24. Terakhir kali
"Ok. Udah cukup perjuangan gue selama ini. Silahkan berbahagia dengan pilihan yang lo inginkan."
~ Lintang
_____________________________
Mira membereskan gelas dan piring kotor tadi. Setelah hampir due jam lamanya keluarga kecil itu mampir ke apartemennya, mereka langsung kembali ke hotel karena besok akan melanjutkan acara jalan-jalan mereka.
Ting
Lintang
Mir, bisa datang ke Cafe deket apartemen?Lintang mengajaknya untuk ketemuan. Ia sudah menebak apa yang akan Lintang bahas kali ini.
Bentar, gue beres-beres dulu
Ia meletakkan ponselnya di meja. Lintang memang juga tahu keberadaannya di Inggris. Entah darimana pria itu mengetahuinya. Yang pasti ia tak sengaja bertemu dengan Lintang saat pria itu tiba-tiba menghampirinya sewaktu pulang dari kampus.
Awalnya tentu ia kaget, bagaimana bisa Lintang tahu jika ia berada di Inggris. Namun pria itu menjawab jika dia tak sengaja melihatnya beberapa hari yang lalu.
Ok, Mira percaya itu.
Hari-harinya berjalan seperti hari biasanya. Ia tak perlu khawatir jika Lintang memberitahu orang-orang ia berada di mana, karena Lintang bukan tipe orang yang ember.
Saat satu Minggu kemudian, Lintang mengajaknya untuk ketemuan di Cafe. Ia pikir Lintang hanya mengajaknya untuk makan biasa. Tapi ternyata, pria itu melamarnya dengan membawa cincin. Catat, melamar.
Tentu saja ia kaget dan langsung menolaknya. Padahal Lintang tahu jika ia masih menjadi istri Raka dan belum bercerai. Namun dengan entengnya Lintang menjawab jika dia tak peduli.
Ini bukanlah pertemuan yang ke dua kalinya, tapi pertemuan yang sepuluh dengan maksud yang sama. Ia harap dengan pertemuan kali ini Lintang sadar jika ia masih mencintai Raka, walaupun pria itu yang menaruh luka dihatinya.
"Bismillahirrahmanirrahim... kalau beneran niat Lintang cuma mau ngelamar, semoga aja habis ini dia nyerah, aamiin..."
Setelah dirasa beres, Mira mengambil jaket tebalnya karena bulan ini akan berganti musim dingin. Gadis itu berjalan santai menikmati semilir angin yang dingin.
Tak lama gadis itu sampai di Cafe. Ia langsung duduk di depan Lintang yang sudah datang.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Tanpa basa-basi lagi Lintang mengeluarkan kotak kecil berwarna merah dari saku jaketnya. Pria itu berkali-kali menghembuskan nafasnya.
"Gue tau lo pasti tau maksud gue. Dan ini adalah perjuangan terakhir gue. Lo mau jadi istri gue?"
"Dan jawaban gue tetap sama. Maaf banget, gue gak bisa."
Lintang menghela nafas. "Lo masih cinta sama dia?"
"Iya. Meskipun semua kejadian empat tahun lalu gak bisa gue lupain, tapi seenggaknya gue belajar buat nerima semuanya."
Lintang tersenyum maklum. Memang sulit rasanya melepaskan seseorang yang kita cintai.
"Sesuai perkataan gue tadi. Ini kali terakhir gue ngelamar lo."
"Dan sekali lagi, maaf gue gak bisa nerima lo. Lo terlalu baik buat gue."
Lintang menunduk, lalu berusaha tersenyum. Tak apa, mungkin Mira memang bukan jodohnya, apalagi gadis itu masih belum bercerai dengan Raka.
Tapi jika nantinya Mira bercerai, maka ia yang menjadi orang pertama untuk melamar Mira.
°°°
Raka tambah drop
Dia tadi hampir sayat nadinya sendiriMira menggigit bibir bawahnya ketika mendapat pesan Andy. Selama ini Papa mertuanya tidak pernah mengiriminya pesan apapun tentang Raka. Beliau hanya bertanya apakah kabarnya baik? Uang dan kebutuhannya habis atau tidak.
"Gue harus apa?"
Ingin kembali, namun mengingat sakit yang ia rasakan membuatnya ragu apakah kembali adalah pilihan yang terbaik.
Namun, jika menetap disini, rindunya kepada orang-orang semakin tak tertahankan, terutama orangtuanya.
Mira buru-buru menghapus air matanya saat mendengar bel. Ia membuka pintu apartemennya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Mira tersenyum lebar. "Masuk sini."
Iyan masuk terlebih dulu dengan membawa sesuatu, diikuti oleh orangtua anak itu.
"Gak ngabarin kalau mau kesini."
Zi menaruh paper bag yang ia bawa di meja. "Sengaja, ini hari terakhir kita disini. Besok pagi kita mau pulang."
"Cuma dua minggu liburan ke sini? Gak mau tambah hari lagi?"
Fatih menyahut. "Pesantren gak ada yang urus. Abi udah pensiun, Fahri juga gak bisa di jagain."
Mira memangut paham.
"Lo gak ada niatan balik?"
"Balik."
Zi menatap Mira kaget. Padahal tadi ia bertanya dengan candaan. "Yang bener, lo?"
Mira tersenyum tipis lalu mengangguk.
"Mau coba perbaiki?" tanya Fatih berhati-hati.
"Entah. Masih sulit rasanya, meskipun itu semua bukan salah Raka."
Iyan turun dari pangkuan Fatih dan menghampiri Mira. "Kalau aunty gak mau balik, gapapa. Aku mau tinggal disini aja sama aunty, cuacanya lebih asik."
"No, kalau kamu ikut disini sama aunty, gimana Umma dan Abuya kamu?"
"Buya aja seneng kalau aku gak ada. Katanya gak bisa peluk Umma sepuasnya," ucap Iyan.
"Katanya, kalau aku gak di rumah, Buya bisa bikin adek bayi buat aku. Tapi aku gak mau punya adek, ribet."
Zi melirik suaminya. Bisa-bisanya Fatih berbicara seperti itu dengan Iyan yang masih kecil.
"Oke. Besok gue anterin ke bandara."
To be continued...
____________________________
Aku mau bilang karena ada kesalahpahaman di chapter sebelumnya.
Waktu Fatih tiba-tiba muncul, itu bukan karena Zi ikut menetap di Inggris. Yang udah baca COLD & SENGKLEK GUS di chapter mana itu aku lupa. Zi pernah bilang kalau dia pengen honeymoon ke Inggris, dan sekarang keturutan.
Jadi jangan salah kira lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/279917434-288-k139826.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
L U K A || Mira&Raka
Literatura FemininaImpian Mira yang ingin melanjutkan pendidikannya ke Universitas menjadi angan-angan saja. Gadis itu harus merelakan impiannya dan menikah dengan laki-laki seperti Raka. Raka bilang, dia sangat mencintai dirinya. Tapi nyatanya? Semua itu hanya OMONG...