33. Percintaan Bocil
"Gini amat percintaan Bocil jaman sekarang."
~ Chiko
_______________________
Ian hanya diam menatap datar para bocah seumurannya, lalu kembali memainkan game yang ada di ponsel Abuya-nya.
Tak sampai satu menit, ketenangan Ian terganggu karena teriakan Gina. Bocah itu mendengus kesal dan mendongak.
Niatnya yang ingin memarahi Gina karena mengganggu ketenangannya pun hilang entah kemana. Di bawah pohon sana, Gina diganggu oleh empat bocah laki-laki yang memang nakal.
Ian menyimpan ponsel Abuyanya di tas kecil yang ia bawa. Dengan langkah santai ia mendekati Gina yang masih diganggu.
"Jangan ganggu Gina."
Empat bocah laki-laki yang menganggu Gina langsung menoleh. "Kamu siapa? Berani banget sama kita."
Jika dilihat dari segi fisik, Ian menebak empat bocah laki-laki di depannya ini lebih tua beberapa tahun darinya.
"Gina punya salah apa sama kalian?" Ian bertanya.
Salah satu dari mereka tak menjawab. Dia menjambak rambut dan mendorong Gina sampai membuat bocah perempuan itu menangis.
Mereka tertawa puas. Tanpa merasa bersalah mereka pergi meninggalkan Gina yang terbaring karena jatuh.
Ian menatap tajam mereka. Ingin memberi pelajaran, namun sepertinya Gina lebih penting.
Dengan cepat bocah yang akan menginjak lima tahun itu memakai sarung tangan. Perlahan ia membantu Gina berdiri dan menuntunnya duduk di kursi taman.
"Ada yang sakit?"
Gina menunjuk lutut dan pelipisnya yang berdarah.
Ian segera berlari mencari Umma-nya. Namun tidak ada. Yang ada hanya Mira.
"Kenapa, Ian?"
Mira bertanya saat melihat keponakannya yang celingukan seperti mencari seseorang.
"Umma mana?" tanya Ian.
"Cari ice crime. Umma mu ngidam tadi. Emangnya kenapa?"
"Aunty bawa kotak P3K? Gina tadi jatuh."
"Ya Allah. Sebentar aunty ambil kotak P3K nya."
"Gak usah aunty, biar aku aja yang ambil. Aunty bilang aja kotak P3K nya ada dimana."
Mira tersenyum hangat. Ah, ia jadi penasaran bagaimana Zi mendidik Ian. Menurutnya Ian itu dingin tapi diam-diam perhatian. Sangat menjadi tipe idamannya.
"Ada di samping keranjang roti. Kamu ambil aja."
Ian mengangguk. Bocah itu berlari mengambil kotak P3K dan kembali ke kursi taman yang diduduki Gina.
Mira duduk di sebelah Gina dan mengobati luka bocah perempuan itu. Dalam hati ia ingin menjiwit anak-anak nakal yang membuat Gina seperti ini.
Ian mengernyit heran melihat Gina yang seperti biasa-biasa saja saat diobati. Dirinya saja langsung menangis kencang sampai menjambak rambut Fatih.
KAMU SEDANG MEMBACA
L U K A || Mira&Raka
Literatura FemininaImpian Mira yang ingin melanjutkan pendidikannya ke Universitas menjadi angan-angan saja. Gadis itu harus merelakan impiannya dan menikah dengan laki-laki seperti Raka. Raka bilang, dia sangat mencintai dirinya. Tapi nyatanya? Semua itu hanya OMONG...