YOUNG : 41

2.9K 141 11
                                    

Hai hai para cecan dan cogan, apa kabar kelen pada malam ini? Moga baik yee

Sorry baru bisa update soalnya ide lagi mentok plus saya sibuk.

Sekian sapa-sapanya silahkan kalian baca. Kalau suka jangan lupa tap bintang kalo enggak suka ya tetep harus tap bintang. Saya maksa ini😁

••••

"Bisa nggak, jangan ganggu gue. Lo nggak cape apa gangguin gue terus?" tanya Bram yang sudah jengah dengan kelakuan Tiara yang terus mengganggunya dengan gencar selama setahun belakangan ini.

Bram udah enggak ngegubris tapi Tiara enggak ada cape nya terus menggangu bagaikan parasit yang meresahkan.

"Enggak. Gue bakalan berhenti gangu lo kalau lo udah jadi pacar gue, itu aja kok simple."

"Sinting lo. Sampai kapanpun gue kagak bakalan mau jadiin lo pacar gue atau apapun itu," sahut Bram.

"Gue enggak peduli, mau sebegimanapun lo nolak kehadiran gue buat ngeganggu lo. Gue bakalan tetap berusaha buat dapetin lo." tekan Tiara 

"Gue bakalan lakuin segala cara buat dapetin lo Bram. Entah dengan cara licik atau keji sekalipun!" teriak Tiara karena Bram meninggalkannya di lobi kampus.

"Cewek sinting!" decih Bram.

Bram masuk kedalam mobilnya meninggalkan parkiran kampus, niatnya ke kampus itu buat ngediskusiin tugas sama dosen bukan untuk digangguin sama kembarannya si kuyang.

Sebelum menjemput Abhi yang masih di mall siang ini dengan Lucas. Bram memilih singgah ke makam Lala, sebelum itu dia membeli buket mawar putih terlebih dahulu.

"Halo sayang, apa kabar?" Bram menaruh buket mawar yang dia bawa diatas nisan bertuliskan nama Lala

"Enggak kerasa udah dua tahun kamu ninggalin aku sama Abhi, keadaan aku sama Abhi baik-baik aja La. Kamu enggak usah khawatir disana, Abhi pinter banget La. Dia lucu, tingkahnya percis kayak kamu kalo udah ngambek," kata Bram terkekeh.

"Aku enggak bisa lama disini, mau jemput Abhi yang aku titipin di Lucas. Sebenarnya aku enggak yakin buat nitipin anak kita sama Lucas, tapi mau gimana lagi. Enggak ada pilihan lain,"

"Besok-besok aku kesini lagi sama Abhi, bye sayang." Bram mengecup pelan nisan Lala layaknya dia mengecup kening Lala yang selalu dia lakukan saat Lala masih ada disampingnya.

Meninggalkan area pemakaman, Bram melajukan mobilnya menuju mall dimana Lucas mengajak anaknya. Setelah meminta Lucas mengirim lokasi dimana dia berada, Bram segera menaiki lift menuju lantai 5 tepatnya di timezone.

"Anak siapa tuh?" tanya Bram saat dia sudah sampai ditempat Lucas, tidak hanya melihat anaknya. Bram juga melihat ada anak kecil yang duduk disamping Abhi.

"Kagak tahu gue," sahut Lucas

"Gimana sih, lo yang ngajak kok malah enggak tahu ini anak siapa," heran Bram

"Bukan gue yang ngajak, tapi anak lo yang tiba-tiba gandeng nih bocah ketemu gue." Lucas bersuara setelah menelan makanan yang dia kunyah.

"Abhi ajak siapa?" tanya Bram pada Abhi yang lagi makan ice cream dengan belepotan

"Aca, patal Bhi," sahut Abhi pelan

"Pacar-pacar, siapa yang ngajarin pacar-pacaran?" tanya Bram heran

"Om Cas,"

"Lama-lama gue kagak bakalan nitipin anak gue sama lo lagi dah Cas, sesat beneran ajaran lo. Anak gue masih dibawah umur malah diajarin pacaran," kesal Bram.

"Ya jangan!" teriak Lucas tanpa sadar.

"Kalo Abhi enggak main sama gue lagi, enggak bakalan ada alasan buat gue main 24 jam di mall dong. Anak lo tuh sebenarnya penyelamat buat gue,"

"Tapi ajaran lo sesat buat anak gue, kalo dibiarin bisa makin menjadi-jadi nanti," ujar Bram setelah itu mengunyah kentang goreng milik Abhi

•••

"Katak lompat, katak lompat." Nyanyi Abhi sembari melompat-lompat pada halaman belakang rumah.

"Lompat nya pelan-pelan aja Bhi, nanti nyungsep tau rasa kamu," tegur Bram yang menyiram tanaman

"Oke."

Selagi Abhi asik bermain di halaman, Bram fokus menata pot-pot bunga yang letaknya sudah berhamburan. Siapa lagi pelakunya kalau bukan anaknya itu.

"Ayah sakit! Huaa!" teriak Abhi diiringi tangisan. Bram yang mendengar itu dengan segera menghampiri Abhi yang sudah terduduk sembari meniup-niup lutut kakinya yang mengeluarkan darah.

"Ssst, tenang ya. Lukanya enggak parah, kita masuk yuk! Ayah obatin luka kamu," dengan telaten Bram menggendong Abhi. Masuk kedalam rumah, Bram memanggil Mbak Dewi yang kebetulan datang kerumah dan memintanya mengambilkan sebaskom air dan kotak obat.

"Kok darahnya enggak berhenti-henti?" tanya Bram terheran

"Kenapa den?" tanya Mbak Dewi saat melihat kerutan pada dahi Bram

"Ini loh Mbak, darahnya Abhi kok enggak berhenti-henti?" Bram bertanya balik pada Mbak Dewi.

"Ayah sakit," Abhi masih sesenggukan menahan rasa sakit yang menjalar pada kakinya.

"Kita ke dokter ya, biar diobatin sama dokter," kata Bram lalu menggendong Abhi keluar rumah.

Menuju rumah sakit terdekat, rasa khawatir Bram makin menjadi-jadi karena darah terus keluar tanpa mau berhenti. Sampai dirumah wanita, Bram segera menemui dokter yang biasa menangani Abhi ketika sakit.

"Abhi kenapa ya dok?" tanya Bram saat dokter sudah selesai menyuntikkan obat yang Bram tidak ketahui apa namanya itu.

"Setelah melihat dari apa yang terjadi sama Abhi, saya kira dia mengalami penyakit hemofillia,"

"Hemofillia?"

"Iya Hemofillia, gangguan pembekuan darah akibat kekurangan faktor VIII dan IX. Untuk mengetahui apakah Abhi mengalami hemofillia sedang atau ringan, kita akan melakukan tes darah." kata dokter menjelaskan

"Apa di keluarga bapak ada yang mengidap penyakit Hemofillia?" tanya dokter

"Saya tidak tahu dok," sahut Bram yang memang tidak mengetahuinya.

"Penyakit Hemofilia itu penyakit turunan, jadi besar kemungkinan di keluarga bapak ada yang mengidap penyakit hemofilia,"

Setelah melakukan tes yang seharusnya, Bram mengajak Abhi pulang. Dalam perjalanan pulang dia terus memikirkan perkataan dokter yang mengatakan kalau Abhi menderita penyakit Hemofillia tingkat sedang.

"Ayah, sakit." rintih Abhi yang terbangun dan memegang kepalanya yang berdenyut.

Bram terhenyak mendengar rintihan Abhi, dengan segera ia menepikan mobil dan memangku Abhi.

"Sst, sakit ya? Tahan ya, bentar lagi juga hilang sakitnya. Kalo udah hilang sakitnya nanti kita beli ice cream kesukaan Abhi ya ," ujar Bram yang berusaha tenang, walau sudah diberitahu efek samping dari obat yang disuntikkan tadi, tapi Bram masih saja cemas saat mendengar rintihan kesakitan Abhi.

Setelah tidak mendengar ringisan Abhi lagi, Bram segera melajukan mobilnya pulang kerumah. Akan dia bicarakan masalah serius ini dengan Papanya, Bram tidak bisa menganggap penyakit ini sepele.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Young Parent'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang