09. Cerita Lama
"Entah bagaimana bisa amarah saya langsung hilang begitu saja setelah melihat wajah lugu itu."
~ Raka
_________________________
"Hati-hati!"
Mira berdecak kesal. "Iya,iya!"
Ingin rasanya ia mencabik wajah tampan Raka. Bagaimana tidak kesal? Padahal yang terluka itu keningnya, tapi Raka malah memperlakukannya seperti orang lumpuh yang tidak bisa berjalan.
Saat ingin ke kamar mandi tadi, Raka langsung menggendongnya dengan alasan agar cepat pulih. Mira ingin angkat tangan saja mendengar alasan itu.
"Mau kemana?" tanya Raka yang melihat Mira ingin turun dari brankar.
"Mau jalan-jalan, bosen di sini terus," jawab Mira.
"Pakai kursi roda!" titah Raka.
Mira memutar bola matanya malas. Nah, 'kan?
"Sori sori wadori nih bos. Yang luka kening gue, tapi kenapa lo bersikap kek seolah-olah gue itu lumpuh?" ucapnya kesal.
"Biar gak capek," balas Raka dengan wajah datarnya.
"Ya Allah Gusti! Gue keluar nyari angin, bukan nyari gula bapak!"
Kening Raka mengerut. "Gula bapak?"
"Gitu aja gak tau. Sugar dady maksud gue."
Tatapan tajam langsung Raka persembahkan untuk Mira. Sugar Dady? Apakah dirinya ini kurang tampan dan kaya, sampai-sampai Mira ingin mencari Sugar Dady?
"Kamu lebih pilih laki-laki lain daripada saya?"
Mira mengangguk yakin.
"Kenapa?"
Karena gue cari laki yang akhlaknya kayak manusia, bukan akhlak setan kayak lo!
Ingin sekali rasanya Mira berteriak keras seperti itu dihadapan Raka.
"Suka-suka gue dong!"
Raka berdecak. "Saya tampan, kaya, pintar. Apalagi yang kurang dari saya?"
"Apa yang kurang dari lo?" Raka mengangguk.
"Gak bisa hargai gue sebagai istri, suka gonta-ganti cewek. Dan satu lagi." Mira menatap dalam mata hitam Raka.
"Lo masih belum selesain cerita lama lo, dan parahnya lagi lo belum bisa ngelupain tokoh utama wanita, padahal sekarang lo udah punya istri."
Deg
Raka terpaku. Apa maksud Mira? Apakah Mira tahu semuanya?
Mira tersenyum miris melihat perubahan mimik wajah Raka. "Gak usah kaget. Jangan tanya gue tau dari mana, itu gak penting. Karena yang terpenting sekarang, tolong, lupain siapapun dia."
Mira menepuk pelan pundak Raka. Lalu, ia melenggang pergi, meninggalkan Raka yang masih mematung.
Raka kembali mengingat saat ia tak sengaja mengungkapkan semuanya kepada Mira yang tengah tidur. Ia pikir Mira masih tidur, tapi ternyata Mira sudah mendengarkan semuanya.
Raka mengacak-acak rambutnya.
"Maaf..."
°°°
Huh
Entah sudah berapa kali Mira menghela nafas gusar.
Saat ini, ia tengah duduk di taman Rumah Sakit, sendirian tentunya. Melihat Raka yang terkejut, membuatnya ingin menangis.
Berarti, apa yang ia ucapkan benar, 'kan?
Raka masih belum bisa melupakan masa lalunya.
Apakah Raka masih mengharapkan dia kembali?Jika suatu saat dia kembali dan Raka masih mengharapkannya. Maka ia akan mundur, tak peduli jika ia akan menjadi omongan orang. Yang lebih penting adalah menyelesaikan hubungan ini agar hatinya tak lagi hancur berkeping-keping.
Ia bukan orang yang terlalu baik sampai mengkhawatirkan orang di sekitarnya daripada dirinya sendiri.
Ia juga tidak peduli apa kata orang nantinya jika ia menjadi janda di usia muda.
"Gak usah terlalu dipikirin."
Mira tersentak dan langsung menoleh ke arah sumber suara itu.
Teman Raka-- Lintang, berdiri di belakangnya, sendirian. Lingang duduk di samping Mira dengan sedikit jarak.
"Ngapain lo kesini?" tanya Mira.
"Jenguk Tante gue."
"Tante lo sakit?" Lintang mengangguk.
"Sakit apa?"
Lintang terdiam sejenak sebelum menjawab. "Depresi Tante gue kumat lagi gara-gara liat suaminya jalan sama cewek lain."
Mira langsung menatap Lintang. Entah mengapa tiba-tiba ia membayangkan jika nanti Raka akan bergandengan tangan dengan perempuan lain, sedangkan dirinya juga tengah depresi seperti yang dialami Tante Lintang.
"Sorry, kalau gue nanya gitu," ucap Mira tak enak hati.
Lintang terkekeh. "Santai aja kali."
Keadaan kembali hening, namun hanya sesaat kala Lintang menanyakan sesuatu.
"Hubungan lo sama Raka gimana? Gue liat kalian makin deket aja."
Menghela nafas sejenak. "Ya, gitulah. Gue takut kalau gue jujur sama Raka. Takut nantinya kalau masa lalunya kembali, Raka lebih milih dia dibanding gua."
"Lo udah cinta sama Raka?"
Mira mengangguk. Melihat itu, hati Lintang bagaikan tertusuk seribu jarum. Yah, ia akui jika Mira adalah cintanya, cinta pertamanya.
Ia sadar jika perasaan ini salah karena Mira adalah istri sahabatnya. Tapi perasaan tidak ada yang tahu kapan datang. Perasaan tidak bisa dipaksakan.
Bisa dibilang jika dirinya jatuh cinta sebelum Raka mengenal Mira. Lebih tepatnya ia bertemu dengan Mira saat gadis itu masih duduk di bangku SMA. Mungkin Mira tidak pernah ingat, atau bahkan tidak pernah tahu.
"Jangan takut kalau perempuan itu kembali lagi. Kalau Raka memang cinta sama lo, Raka bakal tetap ada di samping lo tanpa peduli sama masa lalunya."
Ucapan Lintang membuat Mira tersadar. Yah, tersadar jika Raka tidak mencintainya sama sekali. Raka menikahinya seolah-olah dirinya ini hanya mainan.
"Thanks udah denger curhatan gue. Tapi gue gak bisa lama-lama, takut Raka ngamuk," ucap Mira yang mengundang kekehan dari Lintang.
"Assalamualaikum.
"Waalaikumsalam."
Lintang memandangi Mira yang mulai menjauh. Sebenarnya ia adalah orang yang menghajar Raka saat tahu jika Raka tidak mencintai Mira.
Bolehkah ia berharap sekarang? Berharap jika pernikahan Mira dan Raka tidak akan bertahan. Jika itu terjadi, maka dengan senang hati Lintang menikahi Mira. Tak peduli jika Mira seorang janda sekalipun.
To be continued...
______________________
Ini ada yang mau mendaftarkan diri nantinya kalau Raka nyesel? Kali aja kalian mau. Kalau mau kalian hujat Raka sepuas kalian, gratis. Tapi nanti kalau dia udah nyesel.
Sekian untuk Chapter 9, dan jangan lupa untuk vote sekalian komen.
18-11-2021
Pasuruan, Jawa Timur
KAMU SEDANG MEMBACA
L U K A || Mira&Raka
ChickLitImpian Mira yang ingin melanjutkan pendidikannya ke Universitas menjadi angan-angan saja. Gadis itu harus merelakan impiannya dan menikah dengan laki-laki seperti Raka. Raka bilang, dia sangat mencintai dirinya. Tapi nyatanya? Semua itu hanya OMONG...