Bahagia itu kita sendiri yang menciptakannya, walau sederhana yang penting mampu mengukir senyum pada bibir orang tersayang.
***
Kehamilan Lala saat ini sudah menginjak usia 3 bulan, perutnya sudah terlihat membuncit walau belum terlalu besar. Masa-masa Lala yang pengen ngidam dan Bram yang dengan senantiasa menuruti acara ngidam sang istri, seperti saat ini Bram yang sudah berada diluar mencarikan Lala yang ke pengen buah pepaya yang kulitnya masih hijau dan daging buahnya sudah berwarna kemerahan.
Bram sudah berkeliling ke semua toko buah yang dia temui tapi dia tak kunjung mendapatkan pepaya seperti yang Lala inginkan. Semua pepaya yang dia temui sudah matang semua dan berwarna kekuningan pada kulit luarnya.
Menyerah! Bram menyerah untuk mencarikan pesanan Lala yang tidak dia kunjung temukan. Bram memilih untul pulang tanpa membawa pesanan Lala tetapi, dia memilih untuk membelikan mangga sebagai gantinya. Sekantong plastil berwarna putih berisi beberapa mangga, dari yang sudah matang hingga ada yang masih muda cocok buat rujak.
"Pepaya nya mana?" Lala bertanya saat Bram sudah pulang, dia melihat Bram menaruh kantong plastik di meja dekat dapur.
Lala yang tadinya senang karena pesanannya sudah ada dengan sunringah membuka plastik itu. Hanya buah mangga yang dia temukan, tak ada pepaya pesanannya disana.
"Aku enggak dapet pepaya yang kayak kamu mau La, gantinya aku beli mangga aja. Enggak papa kan?" tanya Bram mengelus pipi Lala.
"Tanya dedek nya, kalo dia mau, aku juga mau," sahut Lala menyuruh Bram untuk berbicara pada sang bayi yang ada didalam perutnya.
"Ayah enggak dapet pepaya yang kayak dedek pengen, tapi ayah bawa mangga buat dedek. Dedek suka?" tanya Bram yang berbicara berbisik pada permukaan kulit perut Lala yang sudah membuncit.
"Aku pengen buat rujak deh." celetuk Lala pada Bram yang masih mengelus perut buncitnya.
"Aku buatin ya." Bram bangkit dari acara jongkok nya, dia mengambil beberapa mangga muda yang dia beli tadi dan mulai mengupasnya terlebih dahulu.
"La!" Bram memanggil Lala.
"Kenapa?" tanya Lala menatap Bram yang sedang mengulek bumbu rujak.
"Aku tadi sempet lihat banner di cafe ujung jalan, mereka lagi cari karyawan. Kalo aku kirim lamaran kesana, bakalan keterima enggak ya?" tanya Bram
"Coba aja dulu, kalo untuk hasilnya kita urus belakangan. Kalo keterima ya syukur kalo enggak ya, mungkin rezeki kita enggak disitu," sahut Lala.
"Aku coba dulu gitu?" tanya Bram sekali lagi.
"Iya dicoba dulu, tapi yang serius juga. Kalo keterima kamu harus bersyukur, kalo enggak keterima ya jangan nyerah. Oke!"
"Besok aku kesana, semoga aja keterima. Soalnya itu cafe baru launching kemarin," ujar Bram.
"Kalo gitu kamu harus semangat ya!" Lala memberi semangat pada suaminya itu.
"Udah selesai, makan gih!" Bram sudah memotong mangga dan menaruh bumbu rujak pada mangkok kecil. Kini dia menaruhnya didepan Lala.
Sembari berbincang, keduanya menikmati rujak mangga muda yang dibeli oleh Bram tadi. Suara kicauan burung di sore hari menemani mereka melewati penghujung hari yang sudah mereka lewati.
"Cucian belum di jemur kan?" tanya Bram pada Lala, dia teringat akan cucian pagi tadi yang belum dia jemur.
"Belum, aku mau jemur juga agak susah kalo buat bungkuk ambil cucian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Parent's
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA💔 (Alur masih hancur belum tamat) Spin off Out Blank || Lucas. Menjadi orang tua di umur yang masih muda tak mudah untuk mereka jalani. Bram dan Lala harus terima diasingkan dari keluarga mereka akibat dari kesalahan yang mere...