Cinta itu sebenarnya bukan sesuatu yang rumit kalau kita memandangnya secara sederhana. Cinta adalah sesuatu yang sejujurnya hadir atas dasar sebuah ketulusan, keikhlasan untuk menyayangi seseorang tanpa keinginan untuk mendapatkan bayaran.
Cinta. Adalah sesuatu yang indah yang seharusnya terus suci.
Perasaan sederhana yang dilakukan untuk menyayangi seseorang yang begitu berarti bagi kita.
Dulu, Irene tidak pernah berfikir akan bisa merasakan perasaan ini. Dulu, Irene rasanya tidak akan pernah merasakan perasaan seperti ini.
Sedalam ini.
Setulus ini.
Hidupnya yang keras dan suram semenjak kepergian Kwon Jiyong mau tidak mau membuat hati nya ikut antipati pada dunia, pada kesenangan hidup terlebih pada perasaan konyol seperti cinta.
Ia menjalani hidupnya bak mesin waktu, menjalani hari demi hari seperti yang sudah seharusnya. Jalani, hadapi, lewati dan lupakan.
Irene melewati bagian-bagian demi bagian dalam hidupnya secara apatis. Singah sebentar di setiap shelter kehidupan dan berlalu seperti yang sudah seharusnya ia lakukan.
Seperti seorang pendaki yang akan singgah sementara di setiap shelter yang memang harus dilewatidan akan berjalan lagi sampai menuju puncak.
Begitu yang Irene lakukan.
Menjalani kehidupan mewahnya secara seharusnya sebagai istri tidak resmi dari seorang chaebol sekelas Choi Siwon. Irene yang berusaha sekeras yang ia bisa merubah perasaan didalam hatinya hampir pada titik frustasi begitu sadar ia sama sekali tidak pernah bisa mencintai Siwon.
Hati nya beku. Mati rasa.
Dan gunung es itu mencair perlahan ketika Kehidupannya mengenal pemuda ini.
Song Mino.
Irene tidak tahu sejak kapan hatinya menjadi sering tidak karuan saat tidak melihat Song Mino. Perasaannya menjadi dag dig dug saat berduaan dengan Mino.
Padahal Mino hanya menggombalinya secara sederhana. Khas gombalan pria yang sedang jatuh cinta. Tapi Irene begitu terpesona mendengarnya.
Hanya dengan gombalan sederhana ia bisa senang.
Seolah ada kupu-kupu yang menggelitik perutnya.
"Kamu tidur aja"
Irene yang memang tengah melamun mendongak dan mengerjap-ngerjapkan kedua matanya begitu jalanan masih terlihat jauh dari perkampungan, hanya deretan pepohonan dan jalan tol yang bisa ia lihat. Usapan lembut dikepalanya membuat ia sedikit menolehkan kepalanya kearah Mino yang sibuk menyetir.
Irene mengulas senyumnya ketika melihat sisi samping pria itu. Hidungnya, dagunya terlihat sangat sempurna.
Dan sexy.
Oh sialan.
"Aku memang mengantuk" keluh Irene. Ia melihat jam kecil yang terpasang di dashboard. Jarum jam menunjuk ke angka 3 dan ini sudah masuk putaran waktu sangat malam. Ditambah jalanan sepi yang entah kapan berakhir.
"Masih jauh?" Tanya Mino hati-hati. Ia hanya diberitahu nama sebuah desa kecil dan sudah memasang GPS pada layar ponselnya, tapi tetap saja ia yang memabg buta arah harus memastikan berapa lama lagi mereka akan berkendara.
"Sepertinya tidak"
Mino menganggukkan kepalanya dan kemudian kembali fokus kearah jalan raya sementara Irene yang akhirnya mulai merasa lelah memejamkan kedua matanya.
Keduanya kemudian larut dalam diam, hanya deru mesin dan lagu pengantar malam yang setia menemani lewat siaran radio. Sunyi nya keadaan mau tidak mau membuat Mino kembali menolehkan kepalanya dan kemudian tersenyum begitu kepala Irene bertumpu di pundaknya. Dengkuran halus kemudian bisa ia dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHELTER [🔞]
FanfictionBijaklah dalam memilih bacaan. 🔞 no under age, hargai Author dengan cara menjauhi story ini kalau kalian tidak suka dengan konten dewasa or Anti NC Song Mino tahu, kalau Bae Irene hanya ingin memuaskan nafsunya. Ia sadar kok, mereka hanya saling me...