49. Benar-benar sial

1.9K 337 64
                                    

Udah baca part 48 kan? Lanjutannya nih

***

"Apa-apa!?" Heboh Maurin, karena memang ia maupun Theo tidak tahu sama sekali jika Ona memiliki hubungan dengan Zidan.

"Na serius!? Kapal Ondan gua berlayar!"

Ona tentu langsung menggeleng, dan menatap Gilang sambil berusaha bilang agar itu tidak benar. Disini ramai dan beberapa orang ada yang sampai menoleh karena mendengar teriakan Maurin.

"Kapal Ondan?" tanya Gilang bingung. Bahasa apa itu?

"Iya kapalnya ada dua, Ondan sama Olang, Ona Zidan sama Ona gil—" sebelum Maurin menyelesaikan kalimatnya, Ona langsung membekap mulut sahabatnya itu.

"Maurin! Jangan dengerin Lang, kapan gua pacaran sama Zidan coba."

Ona menyenggol bahu Gilang lumayan kencang setelah melepas mulut sahabatnya, ia menatap Gilang melas, seakan mencoba bilang 'jangan dibahas'.

"Eh tadi gua asal nyeletuk doang kok," ucap Gilang akhirnya.

Ona tidak masalah jika Maurin tau, tapi masalahnya itu ada di mulut sahabatnya yang gak bisa diajak kompromi.

Maurin menghela nafas malas, dia yang sedari tadi tengah bermain get rich kembali melakukan aktivitas nya.

Bikin kaget aja. Ona langsung mendekat kearah Gilang dan berbisik. "lu liat chat gua ya?" Lelaki itu mengangguk sambil tersenyum tipis, sudah ia duga dia akan kalah cepat dari Zidan.

"Jangan berisik ya, sampe besok aja," bisik Ona lagi dan langsung diangguki oleh Gilang. Jujur Ona jadi ngerasa gaenak sama Gilang, dia udah tau dan malah disuruh nutupin. Mana tadi sempet Ona pelototin, aduh.

"Gua gaakan berisik kok, mau jajan?" tawarnya.

Ona sempat berfikir, gilirannya nanti masih lama juga. "Yaudah ayo deh." Ona berdiri dan mengajak Maurin juga Ayu untuk kekantin. Tapi mereka bilang duluan aja soalnya lagi Mabar get rich. Gamau diganggu dulu.

Ona dan Gilang jalan bersebelahan menuju kantin. Ona beberapa kali membenarkan celananya karena melorot dipakai naruh hape.

"Yang kapal-kapal tadi jangan dianggap serius ya Lang, Maurin emang rada gila anaknya," celetuk Ona memecah keheningan. Gilang terkekeh pelan.

"Gapapa. Gua agak kaget sih pas tau lu udah pacaran sama Zidan. Tapi kenapa ditutupin?"

Ona sempat menoleh kesekeliling takut ada orang, tapi ternyata lorong ini sepi. "Ah gapapa, gua takut aja kalo orang-orang tau gua pacaran sama dia. Banyak yang ga setuju gua deket sama dia, ga cocok katanya, dan gua anaknya cengeng, lemah banget sama kata-kata orang lain," ucap Ona sambil tersenyum tipis.

"Oh." Hanya balasan itu yang terlontar dari mulut Gilang.

Mereka tidak menyadari jika sedari tadi Zidan sudah memperhatikan Ona dari lantai atas sejak mengirim chat tadi, dan sekarang dia sudah mengikuti mereka kekantin dari kejauhan.

Dikantin Ona cuma jajan basreng doang, padahal pengen jajan banyak, tapi takut perutnya nanti sakit, belum lari soalnya. Bau bakso sangat menggoda padahal, apalagi bau Indomie juga gorengan yang terlihat lezat berjejer dikantin. Ayolah Ona mau kalap liat makanan.

"Balik lagi aja yuk, gua jadi laper," ujar Ona sambil membenarkan ikat rambutnya juga mata yang tak berhenti melihat makanan. Sedari tadi Ona menguncir tinggi rambut yang biasa ia gerai, karena praktek olahraga akan membuat rambutnya lepek dan kusut jika tidak diikat.

Gilang hanya tertawa pelan dan menarik tangan Ona agar keluar dari area kantin, bahkan dia tidak ada niatan melepas genggaman itu sampai lapangan. Dan yang digenggam pun tidak sadar karena masih terpikirkan makanan dikantin.

OTOT VS LEMAK [SELESAI]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang