Song Mino mematung dikursinya, isi kepalanya mencoba mengurai arti dari ucapan ibu dosen nya itu dengan kemampuan otaknya yang memang pas-pasan. Tapi semakin ia berfikir, ia semakin bingung.
"Maaf Bu .... Maksudnya? Saya jadi pengawal? Atau ... Apa namanya, bodyguard kah?" Tanya Mino, setelah bisa mendapatkan jawaban semudah yang ia bisa.
Irene yang duduk dihadapannya kini terdiam, mematung dengan wajah terkejut.
Bodoh sekali. Apa pria muda ini tinggal didalam cangkang telur dinosaurus? Begitu saja tidak paham.
"Kau tidak mengerti? Begitu saja ... Kau tidak paham?"
"Tidak" Balas Mino.
Irene mendengus. "Kau ini mahasiswa, kau pasti hafal pergaulan malam seperti apa"
"Tidak Bu ... Saya jarang sekali pergi ketempat seperti itu. Biaya masuknya saja mahal"
Irene mendecih mendengar nya. "Baiklah, begini mudahnya, aku membayarmu agar kau bisa menuruti kemauanku. Kau harus melakukan apa yang kuminta. Kau paham?"
Mino yang mendengarnya sejenak terdiam, tapi ia kemudian mengangguk. Yeah mungkin asisten pribadi. "Ya ... Saya mengerti, lalu apa yang sekarang harus saya lakukan"
Irene menyeringai puas ditempatnya, ia kembali menaikkan satu kakinya melipatnya dengan posisi yang menantang. Satu jemarinya terbuka meraih ujung dagu nya, mengusap nya dan kemudian menatap kearah Mino.
"Aku ... Mau sex"
"Hah?! Apa Bu?" Ulang Mino lagi. Mencoba meyakinkan telinga nya sendiri kalau kalimat bu dosen barusan itu salah ia dengar. Irene Bae menurunkan kakinya lalu beranjak bangun dan berjalan mendekati pria muda yang kini menatapnya. Tanpa diduga perempuan itu bahkan sudah duduk tepat disampingnya.
Jangan tanya bagaimana perasaan Mino saat ini. Terkejut. Tapi ia begitu takjub saat bisa mencium aroma perempuan itu. Sumpah, wangi sekali. Dan Mino tahu parfum yang ia gunakan pasti sangat lah mahal. Aroma nya lembut tapi menyenangkan.
"Jangan bersikap bodoh. Aku ... Mau sex" Sahut Irene lagi. Kali ini, perempuan itu bahkan menggeser tubuhnya sedikit lebih jauh dari Mino, merebahkan punggungnya di tepian sofa, tapi tanpa Mino duga kedua kakinya kini naik. Tepat diatas kedua paha Mino.
"Ayo"
Mino yang mendengarnya hanya mematung. Terlalu kaget. "Ibu, mau sex dengan siapa? Apa ibu meminta saya mencarikan partner untuk--"
"Dengan kamu. Saya mau sex, dengan kamu. Mino"
"Astaga Bu!"
"Apa??" Tanya Irene yang kini menaikkan dagunya sedikit. "Kamu fikir memangnya saya membayar kamu untuk apa? Saya, butuh partner sex dan karena itu lah saya membayarmu sebanyak itu"
Bang! Bang! Bang!
Jantung Mino serasa ditembak ribuan peluru saat ini. Apa katanya tadi? Partner sex? Astaga, demi Tuhan Song Mino!.
"Bu .. Ini sih saya sama aja kaya host atau gigolo? Jadi ibu membayar saya sebanyak itu untuk???"
"Iya. Kenapa? Kurang?" Tantang Irene dengan gerakan kaki yang kini mulai tidak bisa diam. Mino menunduk menatap sepasang kaki putih yang kini bergerak tidak karuan diatas paha nya.
"Kenapa ibu ga bilang dari awal? Kenapa ibu ga langsung aja bilang kalau pekerjaan nya jadi seorang gigolo?"
Kedua kaki Irene berhenti bergerak. Perempuan itu kini bahkan duduk lagi ditempatnya. "Aku tidak berniat menjadikanmu seorang gigolo, aku hanya butuh partner sex. Jangan munafik Mino, memangnya kau fikir pekerjaan apa yang bisa kau dapatkan dengan gaji sebanyak itu?" Sahut Irene dengan sinis. Gemas sekali rasanya menghadapi pria sok polos ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHELTER [🔞]
Fiksi PenggemarBijaklah dalam memilih bacaan. 🔞 no under age, hargai Author dengan cara menjauhi story ini kalau kalian tidak suka dengan konten dewasa or Anti NC Song Mino tahu, kalau Bae Irene hanya ingin memuaskan nafsunya. Ia sadar kok, mereka hanya saling me...