L U K A || CHAPTER 02

7.9K 975 36
                                    

Assalamualaikum.

Cuma mau bilang, setelah baca VOTE dan KOMEN dungs...

!🚫 Dilarang menyebutkan tokoh yang tidak ada di cerita ini, kecuali cerita Patih ama bapaknya 🚫!

! Hargai Tata, ya gengs!

Sekian terima uang...

Happy reading!!!

******

02. ANA?

"Lo itu susah di tebak. Mood juga selalu berubah-ubah. Heran gue bisa punya suami kayak lo."

~Mira

_______________________


Mira turun ke bawah dan menuju dapur untuk membuatkan Raka kopi. Kedatangan Mira membuat maid yang ada di dapur terkejut dan segera menunduk hormat.

"Ada yang nyonya butuhkan?" tanya salah satu maid di sana.

Mira mengangguk. "Iya, aku mau buat kopi."

"Biar saya saja, nyonya," ucapnya yang melihat Mira mengambil panci.

Mira tersenyum hangat kepada maid tersebut. "Gapapa, Bi. Tadi mas Raka yang minta aku dibuatin kopi."

Lidah Mira terasa kaku saat mengucap 'mas'. Mira berusaha untuk terlihat seperti istri pada umumnya.

Para maid mengangguk paham dan mulai meninggalkan dapur. Namun, hanya ada satu maid yang masih di sana. Maid yang termuda di Mansion. Sebut saja- Ana.

Wanita itu tidak suka dengan kehadiran Mira, lebih tepatnya membenci. Ana membenci perempuan manapun yang dekat dengan Raka, terutama Mira yang sudah berstatus istri Raka.

Ana mendekat ke samping Mira. Wanita itu memasang senyum palsunya. "Nyonya, sebaiknya anda memberi beberapa sendok gula, karena tuan Raka sangat suka dengan kopi yang manis," ucapnya.

Mira menoleh ke arah Ana yang tersenyum kepadanya. Ada sedikit rasa ketidaksukaannya pada Ana.

Bagaimana tidak? Ana mengenakan seragam maid yang sangat pendek dan memperlihatkan pahanya. Iya kalau pahanya mulus, lah itu paha jauh dari kata mulus. Burik iya.

Dan ingat! Mira bukan gadis bodoh yang mudah tertipu dengan mimik wajah seseorang. Gadis itu tahu jika Ana memasang fake smile.

Ana yang melihat Mira mengabaikannya mencoba untuk menahan emosi. "Anda mendengar saya, nyonya?"

Mira melirik sekilas. "Hm."

Saat Mira mengambil sendok, Ana segera menuang enam sendok gula dengan cepat. Setelahnya, wanita itu pergi dari dapur dengan senyum licik.

Selesai membuat kopi, Mira segera pergi ke ruangan Raka tanpa mengetuk pintu. Wangi maskulin menyambut indra penciumannya. Ia melihat Raka yang tengah fokus dengan tumpukan kertas.

Raka yang melihat Mira masih berdiri, menyuruhnya untuk mendekat. Mira mengangguk dan meletakkan cangkir yang berisi kopi itu di depan Raka.

Saat ingin pergi, secara tiba-tiba Raka menarik Mira sampai duduk di pangkuan Raka. Mira mengerjapkan matanya berulang-ulang yang membuat Raka gemas.

"Temani saya."

Mira hanya mengangguk pasrah. Karena menurutnya hampir semua ucapan Raka adalah perintah yang tak terbantahkan.

L U K A || Mira&RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang