L U K A || CHAPTER 15

6.3K 856 60
                                    

15. Bimbang

"Mencoba menahan walaupun sesak. Mencoba tuk pura-pura tak tau kalau orang yang kamu tunggu sudah kembali."

~ Mira

_____________________

Emma berjalan dengan angkuhnya ke dalam hotel. Ia memasuki kamar yang ia sewa bersama kekasih tercintanya.

"Bagaimana?"

Emma mengangkat kalung berlian di tangannya. "Berhasil."

Mereka berdua tertawa. Baron melihat-lihat kalung berlian itu, menimangnya bagaikan bayi yang sangat berharga.

"Ternyata Raka gampang di bodohi."

Emma mengangkat dagunya. "Of course. Udah aku bilang Raka itu akan tunduk dengan mudah denganku."

Yah, kalung berlian itu adalah pemberian dari Raka, mungkin lebih tepatnya Emma yang meminta. Raka yang memang sudah gila tentu saja menuruti keinginan Emma.

"Bagaimana nasib istrinya?"

Emma mengedikkan bahunya acuh. Ia sama sekali tak peduli bagaimana dengan Mira. Toh mereka kesini untuk menguras harta Raka, bukan untuk memperdulikan Mira.

"Biarkan saja. Dia tidak penting. Lagipula Raka terlihat tidak peduli."

Baron melumat bibir Emma. "Kekasihku sangat luar biasa," pujinya.

Pipi Emma langsung bersemu. Ia mendorong bahu Baron saat dirasa pria itu semakin agresif.

"Jangan sekarang."

"Kenapa?" Mata Baron menyayu.

"Nanti malam aku berkencan dengan seorang pejabat."

"Pejabat?"

Emma tersenyum miring. "Yah, pejabat yang mempunyai uang banyak."

Mereka saling bertatapan kemudian tertawa bersama, seakan-akan ucapan Emma tadi adalah lelucon.

°°°

Mira berdiri dengan gugup di depan pintu ruangan Raka. Ia sengaja datang ke kantor dengan membawa makan siang. Ia lakukan hal ini untuk pendekatan, siapa tahu Raka bisa mencintainya, walaupun terdengar mustahil.

Tok tok tok

"Masuk!"

Mira mencoba mengatur nafasnya. Lalu ia membuka pintu itu.

"Assalamualaikum."

Raka yang tengah sibuk dengan pekerjaannya terhenti. "Waalaikumsalam."

"Tumben kesini."

Mira menyengir, ia mengangkat paper bag yang ia bawa. "Tadi bikin makanan kebanyakan, yaudah sekalian gue bawa aja kesini."

Raka mengangguk paham. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya namun Mira menghalanginya.

"Udah adzan dhuhur, sholat aja dulu, terus makan siang, baru lanjutin."

"Iya."

Raka langsung mengambil wudhu sedangkan Mira membereskan dokumen-dokumen dan laptop Raka. Namun ia tak sengaja menyenggol foto seseorang.

Matanya membulat saat tahu foto siapa itu. Itu adalah fotonya waktu awal-awal SMA. Namun yang membuatnya terkejut setengah mati adalah. Ekhem, itu foto waktu dia tertidur mangap.

"Bener bener nih orang."

Cklek

"Ngapain kamu?"

Raka keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Sejenak Mira terpesona, tapi ia ingat dengan foto aibnya.

Mira menatap Raka sinis. Ia menunjukkan foto yang ia genggam. "Dapat foto gue yang ini dari mana?"

Raka memicingkan matanya. "Oh, itu saya minta sama Zi. Lagian salah gitu nyimpen foto aib istri sendiri."

Baru saja Mira ingin melempari Raka dengan barang, namun mengingat ia juga punya foto aib Raka bisa juga ia buat balas dendam.

Ia menunjukkan video Raka yang tidur dengan mengeluarkan bunyi ngok ngok.

Raka melotot. "Hapus gak?!"

"Gak mau." Mira menjulurkan lidahnya mengejek Raka.

Raka yang terlanjur kesal mencoba merebut ponsel Mira, melupakan jika dirinya sudah berwudhu.

Mira yang melihat tanda bahaya langsung saja lari. Alhasil terjadilah aksi kejar-kejaran antara suami-istri tersebut. Sampai Raka yang tersandung membuatnya jatuh menindih Mira. Untung saja mereka mendarat di sofa empuk.

"Hapus Mira."

Mira menyembunyikan ponselnya di belakang pinggangnya. "Gak mau."

Mereka saling bertatapan, jantung keduanya berdebar kencang.

Apalagi Raka. Ia merasakan sesuatu yang berbeda dari Mira dan Emma. Entah mengapa saat di dekat Mira jantungnya tak sampai berdebar kencang seperti ini. Ia merasa bahagia dan bisa berekspresi bebas jika bersama Mira.

Berbeda jika bersama Emma. Ia merasa jantungnya berdegup normal namun rasa bahagia mendominasi.

Tanpa mereka sadari, ada dua orang yang melihat aksi mereka dari pintu yang terbuka sedikit. Siapa lagi kalau bukan Andy dan Johan.

Andy datang ke kantor untuk membicarakan tentang kembalinya Emma. Namun melihat keromantisan antara anak dan menantunya ia urungkan.

"Kenapa kamu, Jo?" tanya Andy yang melihat Johan menggigit kukunya.

Dengan masih memvideokan keromantisan antara atasannya, Johan menjawab. "Saya gemes tuan besar, jadi pengen ngerasain romantis juga."

"Makanya cepet nikah sana, jangan kencan sama berkas terus."

Andy pergi meninggalkan Johan yang melongo. Hey, padahal yang membuatnya sibuk seperti ini adalah Andy dan Raka. Boro-boro mau cari jodoh, refreshing saja sangat sulit.

Hari libur pun terkadang Johan bekerja jadi mata-mata suruhan Andy.

"Nasib punya bos gini amat dah. Untung aja gaji gue besar, cukup buat modal nikah tapi jodohnya yang gak ada."

To be continued...

____________________

Pertama-tama, aku mau nanya, nih. Kalau Raka nantinya milih Emma kalian bakal tetap berharap endingnya Raka sama Mira?

Atau maunya Mira nikah sama Lintang atau yang lain?

Happy ending» Mira & Raka

Or

Mira Lintang

L U K A || Mira&RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang