Kini Gilang sudah masuk kedalam UKS seperti orang gila. Mencari pertolongan untuk Riona. "Anak OSIS mana!? Guru?!"
Didalam hanya ada dua anak OSIS, Zidan dan Nadin yang masih merintih kesakitan. Bahkan lelaki itu panik sedari tadi melihat keadaan Nadin yang terlihat sangat kesakitan, padahal sudah diberi teh manis dan sudah diolesi minyak kayu putih.
Tapi pandangannya kini teralihkan pada Ona yang berada dalam dekapan Gilang dengan hidung juga baju yang berlumuran darah. Matanya melotot kaget, ia kira tadi Ona hanya pingsan.
Baru hendak berdiri dan mengambil alih Ona, tapi tangannya kembali dicekal oleh Nadin. "Zi-zidan.. gua ga kuat," rintihnya kesakitan, bahkan air matanya sudah luruh.
"Woi anjing lu pada, guru mana!?" Kesal Gilang. Dengan terburu ia meletakan Ona keranjang dengan hati-hati, hidungnya tak berhenti mengeluarkan darah membuatnya sangat panik, terlebih dia tidak sadarkan diri sekarang.
Tak lama ada pak Yogi datang bersama bu Tata. Mereka terlihat sangat panik. Dengan bingung Gilang menyeka darah Ona dengan tissu, bahkan mimisan itu sangat deras.
"Pak bawa ke rumah sakit aja," usul bu Tata melihat Ona yang sangat memprihatikan. Dengan sigap pak Yogi mengambil mobil pribadinya diparkiran depan.
Zidan yang masih tertahan berusaha melepaskan sebentar cekalan Nadin untuk melihat Ona tapi yang ada sekarang malah Nadin yang mulai memejamkan mata dan pingsan.
"Gua.. ga kuat."
"Nad! Nad!!" Panggil Zidan sambil menepuk-nepuk pipi Nadin pelan, tapi dia benar-benar pingsan. Panik Zidan bertambah sekarang, ada dua perempuan yang pingsan dihadapannya.
Zidan langsung membopong Nadin dan dimasukan terlebih dahulu kedalam mobil pak Yogi. "Pak dia pingsan!"
"Tapi yang didalam—"
"Shit!" umpat Gilang emosi dan langsung membopong Ona, lebih baik dia minta tolong pada yang lain.
"Naik mobil ibu!" Ucap Bu Tata cepat dan menyuruh Gilang mengikutinya. "Ini ada yang pendarahan dan lebih gawat!"
Tanpa mau memusingkan, Zidan meminta tolong pada pak Yogi untuk segera membawa Nadin dulu. Mereka berdua sama-sama sakit, tidak ada yang berbeda disini.
***
"TOLONG UGD!" Teriak Gilang tak sabaran. Darahnya masih tak berhenti mengalir, membuatnya takut. Sangat. Perjalanan bahkan menempuh waktu 10 menit dan hidungnya masih mengeluarkan darah, padahal tadi Gilang sudah menyumpalnya dengan tissu.
Setelah Ona dibawa masuk, mereka tidak ada yang boleh masuk. Zidan yang datang pertama pun hanya bisa duduk termenung dikursi tunggu.
Gilang langsung menelepon Maurin dan memberi tahu alamat rumah sakitnya. Ia juga meminta tolong agar memberitahukan kepada orang tua atau adiknya Ona.
Dengan emosi Gilang menarik baju Zidan yang tengah duduk. "Lo cowok brengsek!"
"Maksud Lo!?" Kesal Zidan tak mau kalah ikut menarik kaos Gilang juga. "Pacar Lo pendarahan dan lebih milih nolong cewek lain, idiot apa gila?!"
"Anjing! Semua gara-gara Lo duluan! Semua jadi ancur!" Geram Zidan yang bersiap meninju wajah Gilang namun langsung dihentikan oleh pak Yogi dan bu Tata.
"Ini rumah sakit! Kenapa kalian jadi bertengkar?!"
Dengan kasar pak Yogi memisahkan mereka hingga mereka berjauhan. "Jangan buat ribut," peringat pak Yogi pada Zidan. Sementara Gilang sudah ditenangkan oleh bu Tata di ujung sana.
Tak lama dokter keluar dari ruang UGD memanggil seseorang. "Pasien atas nama Nadin? Keluarga nya ada?"
Pak Yogi langsung maju selaku yang paling tua. "Dia murid disekolah kami dok, apa ada masalah serius?"
KAMU SEDANG MEMBACA
OTOT VS LEMAK [SELESAI]✓
FanfictionRiona itu suka rebahan dan makan sedangkan Zidan suka olahraga, sangat bertolak belakang. Tapi apakah rumah yang dekat, menjadikan mereka juga semakin dekat(?) Hubungan mereka semakin dekat sejak Bunda yang menyuruh Ona olahraga ditemani Zidan setia...