🍂 55

788 40 2
                                    

"Jadi maksud anda saya bersaing dengan saudara saya sendiri? Begitu? Apa itu sebuah kesenangan tersendiri bagimu Tuan Choi?"

Tuan Choi tua itu menyeringai sembari menyembunyikan rasa kecewa yang terlihat sekali dari kerjapan kedua netra nya yang mulai menua.

"Kau bisa dengan mudah menganggap Siwon saudaramu, kenapa sulit sekali memanggilku dengan sebutan Ayah? Panggilan Tuan Choi terdengar begitu menyakitkan saat diucapkan oleh anak sendiri"

Song Mino menatapnya lalu mendecak pelan, sebesar apapun kebenciannya pada pria ini tetap saja bersikap kurang ajar bukanlah sesuatu yang pantas ia lakukan.

"Aku butuh waktu"

"Aku tidak memaksamu Mino-yaa .... Kapanpun kau siap bilang saja pada Ayah"

"Terima kasih"

Tuan Choi menghela nafasnya lalu mendongak, menatap ke seantero ruangan flat yang terlihat sempit dimatanya.  Helaan nafasnya kemudian menimbulkan sebaris senyuman haru sekaligus bangga yang jelas ia alamatkan pada putra kandungnya ini.

Mino benar-benar pejuang sejati.  Terlahir dengan kehidupan yang serba sulit tidak membuatnya menyerah.  Dan ia bangga akan hal itu, darah Choi benar-benar pantas disandang olehnya.

Dan ia tidak yakin kalau Siwon berada di posisi Mino apa anaknya yang serba sempurna itu akan sanggup.  Siwon biasa dikelilingi uang dan kemudahan, terlahir dengan sendok emas benar-benar membuat Siwon bisa dengan mudah menggenggam erat dunia yang ia kehendaki.  Semua bisa diraih dengan begitu cepat olehnya.

"Jujur Ayah tidak perduli siapa yang nantinya akan bahagia dengan Irene.  Tidak sama sekali, mau kau atau Siwon yang nantinya berhasil memiliki perempuan itu bagi Ayah sama saja"

Song Mino terdiam mendengarnya, mencerna setiap kalimat yang keluar dari bibir pria itu dan mencoba memahami apa maksud yang terkandung didalamnya, tapi semakin ia mencari hanya kekesalan semata yang perlahan naik ke permukaan.

Tuan Choi yang melihat putra bungsunya kebingungan hanya mengulum senyuman kecil di bibirnya.

"Ayah tidak diberikan kesempatan melihat indahnya masa kecil anak-anak Ayah. Rasanya semuanya seperti terlambat kalau di ingat-ingat.  Ayah diluar sana mungkin memiliki kenangan manis melihat bagaimana anak-anaknya tumbuh, melihat anak-anaknya bermain bersama, saling berebut mainan dan sebagainya.  Ayah benar-benar merasa Ayah yang paling tidak beruntung karena tidak memiliki kenangan seindah itu bersama kalian"

Mulai paham dengan arah fikiran pria tua ini mau tidak mau Mino tertawa kecil mendengarnya. Ingin kasihan tapi rasanya buat apa? Hidupnya juga sangat menderita, apa gunanya ia merasa kasihan pada manusia yang hidupnya serba enak?

"Aku dan Siwon bukan anak kecil lagi, kami bukan anak-anak yang akan berebut mainan hanya untuk memuaskan ego"

"Terserah, tapi yang jelas kalian mencintai perempuan yang sama kan?"

Song Mino terdiam, telak mendengar pertanyaan barusan.

"Ayolah Mino, masa kau mau mengalah begitu saja demi Siwon? Kau akan merelakan perempuan itu demi Siwon? Ayah tidak yakin"

Mino yang mendengarnya terdiam. Terlalu bingung dengan semua keterkejutan yang ia alami hari ini.

*****

"Aku bawa semuanya"

Choi Siwon yang mendengar ucapan barusan berbalik dan mengeluarkan smirk nya kearah Bae Irene yang kemudian mengggenggam satu paper bag besar yang berisi roti-roti yang tadi ia beli.

"Bagus, jangan pernah membuang makanan" sahut Siwon yang kemudian berjalan terlebih dahulu menuju parkiran, Irene yang mendengarnya hanya mendecak sebal.

"Aku antar sampai ke apartemen"

"Tidak usah"

Siwon melirik sekilas kearah si perempuan tapi kembali menatap jalanan dengan pandangan tajam.

"Mau mampir kemana dulu?"

"Bukan urusan Oppa juga kan?"

"Itu benar" balas Siwon akhirnya, merasa tidak ada gunanya berdebat dengan perempuan hanya karena masalah yang teramat sepele. Lagipula jadwal nya sudah penuh untuk hari ini.

"Baiklah, aku turunkan dimana?"

Irene menatap jalanan dengan perasaan berkecamuk lalu kemudian menghela nafasnya dengan berat.

"Di halte depan"

*****

"Aku tahu kau mungkin sudah terlalu muak dengan semuanya, tapi ... Aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja Rene"

Suara klik yang kemudian terhenti membuat Choi Siwon menolehkan kepalanya kearah Irene dengan senyuman yang terlihat dipaksakan.  Irene yang mendengarnya hanya menarik nafasnya dengan berat.

"Kita bicarakan nanti"

"Aku tidak akan semudah itu menyerah"

"Aku tahu" balas Irene cepat-cepat.  Siwon yang mendengarnya menepuk pelan ujung kemudi dengan jemari nya.

"Tidak bisa kah kita hidup seperti kemarin-kemarin? Sebelum Song Mino hadir diantara kita?"

Bae Irene yang hendak beranjak kembali duduk dikursinya, merasa sia-sia meminta pria Choi ini bersabar.  Perempuan itu menghela nafasnya dan kemudian menolehkan kepalanya kearah Siwon sekilas dan kembali menatap jalanan.

"Aku tidak bisa terus berpura-pura bahagia, Oppa juga tidak suka bukan hidup dalam kepura-puraan?"

"Rene ..."

"Aku lelah memakai topeng sempurna, aku ingin hidup seperti yang aku inginkan"

"Kau bisa kehilangan semuanya Rene, apartemen, mobil ...."

"Tidak masalah, aku masih kuat bekerja dan mencari uang. Maaf Oppa, aku buru-buru" sahutnya yang kemudian menarik pintu dan bergegas keluar dari mobil.

Choi Siwon yang mendengarnya menghela nafasnya dan kemudian melirik kearah Irene yang membelakanginya dengan pandangan nelangsa. Emosi yang kemudian perlahan naik membuatnya menekan kunci dan melarikan kendaraannya secepat yang ia bisa. Meninggalkan Bae Irene yang hanya mematung.

Sejenak perempuan itu mengerjap begitu sadar ia melamun sendirian. Tubuhnya yang mulai merasa lemas membawa nya berjalan perlahan menuju halte. Tangannya yang gemetar kemudian menarik ponsel nya yang ada didalam tas kecil yang ia bawa.

Nafasnya memburu begitu ia sadar apa yang sudah ia ucapkan barusan mungkin akan menjadi akhir dari kehidupannya bersama Choi Siwon.

Irene memang bosan menjadi boneka, ia bosan hidup aman dengan pria kaya yang bahkan tidak menyisakan ruang dalam hidupnya.  Siwon yang selalu menjadikan Irene sebagai pelengkap, Siwon yang hanya menjadikan Irene sebagai boneka nya.

Ia tidak bisa. Irene sudah tidak sanggup lagi berpura-pura bahagia.

Ia ingin memiliki kebahagiaan yang sebenarnya sekalipun ia harus berjuang dengan kedua tangannya.  Ia ingin menggapai kebahagiaan itu sekalipun ia harus berdiri kukuh menghadapi dunia yang katanya kejam.

Faktanya ia harus siap hidup dalam kekurangan kalau ia memilih memisahkan diri dari Siwon.

Tapi tidak apa-apa. Irene bisa kok.

Ia masih memiliki Mino.

Iya kan?

'Saya ada di halte, tolong jemput saya Mino. Sekarang!'












Bersambung












Hallo guys ...
Udah kerasa belum konflik nya?
Belum yah, oke nanti ditambahin lagi dah.
Sabar yah...
Happy reading semuanya tinggalkan jejak biar work ini kembali aktif yaah

SHELTER [🔞]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang