YOUNG : 01

5.8K 334 26
                                    

Memang sulit tapi, aku yakin kita bisa melewatinya bersama-sama.
~Bram~

***

Menjalani biduk rumah tangga masih terlalu awam untuk mereka berdua. Mereka masih meraba-raba jalan yang akan mereka lewati bersama.

"Kita tinggal disini enggak papa kan?" tanya Bram saat tangannya memutar kunci rumah sepetak itu.

Rumah petak yang dia sewa dengan harga yang lumayan murah, rumah yang akan menjadi saksi bisu berjalannya rumah tangga yang dia bina bersama Lala sampai takdir berkata kalau tugasnya sudah selesai.

"Kamu dapat uang darimana?" tanya Lala

Setahunya, Bram dan dirinya sama sekali tidak memegang uang. Hanya berbekal ponsel lama miliknya yang saat ini Lala punya.

"Aku jual jam sama ponsel buat bisa bayar sewa rumah ini untuk beberapa bulan kedepan, sisanya juga aku sisihin buat biaya kontrol kandungan kamu," sahut Bram

"Ponsel kamu jangan diapa-apain ya, kita pegang ponsel satu berdua. Kalo nanti ada sesuatu buruk, kita masih bisa ngehubungin keluarga yang lainnya," lanjut Bram.

"Apa masih ada keluarga yang bakalan bisa kita andalkan nantinya?" tanya Lala ragu.

"Om Xander pasti akan tetap membantu kita La, aku percaya sama om Xander," sahut Bram.

"Kamu tidur ya, biar aku yang beres-beres rumah."

Bram menyuruh Lala untuk tidur di kasur busa yang tidak ada empuk-empuknya sama sekali. Berbeda ketika dia masih tinggal di rumah orang tuanya dulu.

Dimulai dari menyapu hingga mengepel, Bram lakukan sendirian. Dia tidak mau Lala melakukan pekerjaan rumah, karena kondisi janin yang ada dikandungan Lala yang masih lemah dan membuat Lala tidak bisa terlalu kelelahan saat bekerja.

Setelah memastikan keadaan rumah sudah bersih dan tidak berdebu, Bram mengusap wajahnya yang sudah dibanjiri keringat. Membuka kaos yang dia pakai karena sudah basah akan keringat yang keluar.

"Bram!" panggil Lala yang keluar dari kamar tidur.

"Kenapa La?" tanya Bram menghampiri Lala tanpa memakai kembali bajunya.

"Pake lagi bajunya ih!" suruh Lala, dia memalingkan wajahnya ke sembarang arah.

"Baju aku basah, gini aja udah. Biasanya juga seneng lihat aku enggak suka ake baju kayak gini," sahut Bram menjawil hidung Lala.

"Ih kan beda Bram!"

"Enggak ada bedanya sayang." ujar Bram menekan kata sayang dan mampu membuat Lala merona pipinya.

"Dih, pipi nya merah!" ledek Bram.

"Udah ih, jangan ledekin aku."

"Aku laper," ujar Lala memberitahu kalau dirinya saat ini sedang lapar.

"Kita belum ada belanja, sekarang udah sore. Kita cari makan aja ya, besok baru ke pasar buat belanja kebutuhan yang lainnya."

"Kamu mandi dulu gih," suruh Bram

Lala menurut dia mengambil handuk dan pakaian dari dalam koper, dia belum sempat untuk membongkar isi koper dan memasukkannya kedalam lemari plastik itu. Mungkin nanti setelah dia selesai mandi.

Saat Lala sudah memasuki kamar mandi yang ada didekat dapur, Bram masuk kedalam kamar. Melihat koper yang masih rapi di pojokan membuat Bram dengan segera menarik koper milik Lala terlebih dahulu dan membongkarnya.

Menaruh satu per satu pakaian Lala ke dalam lemari plastik yang ada tak lupa juga pakaian dalam milik Lala tidak ketinggalan, selesai dengan koper Lala kini dia beralih ke koper miliknya. Membongkar dan mulai menaruh pakaiannya bersisihan dengan pakaian milik Lala.

Young Parent'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang