuap nya," ucap Langit abis itu langsung ngibrit kebawah.
Sampe suapan ketiga aku udah gamau makan, rasanya gaenak dimulut aku. Hambar.
"Makan lagi Ona," titah Zidan tapi aku cuma geleng-geleng karena udah gamau. "Udah," ucapku lirih.
Zidan naruh piringnya disebelah aku dan nangkup pipi aku yang udah segede bakpao.
"Kenapa lu jadi gamau makan? Biasanya nafsu banget, ada yang bikin lu ga nyaman? Hmm?"
Aku cuma diem dan nunduk, tapi gak lama aku minga minum karena haus, "minum."
"Jawab gua dulu Riona, lu marah sama gua sampe ga mau makan? Tadi pagi diajakin olahraga belum bangun, udah siang belum makan, lu punya magh na, penyakit lambung, sekarang gua khawatir tau ga?" omelnya dan bikin aku mau nangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
OTOT VS LEMAK [SELESAI]✓
FanfictionRiona itu suka rebahan dan makan sedangkan Zidan suka olahraga, sangat bertolak belakang. Tapi apakah rumah yang dekat, menjadikan mereka juga semakin dekat(?) Hubungan mereka semakin dekat sejak Bunda yang menyuruh Ona olahraga ditemani Zidan setia...