19. Main Tangan
"Khilaf itu cuma sekali, bukan berkali-kali."
~ Mira
__________________________
"Kerjakan dengan benar."
Anna mengangguk. Saat ini dua hama tengah merencanakan sesuatu. Sesuatu yang membuat Raka marah kepada Mira.
Tepatnya, mereka akan memfitnah Mira.
Emma yang licik memandatkan Anna. Lagipula ia sudah tahu niat Anna mengajaknya bekerjasama. Wanita itu memang mempunyai tujuan yang sama, namun wanita itu ingin dirinya keluar dari Mension ini.
"Cepat!"
Dengan segera, Anna menyiram tangga dengan minyak, sedangkan Emma menuruni tangga.
Melihat Mira yang keluar dan akan turun kelantai bawah, Anna mulai berakting.
"Nyonya!"
"Iya?"
"Saya bisa minta tolong? Pegang ini, saya mau ngambil pel."
Tanpa curiga Mira mengangguk. Gadis itu memegang minyak yang diberikan Anna, sedangkan wanita itu turun kebawah berpura-pura mengambil pel.
Emma berjalan menaiki tangga kala melihat Raka yang baru saja datang. Ia memijak lantai yang terkena minyak. Wanita itu langsung terjatuh, membuat Raka dan Mira terkejut.
Raka menatap Mira penuh amarah, sedangkan yang ditatap hanya menampilkan wajah bingungnya.
Pria itu menaiki tangga dan...
Plak
Mira memegang pipinya yang terasa panas. Hatinya sakit saat pria yang ia cintai menamparnya.
Tak puas, Raka mencekik leher Mira, membuat gadis itu berteriak kesakitan. Para pekerja di Mension langsung berlari mendengar nyonya mereka yang berteriak kesakitan.
"Astagfirullah hal adzim..."
Bi Wati menutup mulutnya tak percaya. Tuannya mencekik Mira yang notabenenya adalah istri pria itu. Bukan hanya Bi Wati saja, namun semua pekerja di Mension Raka juga terkejut dengan aksi sang majikan.
Emma dan Anna tersenyum penuh kemenangan tanpa ada orang yang menyadari. Mereka tentu senang melihat perlakuan Raka yang seperti itu kepada Mira.
"Apa yang kamu lakukan? Kamu mau mencoba membunuh Emma, iya?"
Mira menggeleng dengan susah payah. Bernafas pun rasanya sangat sulit karena cekikan Raka yang kuat.
"Gue gak ngelakuin itu," ucap Mira dengan susah payah.
"Kalau begitu, kenapa kamu memang minyak. Jelas-jelas kamu menuangkan minyak ke lantai biar Emma jatuh."
Air mata Mira tak bisa dibendung lagi. Memangnya siapa yang tak sakit hati melihat orang yang dicintai lebih membela perempuan lain.
Dengan tanpa perasaan, Raka melepaskan cekikikannya, membuat kepala Mira terbentur pembatas tangga.
Raka membawa Emma ke rumah sakit karena kepala perempuan itu berdarah.
Bi Wati langsung membantu Mira. Dalam hatinya ia menyumpahi Raka. Raka lebih peduli dengan wanita ular daripada istrinya sendiri.
Ini pertama kalinya mereka melihat Raka bermain tangan kepada perempuan. Sekejam kejamnya Raka, mereka tak pernah melihat kejadian menyeramkan ini.
Sedangkan Anna merutuki Emma. Meskipun ia tidak ketahuan, namun Emma yang mendapat untung karena digendong Raka.
Jika saja karena bukan rencana demi menyingkirkan Mira, tidak akan sudi ia bekerja sama dengan wanita tak tahu malu seperti Emma.
°°°
Sudah dua bulan sikap Raka terhadap Mira semakin kasar. Raka yang sebelumnya tidak pernah bersikap seperti ini membuat Mira tak ada harapan. Harapan untuk pernikahannya.
Tamparan, bentakan, hampir setiap hari didapatkan Mira. Gadis itu memang berusaha terlihat baik-baik saja di depan orang, namun dalam hatinya ia ingin menangis keras.
Bahkan saat Keluarganya menelpon ia harus memakai make-up untuk menutupi memar di wajah dan badannya.
Raka bilang Emma menginap hanya beberapa hari saja. Tapi kenapa sampai dua bulan ini Emma tidak keluar?
Ting!
Kak Fatin
Mira, sekarang Zi mau lahiran.Mira menutup mulutnya, hampir saja ia berteriak. Ia menatap Raka yang tengah tertidur pulas, ingin membangunkan rasanya tidak tega. Lagipula sekarang ini masih jam satu dini hari.
"Bodo amat, dah."
Mira tak peduli jika Raka memarahinya. Yang penting sekarang ia ingin segera menjenguk Zi. Ingin melihat debay juga.
"Raka!"
"Oy!"
Gadis itu berdecak kesal. Raka ini tidur atau pingsan, sih?
"Raka!"
Raka terbangun dengan keadaan duduk. Pria itu terkejut dengan suara cempreng istrinya.
"Kenapa lagi?"
"Ayo kita jenguk Zi. Tuh bocah sekarang mau lahiran."
"Nanti aja, ya?" bujuk Raka. Ayolah, sekarang ini dia masih mengantuk.
"Gak mau! Maunya sekarang. Ayo! Ponakan official ini, gue pengen liat."
Raka menghela nafas pasrah. Jika Mira sudah merengek, ia tidak bisa menolak keinginan gadis itu.
"Iya, saya pesen tiket pesawat sekarang."
Mira melompat senang. Segera ia menyiapkan beberapa pakaiannya dan pakaian Raka untuk menginap beberapa hari disana.
Gue harap dengan begini, masalah yang ada bisa gue lupain walau hanya sebentar. Seenggaknya Raka gak main tangan sama gue meskipun cuma beberapa hari. Semoga aja gue bisa bertahan.
°°°
Raka menatap wajah Mira yang tertidur. Dua bulan belakangan ini dirinya benar-benar tidak bisa mengontrol emosi.
Hinaan Lintang tidak akan ia lupakan sampai kapanpun.
"Gue bisa aja rebut Mira dari lo."
"Lo gak becus jadi suami. Sukanya main tangan, bisa aja Mira pergi dari hidup lo."
"Mira gak pantes bersanding sama cowok brengsek kayak lo!"
Meskipun memang benar apa yang dikatakan Lintang. Dia memang bermain tangan, tapi Mira melakukan hal yang salah sampai menyebabkan Emma terluka.
Netranya tak sengaja melihat memar di tangan Mira. Ia jelas ingat penyebab luka memar di tangan Mira karena dirinya adalah penyebabnya.
Beberapa hari yang lalu ia melihat Emma yang menangis sesenggukan dengan keadaan berantakan. Yang membuatnya terkejut adalah Mira yang memegang gunting, bahkan di gunting itu terdapat bekas guntingan rambut Emma.
Ia tidak tahu apa yang membuat Mira melakukan hal-hal keji seperti itu. Ia merasa itu bukanlah Mira yang ia kenal.
Jika Mira tidak suka Emma tinggal di mansion, gadis itu bisa berbicara baik-baik. Tapi tidak dengan menyiksa Emma.
To be continued...
_____________________________
Lama-lama aing kesel dah sama Emma. Pengen jambak-jambakan, tapi ini dunia fiksi.
Sabar deh...
Next chapter papa Andy bakal beraksi nih.
Vote dan komen sebanyak-banyaknya, ya. Cerita aku di lapak sebelah lagi sepi komen nih.
^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
L U K A || Mira&Raka
ChickLitImpian Mira yang ingin melanjutkan pendidikannya ke Universitas menjadi angan-angan saja. Gadis itu harus merelakan impiannya dan menikah dengan laki-laki seperti Raka. Raka bilang, dia sangat mencintai dirinya. Tapi nyatanya? Semua itu hanya OMONG...