L U K A || CHAPTER 43

8.4K 646 44
                                    

Gak kerasa udah end aja ini cerita.

Yuk vote dan komen.

> 1600 kata. Jarang-jarang kan aku nulis sampe seribuan.

***

43. End

________________________

"Gak bisa diundur, ya?"

"Gak bisa, dek." Iyan mengelus punggung Via agar tangisannya mereda.

"Tapi 'kan kita baru ketemu. Masa Abang harus balik."

Iyan mengalihkan pandangannya. Melihat Via yang menangis membuatnya tak tega. Tapi bagaimanapun juga hari ini Iyan harus kembali ke Pondok.

Berbeda dengan Afnan yang menatap Via jengah. Dia yang notabenenya adik kandung Iyan biasa-biasa saja ditinggal. Jika Afnan menangis kejer seperti Via, malu sama gender coy! Apalagi kalau Chiko sampai tahu. Bisa jadi bahan ledekan.

Sedangkan Fatih tersenyum senang. Hari ini putra sulungnya akan kembali ke Pondok. Setidaknya satu kurcaci yang menggangu waktunya bersama Zi sudah hilang. Tinggal kurcaci bungsu yang belum. Apa perlu Fatih memasukkan Afnan ke Pesantren keluarga Aisy, agar Afnan tidak menggangu waktunya bersama Zi?

Sepertinya itu ide yang bagus.

Biar bisa berduaan sama ayang, batin Fatih sumringah.

"Nduk, sudah ya. Biarkan abang mu berangkat," bujuk Fatih.

Via tetap menggeleng. Melihat itu Fatih tersenyum paksa. Jika Via nempel Iyan terus-terusan, kapan Iyan kembali ke Pondok? Jangan sampai keberangkatan Iyan tertunda karena Via.

Tak menyerah, Fatih kembali berusaha membujuk Via. "Kalau kamu tahan bang Iyan berangkat, bisa-bisa bang Iyan gak naik kelas. Terus bang Iyan mondok tambah lama karena Via tahan terus. Memangnya Via mau bang Iyan mondok lama?"

Via menggeleng ribut. Via tidak ingin berpisah lama-lama dengan Iyan, tapi bagaimanapun juga Iyan harus kembali ke Pondok.

Dengan kasar Via menyentak lengan Iyan. "Yaudah, berangkat sana! Nanti telat!"

Setelah itu Via melenggang masuk. Mood Via benar-benar hancur. Kemarin, Gina datang bertamu sendirian dan menginap disini. Lalu sekarang Iyan akan kembali ke Pondok. Hari-hari Via akan kembali suram. Tidak ada teman yang menemani.

Beginilah nasib anak tunggal. Tidak punya saudara yang menemani di rumah. Selalu kesepian karena tidak punya teman.

Via menyibak tirai kamar. Iyan sudah masuk ke mobil. Dan selanjutnya, yang membuat Via melotot adalah, Gina ikut masuk ke dalam mobil yang sama dengan Iyan!

Melihat itu Via langsung keluar. Namun saat berada di pintu mobil sudah berangkat. Via tambah menangis kencang dan menjerit-jerit.

"Astaghfirullah, Via!"

Fatih langsung menggendong Via yang jatuh terduduk di depan pintu. Zi menyusul suaminya, sedangkan Afnan tetap berada di luar.

Fatih mengusap-usap punggung Via agar bocah itu tenang. Via yang kelelahan menangis tanpa sadar tertidur, walaupun masih terdengar sesenggukan.

"Masa segitunya sih Via lihat Iyan mau berangkat?"

Zi terdiam sejenak. "Kayaknya Via lihat Gina ikut semobil sama Iyan tadi."

"Bawa Via ke kamarnya Iyan aja, mas."

"Iya."

Fatih menghela nafas panjang. Sepertinya akan ada perang merebutkan perhatian putra sulungnya.

L U K A || Mira&RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang