Siang ini Mino datang lebih siang ke kampus. Sebenarnya kalau bisa Mino lebih memilih menggulung diri dengan selimut tebalnya di kamar flat nya sampai sore.
Tidur sepuasnya, tapi sayangnya ia tidak bisa melakukan keinginannya semudah itu. Jadwal bimbingan yang terbayang dikepala mau tidak mau membuatnya menyeret tubuhnya yang lunglai berangkat ke kampus.
Padahal sungguh Mino rasanya letih sekali. Ia ingin istirahat. Sebentar saja. Tapi begitu tubuhnya menempel kasur beberapa menit jam weker sudah berbunyi dengan begitu kencangnya.
Membuat Mino geram setengah mati.
"Tumben datengnya siang No ... Ga ada jam kuliah emang?" Tanya Chanyeol ketika Mino sampai di kantin. Pria Song itu menggelengkan kepalanya lalu menarik satu batang cigarette milik Chanyeol begitu saja. Membakar nya lalu menghisapnya kuat-kuat.
Padahal perutnya kosong tapi Mino malah mengisinya dengan asap nikotin.
Masa bodoh! Yang sakit badannya ini.
"Kenapa No? Suntuk banget" Tanya Chanyeol lagi, disela hisapan asap rokoknya yang saling beradu dengan milik Mino.
"Cape" Balas Mino pendek. Tapi benar ko Mino memang cape. Lelah, letih lunglai.
"Pulang jam berapa semalem?"
"Jam 3"
Kedua mata Park Chanyeol melebar. Ia terbatuk seketika yang membuatnya buru-buru mematikan puntung rokoknya.
"Gila..."
"Siapa yang gila?" Tanya seseorang yang baru saja sampai. Kim Hanbin yang duduk dengan wajah ditekuk lalu ikut mengambil rokok milik Chanyeol, ia bahkan mengabaikan tatapan tajam dari mata Chanyeol dan membakar rokoknya. Ikut meramaikan asap bersama Mino.
"Bu Irene" Jawab Chanyeol. Asal. Mino yang mendengar nama Irene disebutkan sekilas melirik kearah Chanyeol yang menyeringai kearah Hanbin yang mendecih.
"Ah! Udah jangan sebut-sebut Bu Irene" Ketus nya emosi. Park Chanyeol terbahak mendengarnya sementara Mino yang penasaran hanya berusaha santai.
"Kenapa Bin?" Tanya Mino akhirnya. Kim Hanbin mendecih lalu menghisap rokoknya kuat-kuat.
"Kalian tau ga, itu dosen tsk--- bener-bener bikin emosi. Main seenaknya ngatain orang didepan umum, ya kalo misalkan proposalnya ada yang salah bisa kan dia ngomong baik-baik" Ketus Hanbin emosi. Mino menyeringai mendengarnya.
"Kalo ngomong baik-baik yang ada kamu nya kegeeran Bin -hahahaha" Sindir Chanyeol yang kemudian tertawa.
"Kamu bimbingan jam berapa No?" Tanya Hanbin sebal, ia bahkan mengabaikan ledakan tawa milik Park Chanyeol yang diarahkan jelas-jelas padanya.
Mino menaruh puntung rokoknya yang mulai habis dan mengepulkan asap terakhir nya.
"Bentar lagi kayanya, kenapa?"
Hanbin menyeringai puas ditempatnya. Diantara mereka bertiga tidak ada yang lebih pintar. Mereka bertiga, sama-sama bodoh, sama-sama pemalas dan yeah seperti mahasiswa pada umumnya.
"Siap-siap kena kamu No. Hahahaha"
Hanbin dan Chanyeol terbahak seketika, meledakkan tawanya seolah nasib Mino pasti akan sama dengan mereka yang dibabat habis oleh dosen menyebalkan itu. Mino hanya mendesis tidak perduli.
"Kalian mau makan ga? Aku traktir--"
"Uhuk----". Mino mendelik begitu Hanbin terbatuk sementara Chanyeol hanya melirik kearah Mino dengan pandangan heran.
" Uangnya simpen aja No, kamu kan lagi banyak keperluan. Lagian baru juga kerja, hemat dikit lah" Tegur nya yang entah kenapa bisa bersikap bijak pagi ini.
"Enggak Chan, mumpung lagi ada sisa uang aja. Gapapa ... " Balas Mino dengan seringai yang terukir diujung bibir. Kim Hanbin menatapnya tidak percaya tapi melihat pria Song itu menaruh beberapa lembar uang won mau tidak mau membuat keduanya melebarkan kedua matanya.
"No ... Simpen aja kali. Aku masih ada uang" Bantah Chanyeol yang diikuti anggukan kepala Hanbin. Mereka berdua tahu bagaimana kehidupan Mino, dan bagaimana sulitnya Mino mengumpulkan uang dengan bekerja part time tapi melihat Mino yang kemudian meninggalkan keduanya mau tidak mau membuat Chanyeol dan Hanbin saling menatap satu sama lain.
"Simpen aja uangnya Chan, aku juga masih ada simpenan ko" Elak Hanbin yang kemudian sibuk dengan asap rokoknya. Park Chanyeol mengangguk dan meraih lembaran uang itu dan menyimpannya.
🍂 Shelter 🍂
Jarak antara kantin dengan ruang bimbingan memang tidak terlalu jauh, tapi karena tubuh Mino sedang lelah jarak sedekat itu bahkan terasa jauh baginya. Tepat ketika sampai didepan ruangan perpustakaan seorang perempuan menghadangnya.
Song Mino mematung. Tidak percaya.
Lalisa berdiri dihadapannya dengan senyuman yang bahkan terpasang dibibir indahnya.
Mimpi apa ia semalam? Eh Mino bahkan tidak bermimpi saking lelahnya.
"Oppa ... Apa kabar?" Tanya Lisa, pelan. Kepalanya bergerak seiring dengan senyuman yang masih setia terpasang. Mino mematung lalu mengerjap begitu Lisa melambaikan satu tangannya.
"Kamu ... Nanya sama aku?"
"Mino-oppa kenapa sih? Disini kan ga ada siapa-siapa..." Jawab Lisa dengan senyuman terbaiknya. Beberapa mahsiswa yang melintas melirik kearah keduanya dengan pandangan ingin tahu. Song Mino menggaruk bagian belakang kepala nya yang tidak gatal. Bagaimanapun ia masih menyukai perempuan ini. Mengharapkannya malahan.
"Eh .. Maaf Lisa.."
"Kenapa semalem ga dateng---"
"Mahasiswa Song! Ini sudah jam berapa? Kamu terlambat ikut bimbingan!"
Kedua manusia itu terdiam lalu saling menoleh pada Bu Irene yang sudah ada diantara mereka. Perempuan cantik itu melipat kedua tangannya didada dengan dagu yang terangkat. Angkuh.
Lalisa menatapnya lalu membungkuk. Sementara Mino hanya mendecih diam-diam.
Kenapa Bu Irene harus datang sekarang sih?.
"Ma.. Maaf Bu, oppa .. Nanti kita bicara lagi ya... Byee Oppa" Sahut Lisa dengan satu kerlingan pada ujung matanya. Mino yang melihatnya hanya menyeringai.
"Ayo cepat! Kamu niat bimbingan ga sih!" Hardik Bu Irene dengan suara tinggi nya. Beberapa pasang mata melirik kearahnya dengan senyuman melecehkan pada Mino.
"Saya kalo ga niat mendingan tidur Bu ... Ibu ga tau apa kalo saya capek--"
"Diam Mino! Ayo cepat, katanya capek tapi kamu malah asyik ngobrol dengan Mahasiswa Manoban!"
Mino yang mendengar celotehan penuh kemarahan itu hanya melebarkan kedua matanya tapi ia tahu tidak ada gunanya membantah perempuan ini.
Kapan ia bisa menang melawan Bu Irene. Walaupun perempuan ini begitu luar biasa tadi malam. Dikampus tetap saja dia akan berubah menjadi dosen menyebalkan.
🍂 Shelter 🍂
Ruang bimbingan itu sepi. Mino sendiri tidak tahu jadwal bimbingannya memang sendiri atau seperti kata Bu Irene barusan. Ia terlambat.
Ah masa bodoh.
"Kamu sudah memperbaiki proposal nya belum?" Tanya Irene ketika sesi bimbingan dibuka. Mino yang duduk dihadapan Bu Irene kemudian mengeluarkan proposalnya dan menaruhnya tepat didepan perempuan itu.
Irene yang menerimanya kemudian meraihnya, ia melirik sekilas kearah Mino yang terlihat lelah. Perempuan itu menutup lembaran proposalnya begitu saja dan mendongak menatap Mino.
"Jangan dekat-dekat dengan Manoban!" Desis nya dengan suara pelan. Mino yang mendengarnya hanya menaikkan satu alisnya.
"Kenapa?"
"Kamu ... Milik saya!" Sahut Irene yang mampu membuat Mino melongo.
Bersambung
Hayo loh...
Wkwkkwkw happy reading bucin Minrene. Tinggalkan jejak setelah membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHELTER [🔞]
FanficBijaklah dalam memilih bacaan. 🔞 no under age, hargai Author dengan cara menjauhi story ini kalau kalian tidak suka dengan konten dewasa or Anti NC Song Mino tahu, kalau Bae Irene hanya ingin memuaskan nafsunya. Ia sadar kok, mereka hanya saling me...