"Mereka tuh saling suka, cuma pada bego aja." -Langit
***
"WOI! LU PADA NGAPAIN?!" Teriak Langit mengelegar.
Zidan yang kaget langsung melepas tautan bibirnya, mereka sempat saling melumat karena Zidan yang memulai nya, hampir aja dia bablas dan dorong Ona ke ranjang. Bagaimana ia tidak menyambar bibir gadis itu saat melihat Ona bicara dengan imut dan menggemaskan dengan jarak sedekat itu, ditambah dengan tatapan dari mata bulatnya yang berbinar. Ona suka sama Zidan. Arghhh lelaki itu mau gila rasanya.
Sementara gadis itu yang seakan baru sadar langsung refleks menampol muka Zidan. Ia kaget sekaligus kesal.
Plak
"Aw sakit sayang," ucap Zidan sambil memegang pipinya kesakitan. Jujur kata sayang itu refleks keluar dari mulutnya.
"Sayang?!" Kesal Ona. Gadis itu seperti dihipnotis tadi oleh tatapan Zidan hingga tak sadar dengan apa yang ia lakukan beberapa saat yang lalu. Ciuman? Serius?
"Zidan! Tadi kita.... Ciuman?" Tanya Ona tidak percaya, ia bahkan berbisik saat menyebutkan kata ciuman seakan takut terdengar oleh semua orang. Padahal dikamar hanya ada mereka berdua.
Dan Tomang dipojokan.
Zidan yang awalnya berjongkok didepan Ona kini berdiri dan menarik tangan gadis itu untuk ikut berdiri.
"Maaf gua-- khilaf," balasnya pelan dan mengusap wajahnya kasar. Sementara Ona sudah ketar ketir takut ketahuan telah melakukan hal seperti itu. Apalagi mengingat kejadian tempo lalu saat ia ketahuan menonton film nevertheles oleh bundanya dan diancam akan dibotaki jika praktek itu.
"Zidan, gua takut ketahuan bunda, takut dibotakin," ucap Ona panik. "Gamau botak!"
BRAK BRAK BRAK
Dengan bar-barnya Langit menggedor pintu, karena sedari tadi dia masih diluar kamar, pintunya dikunci dari dalam sehingga dia tidak bisa masuk.
"WOI TADI LU BERDUA BERANTEM TERIAK-TERIAKAN KAYA TARZAN, SEKARANG KOK HENING?!"
"BUKA PINTUNYA WOI! LUPADA NGAPAIN SIH?! PENGEN IKUTAN JUGA!"
Mereka berdua saling tatap dan menatap pintu secara bersamaan.
"Zidan gimana ini?! Pasti ketauan ya?" Ona mengoyangkan tangan Zidan panik, ia takut adiknya tahu dan pasti mulutnya ember. alamak rambut malangku!
"Tenang-tenang," ucap Zidan berusaha menenangkan gadis itu, ia yang tadinya ingin bercanda agar suasana tidak canggung malah ikutan panik gara-gara ulah Ona. Tapi memang mereka salah jadi panik.
"TAR DULU LANG ADA URUSAN NEGARA! LU MENDING TURUN DULU!" sahut Zidan.
"HAH APA? ITUMAH URUSAN PAK JOKOWI! BURUAN GUA UDAH DENGER YA!"
"Tuh kan Dan, lu sih maen nyosor aja," bisik Ona kesal. "Jeh, lu juga ga nolak, kok gua doang yang disalahin sih?" jawab Zidan dengan bisikan juga.
"ASTAGFIRULLAH LAMA PISAN!"
(Astagfirullah lama banget!)Zidan langsung berjalan kearah pintu dan membukanya. Terpampang wajah Langit yang sedang menatapnya sambil tersenyum lebar dan bersidekap dada.
"Lu denger sampe mana?" tanya Zidan, bukannya menjawab Langit malah langsung menerobos masuk.
Adik dari Riona itu ingin meledak kakaknya, dia berdiri disamping Ona dan memasang wajah menyebalkan.
"Gua denger sampe...Zidan suka sama Riona. Abis itu hening, gaada suara. Kalian ngapain?" tanya Langit penasaran, pasalnya saat mendengar keributan dilantai atas Langit langsung lari keatas. Untuk menguping.
KAMU SEDANG MEMBACA
OTOT VS LEMAK [SELESAI]✓
FanfictionRiona itu suka rebahan dan makan sedangkan Zidan suka olahraga, sangat bertolak belakang. Tapi apakah rumah yang dekat, menjadikan mereka juga semakin dekat(?) Hubungan mereka semakin dekat sejak Bunda yang menyuruh Ona olahraga ditemani Zidan setia...