08. Bolehkah Berharap?
"Bisa gak, sikap lo kayak gini terus? Walaupun nyebelin, tapi seenggaknya lo bisa ngelupain dia."
~ Mira
_______________________
Raka hanya diam, menatap lurus wajah pucat Mira. Menunggu netra teduh itu terbuka, ia menggenggam erat tangan istrinya.
Sudah satu jam lamanya sejak dokter keluar sehabis memeriksa Mira. Dokter bilang luka di kening Mira terlalu parah dan harus dijahit. Raka yang menang sangat khawatir mengiyakan saja selama itu bisa menyelamatkan istrinya.
Mengingat siapa yang membuat Mira terluka, Raka tersenyum miring. Yah, ia telah memberikan sedikit pelajaran kepada Crissa, tak lengkap rasanya jika keluarganya juga tidak ikut. Jadi, Raka membuat perhitungan kepada Crissa dan keluarganya.
"Cepat sadar."
Cup
Raka mencium hidung mancung Mira. Sebelum keluar, ia memandang lamat wajah cantik itu.
Cklek
Beberapa menit setelah pintu tertutup, Mira membuka matanya. Ia tersenyum miring mengingat kejadian tadi.
"Rasain lo Kunti! Hahahaha!!"
Mira tertawa puas. Ia ingat betul saat Raka entah menelpon siapa, tapi yang ia dengar Raka memecat si Kunti itu. Tapi selanjutnya, ia yakin jika Raka tak tinggal diam.
"Mira nih bos, senggol dong!"
Sebenarnya, Mira sudah sadar dari tadi. Tapi ia hanya ingin tahu, apakah Raka khawatir kepadanya atau tidak.
Ada rasa senang dihatinya saat Raka mengkhawatirkannya. Tapi ia juga bingung, apakah sekarang dirinya menjadi spesial bagi Raka?
Sifat Raka yang berubah-ubah membuatnya harus berpikir seribu kali. Ya, ia ragu jika terlalu yakin dengan Raka. Ia takut saat ia percaya dengan Raka, tiba-tiba sifat Raka kembali berubah.
Ia teringat sifat manis Raka. Bolehkah ia berharap lebih? Berharap Raka akan terus bersikap manis kepadanya, walaupun terkadang sifat Raka menyebalkan.
"Gue gak tau, apa bagi lo gue ini spesial atau enggak. Tapi gue berharap, mulai saat ini, hanya gue satu-satunya perempuan selain Mama lo."
"Dan gue berharap, lo bakal tetap terus bersikap manis."
°°°
"Bagaimana?"
"Semua sudah dilaksanakan seperti yang anda perintahkan, tuan."
Raka tersenyum puas. Crissa sudah ia pecat dan ia pastikan perempuan itu tidak akan diterima di perusahaan manapun.
Raka juga berniat untuk menghancurkan keluarganya. Hal yang paling membuatnya jijik adalah, ternyata ibu Crissa seorang jalang di salah satu club' terkenal yang ada di Jakarta. Sedangkan ayah Crissa seorang penipu kelas kakap yang suka berjudi dan mabuk-mabukan.
Perpaduan yang serasi. Pantas saja anaknya seperti itu.
Tujuannya membawa Crissa ke rumahnya hanya sekedar mengisi kekosongan hatinya setelah kepergian dia. Tapi bukan berarti Crissa bisa berlaku seenaknya sampai membuat Mira terluka.
"Tuan."
"Hm?"
"Salah satu penjaga yang tuan kirim untuk menjaga nyonya Mira baru saja melapor kepada saya. Katanya, nyonya sudah sadar."
Mendengar itu, Raka menegakkan tubuhnya. Binar mata terlihat jelas. Tanpa sepatah katapun Raka meninggalkan ruangannya dan segera menuju rumah sakit.
Johan-- sekretaris Raka hanya bisa menertawakan kebodohan atasannya itu. Raka khawatir jika orang menyakiti Mira, tapi pelaku utamanya adalah Raka sendiri.
Johan pikir, hobi Raka yang suka membawa perempuan ke Mansion akan hilang jika sudah menikah dengan Mira. Tapi nyatanya? Sama saja.
Dan parahnya, sampai saat ini Raka masih memikirkan wanita yang telah meninggalkannya. Karena kepergian wanita itu, Raka suka membawa perempuan manapun ke Mansionnya.
Johan akui, pengaruh wanita itu sangat besar sampai atasannya berubah seperti ini. Ia juga telah menjadi saksi bagaimana wanita itu meninggalkan Raka dan memilih pria tua yang lebih kaya raya dari Raka.
"Saya harap, anda tidak menyesal di kemudian hari, tuan."
°°°
Brak
Uhuk uhuk
Mira yang tengah menikmati mie ayam langsung tersedak karena kaget mendengar suara dobrakan pintu. Ia menatap kesal sang pelaku yang hanya menatapnya dengan datar seperti biasanya.
"Kalau masuk salam, main dobrak aja. Kalau pintunya rusak gimana?!"
"Saya ganti."
Raka duduk di samping Mira, lebih tepatnya di brankar bersama Mira.
Raka langsung merebut mangkuk mie ayam Mira. "Minta dikit."
Raka memakan mie ayam itu tanpa memperdulikan sang pemilik yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Bahkan sekali kedip saja air matanya langsung keluar.
Tanpa perlu waktu lama, mie ayam itu telah habis. Raka bersendawa panjang.
"Alhamdulillah."
Mira menatap sendu mangkuk yang kini telah habis, ia beralih menatap Raka yang seperti tidak ada dosa sama sekali. Tanpa perasaan, Mira menendang Raka sampai tersungkur. Untung saja mangkuknya sudah ada di meja samping brankar.
Raka mengusap bokong seksinya. "Kamu kenapa, sih? Ngapain saya di tendang?"
"Lo pake tanya kenapa?! Hello!! Itu mie ayam baru dua suap gue makan! Dan lo, seenak dengkulnya langsung ngerebut!"
Napas Mira memburu. Mungkin, ia bisa saja menerima perlakuan Crissa tadi. Tapi untuk siapapun yang merebut dan mengganggu acara makannya, ia tidak akan mengampuninya, walaupun itu Raka, pria yang ia cintai.
Tadi, kebetulan ia melihat bodyguard Raka di depan yang berjaga. Ia menyuruh salah satu dari mereka untuk membelikan mie ayam. Setelah menunggu hampir setengah jam, dan baru dua suap, mie ayam itu langsung direbut Raka.
Raka menggaruk kepalanya yang terasa tak gatal. "Ya, maaf. Saya lapar."
Mira melempar bantal kearah wajah Raka. "Keluar!"
"Nanti saya ga--"
"GUE BILANG KELUAR!!"
To be continued...
_______________________
Siapa yang Gedeg sama Raka yang plin-plan?
Siapa yang rasanya mau adu jotos sama Raka?
Siapa yang mau diposisi Mira?
Ada yang dm aku di Instagram. "Kok bisa sih, kakak bikin sifat Raka seperti itu?"
Oke, sebenarnya sifat Raka itu sama kayak sahabat cowok aku. Dia emang sifatnya sering berubah. Kadang manis kadang dingin kadang nyebelin. Jadi aku terinspirasi sama sifat dia.
Dan untuk alasan kenapa aku buat Raka belum move on dari mantannya. Emang aku buat gitu karena aku pingin nantinya Raka nyesel karena sia-siakan Mira.
Siapa yang mau Raka nyesel nantinya?
Oke, cukup sesi curhatnya. Jangan lupa untuk vote dan komen.
Assalamualaikum...
![](https://img.wattpad.com/cover/279917434-288-k139826.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
L U K A || Mira&Raka
Literatura FemininaImpian Mira yang ingin melanjutkan pendidikannya ke Universitas menjadi angan-angan saja. Gadis itu harus merelakan impiannya dan menikah dengan laki-laki seperti Raka. Raka bilang, dia sangat mencintai dirinya. Tapi nyatanya? Semua itu hanya OMONG...