YOUNG : 24

1.5K 134 4
                                    

Bram melipat kertas yang berisi coretan tinta itu dengan rapi, hanya dengan ini dia bisa mengabari Lala dan yang lainya. Mengatakan pada mereka jika dia bisa mengatasi ini semua sendirian tapi jika gagal maka dengan terpaksa dia akan meminta bantuan sang papa atau papa Xander.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam tapi Saka belum juga ada menampakkan batang hidungnya.

Cklek!

Suara pintu terbuka membuat Bram dengan segera membereskan semua yang ada pada meja. Jika yang masuk ke dalam adalah Via maka hancur sudah rencananya. Bram membalikkan badannya, menanti siapa yang akan masuk menemuinya.

"Gimana, udah?" tanya Saka pada Bram yang menatapnya.

"Gue kira si Via," gumam Bram
"Udah nih, gue ada tiga surat. Buat Lala, Lucas sama papa gue." Bram memberikan amplop coklat yang sudah berisi nama yang akan di tujunya.

"Yang buat bokap gue, mending langsung di kasih ke kantornya! Bokap gue jarang dirumah soalnya!" ujar Bram

Saka menganggukkan kepalanya, dia melipat surat itu dan memasukkannya pada kantong celananya. Tersembunyi karena tertutupi oleh ujung bajunya yang panjang itu.

"Gue balik ya. Via bentar lagi pulang!" pamit Saka.

Bram menganggukkan kepalanya, menatap kepergian Saka. Pintu teralis mulai tertutup dan terkunci begitu juga dengan sleding door yang juga tertutup rapat.

Bram membuka gorden panjang yang menghalangi kaca balkon. Dari balik teralis dia menatap hamparan langit malam yang di penuhi bintang. Bulan bersinar penuh malam ini, suara hewan malam pun terdengar ke telinganya. Bram memejamkan matanya menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya malam ini.

Sudah seminggu dia berada dan terkurung di dalam kamar ini tanpa pernah sedikitpun dapat keluar dari ruangan ini. Rasa rindu pada Lala dan buah hatinya pun sudah menumpuk sudah setinggi gunung mungkin saja.

Sedangkan Saka saat ini sedang berada di depan pintu rumah yang Lala tempati. Dengan tekat hati yang kuat Saka mengetuk pintu itu dengan keras.

"Sebentar!" saat teriakan seorang perempuan terdengar, Saka dengan segera menaruh amplop coklat itu di lantai.

Menyembunyikan dirinya disamping rumah yang gelap itu, Saka sesekali mengintip melihat siapa yang membuka pintu.

Cantik menolehkan kepalanya bingung saat tidak melihat ada orang di depan pintu, padahal tadi dia denger suara ketukan pintu dengan sangat keras.

"Masa iya, malam-malam ada orang iseng?" tanya Cantik pada dirinya sendiri.

Saat hendak melangkah masuk, mata Cantik tak sengaja melihat amplop coklat yang tadinya oleh kakinya. Menundukkan tubuhnya, Cantik meraih amplop itu.

'To Lala.' gumam Cantik dalam hati saat melihat untuk siapa amplop itu di tujukan.

"La! Ada surat buat lo!" ujar Cantik menutup pintu rumah.

Saka segera keluar dari tempat persembunyiannya, waktunya dia menuju tempat Lucas dan setelah itu dia akan menuju kantor milik Papa nya Bram. Dia sudah menanyakan pada sang ayah apakah Papa nya Bram masih berada di kantor atau tidak dan ternyata lelaki paruh baya itu masih berada di ruangan nya.

"Pak! Saya titip ini buat Lucas ya. Kasih ke Lucas nya langsung jangan ke yang lainnya!" ujar Saka pada satpam yang berjaga di pos satpam rumah Lucas.

"Kenapa enggak aden aja yang ngasih langsung? Kebetulan den Lucas ada dirumah!" sahut sang satpam pada Saka.

"Saya lagi buru-buru, habis dari sini masu ketempat yang lainnya juga. Jadi enggak bisa ketemu sama Lucas langsung." Setelah mengatakan itu Saka langsung saja pergi mengunakan motornya.

Young Parent'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang