Ini hari Jum'at yang paling buruk bagi Song Mino. Setelah susah payah mengcopy paste sebuah proposal yang semalam suntuk ia cari di mesin pencarian internet dengan harapan kalau proposal yang ia ajukan diterima, kenyataan pahit justru ia dapatkan ketika Mino hampir lupa mengganti satu baris sub judul asli dari data yang ia salin.
Sial. Seharusnya ia lebih teliti. Padahal Mino sendiri tidak bisa menemukan bagian itu tapi ibu dosen muda ini bisa dengan mudahnya menemukan celah kesalahan yang Mino lakukan.
BRAK
Song Mino menutup kedua matanya lalu mengerjap, mengintip sesekali kearah Irene yang kemudian melipat kedua tangannya didada dengan sikap penuh emosi.
"Bagaimana bisa kamu menyalin proposal orang lain semudah ini? Kamu ini mahasiswa, kalau sebesar ini kamu masih mencontek bagaimana kedepannya nanti" Omel nya dengan suara yang tidak bisa dibilang santai. Mino menghela nafasnya dengan pelan.
Ia jelas malu, apalagi ada beberapa dosen diruangan ini dan jangan lupa Dosen Park yang menatapnya dengan tatapan melecehkan. Terlihat puas sekali.
"Saya ... Tidak sengaja"
"Tentu kamu tidak sengaja melakukannya, tapi dengan kesalahan ini seharusnya kamu sadar kalau kamu mengambil tindakan yang tidak terpuji"
"Maaf bu"
Irene menghela nafasnya. Ia mendongak dan meneliti wajah pria muda dihadapannya ini dengan pandangan frustasi.
"Perbaiki secepatnya, ganti semuanya dan kumpulkan besok"
"Bu ... Yang bener aja? Besok?"
Bae Irene mendongak, mengadu pandang dengan sikap menantang yang sontak membuat Mino ciut.
"Kenapa? Ada masalah? Masih bagus saya memberi kamu waktu, seharusnya kamu pakai otakmu Mahasiswa Song, kamu itu sudah besar, bisa-bisa nya memplagiat karya orang lain seperti ini" Omel Irene masih dengan suaranya yang melengking. Song Mino hanya menundukkan kepalanya, tidak berkutik lagi. Ketika perempuan itu memberi isyarat padanya untuk pergi mahasiswa muda itu kemudian berbalik dengan kepala menunduk lalu berjalan kearah pintu keluar.
Tapi langkahnya terhenti ketika Dosen Park menghadangnya dan memberikan satu lembar surat padanya. Mino yang sudah paham apa isi surat itu hanya menelan ludahnya.
"Minggu depan tenggat waktu pembayaran uang kuliah mu, kuharap kau segera melunasinya mahasiswa Song atau kau tidak bisa melanjutkan bimbingan skripsi mu nantinya" Sahutnya yang kemudian berlalu setelah menyerahkan surat itu ketangan Mino yang menatapnya dengan wajah kelabu.
Pandangan matanya seolah kabur begitu ia melihat deretan nominal biaya yang harus segera ia lunasi secepatnya. Mino mengusap ujung kepalanya dan mendecak. Ia tidak mungkin tiba-tiba meminta ibunya mengirimkan uang sebanyak ini. Sementara Danah lebih membutuhkan biaya untuk ujian sekolahnya.
Mino memang bukan berasal dari keluarga kaya, keputusannya untuk kuliah bahkan bukan berasal dari keinginannya. Itu murni paksaan dari ibunya karena menurutnya seorang laki-laki harus memiliki pendidikan yang tinggi agar bisa menaikkan derajat keluarga. Tapi biaya kuliah yang semakin mahal membuat Mino sadar seharusnya ia memilih bekerja saja.
Sepertinya ia harus segera mencari pinjaman uang atau mencari pekerjaan sampingan.
"Huh" Desahan kasar terdengar dari bibirnya. Mino berlalu dari ruangan dosen dengan perasaan berkecamuk. Tanpa menyadari tatapan aneh dari sepasang obsidian milik Bae Irene.
Seharusnya pemuda itu fokus pada kuliahnya daripada menghamburkan waktu seenaknya. Anak muda memang susah diatur -gumam nya. Dalam hati.
🍂 Shelter 🍂
![](https://img.wattpad.com/cover/223304264-288-k358385.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SHELTER [🔞]
FanfictionBijaklah dalam memilih bacaan. 🔞 no under age, hargai Author dengan cara menjauhi story ini kalau kalian tidak suka dengan konten dewasa or Anti NC Song Mino tahu, kalau Bae Irene hanya ingin memuaskan nafsunya. Ia sadar kok, mereka hanya saling me...