Kim Hanbin berkali-kali mengucek kedua matanya, menatap kearah Mino dan Bu Irene bergantian, berkali-kali hal itu ia lakukan hanya sekedar memastikan ucapan Mino tadi pagi. Tapi begitu ia melirik lagi kearah keduanya hatinya jadi ikut nelangsa sendiri.
Ada setitik rasa bersalah dalam hatinya yang entah kenapa hadir disaat-saat yang tidak tepat.
Seharusnya ia dukung saja kebahagiaan Mino, bukan malah mendebatnya dan merecokinya dengan pendapat nya yang terkesan logis tapi tidak berperasaan.
Jahat sekali dirinya. Bisa-bisa nya dia mengucapkan hal-hal jahat seperti itu kemarin. Sekarang dua orang yang biasanya terlihat penuh cinta terlihat bak orang lain dimatanya.
Miris sekali. Bu Irene terlihat sekali menjaga jarak agar tidak ada komunikasi yang terjalin selain masalah bimbingan dan Mino yang mencoba terlihat santai seperti biasanya. Pria Song itu bahkan keluar terlebih dahulu setelah memastikan skripsi nya sudah diperbaiki oleh Bu Irene.
"Mahasiswa Kim, kamu melamun"
Hanbin yang sadar ditegur buru-buru memusatkan fikirannya dan bergegas menatap lembaran draft skripsi yang baru saja diperiksa. Terlihat beberapa coretan disana sini, sejenak perhatiannya teralihan begitu melihat ada beberapa tanda baca yang seharusnya tidak terlihat malah terlihat jelas salahnya oleh mata elang milik Ibu Dosen muda ini.
Ah sial. Berapa lembar kertas lagi yang harus ia buang.
Pencemaran lingkungan ini sih namanya.
"Jangan melamun, perbaiki semuanya dan pastikan kamu tidak melakukan kesalahan yang sama saat bimbingan pekan depan" tegur Bu Irene yang kemudian berbalik meninggalkan meja Hanbin yang kemudian tersadar, pria Kim itu buru-buru memasukkan semua peralatannya secara paksa kedalam totebag besar miliknya dan bergegas memakainya secara asal. Dengan langkah memburu Hanbin mengejar Bu Irene yang sudah sampai ke ujung pintu ruangan.
"Bu .."
Irene yang merasa terpanggil ikut menoleh dan menatap kearah mahasiswa nya dengan satu alis terangkat. Bingung.
"Iya"
"Ada waktu sebentar?"
Irene yang mendengar pertanyaan barusan menaikkan lagi alisnya secara seduktif. Hanbin yang merasa Irene sudah salah tanggap buru-buru menepuk dahinya.
"Maksud saya, ada yang mau saya tanyakan bu"
"Waktu bimbingan sudah habis-"
"Bukan masalah skripsi"
"Lalu?" potong Irene dengan cepat. Wajah Hanbin yang terlihat tidak nyaman kemudian menoleh kearah sekitarnya dan menarik nafasnya secepat yang ia bisa. Ia harus bicara dengan aman, tanpa kedua mata dari Song Mino dan Lalisa.
"Ibu... Beneran putus sama Song Mino?"
Bae Irene yang sudah mulai bisa menebak arah pembicaraan Hanbin mengernyitkan satu alisnya lagi. Menandakan kalau pertanyaan barusan menjadi pertanyaan paling tidak masuk akal yang bisa-bisa nya ditanyakan saat bimbingan.
"Maaf Bu, saya lancang tapi ... Jujur saya pensaran"
Bu Irene menatap pria Kim itu sekali lagi. Mencoba mencari arah tujuan pertanyaan Hanbin sebenarnya.
"Seharusnya kau tanyakan itu pada Song Mino"
"Mino bilang putus"
Bu Irene terdiam sejenak, sedikit terkejut dengan ucapan barusan. Tapi perempuan itu mencoba menetralkan keterkejutannya dengan cara mendengus.
"Kamu sudah dapat jawabannya" ucapnya, akhirnya. Kim Hanbin menatapnya sekali lagi, mencoba mencari alasan dibalik jawaban singkat barusan yang benar-benar tidak memberinya sebuah kepuasan.
![](https://img.wattpad.com/cover/223304264-288-k358385.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SHELTER [🔞]
FanfictionBijaklah dalam memilih bacaan. 🔞 no under age, hargai Author dengan cara menjauhi story ini kalau kalian tidak suka dengan konten dewasa or Anti NC Song Mino tahu, kalau Bae Irene hanya ingin memuaskan nafsunya. Ia sadar kok, mereka hanya saling me...