YOUNG : 11

1.9K 171 14
                                    

Seberapa banyak pun perempuan yang mendekat, jika hati ini sudah tertaut pada satu nama, mereka bisa apa?

***

Malam ini keduanya habiskan dengan Bram yang endusel pada ceruk leher Lala. Entah kenapa lelaki itu ingin seperti saat ini setelah selesai makan malam tadi.

"Bram! Geli tahu!" ujar Lala sesaat Bram malah mengendus-endus lehernya.

"Diem La!" pinta Bram yang malah mengecup leher Lala, tangannya sudah aktif mengelus perut buncit Lala.

"Makan gih martabak nya!" suruh Bram karena martabak yang dia beli tadi masih utuh karena Lala belum memakannya.

"Nanti," sahut Lala

Lala memilih untuk memilih jemari tangan Bram yang menganggur. Ditengah kesunyian malam mereka memilih untuk saling berdiam tidak mau berbicara, bukan karena sedang bermusuhan tetapi mereka tidak ada topik pembicaraan. Biarlah diamnya mereka sebagai tanda menyalurkan kasih sayang diantara keduanya yang memang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata tapi bisa dijelaskan dengan sebuah tindakan yang sederhana.

"Besok dan seterusnya aku bakalan kerja dari pagi sampe sore, kamu enggak papa kan kalo sendirian di rumah?" tanya Bram memecah keheningan.

"Enggak papa, aku harus terbiasa dong mulai besok kamu enggak ada dirumah sampai sore!" sahut Lala.

"Kamu kerja kan buat aku sama dedek, jadi aku sebagai istri cuma bisa semangatin kamu. Aku cuma bisa membantu doa enggak bisa lebih, kamu tahu kan perut aku udah buncit gini. Aku juga cepet lelah lagi!" lanjut Lala mengelus perutnya.

"Kamu sadar nggak sih, kaki aku keduanya bengkak loh. Belum terlalu sih bengkaknya!" ujar Lala memberitahu.

"Masa? Coba aku lihat!" pinta Bram lalu menaikkan kedua kaki Lala ke atas sofa.

"Sakit enggak?" tanya Bram saat dia menyadari perubahan pada kaki Lala yang memang membengkak.

"Lumayan!" sahut Lala

Bram memijit betis Lala dengan lembut, Lala yang dibegitukan memilih untuk menyandarkan kepalanya pada dada bidang milik Bram.

"Ngantuk? Tidur yuk!" ajak Bram.

"Gendong ya!" pinta Lala.

Tanpa banyak kata-kata, Bram segera menggendong tubuh Lala dan masuk ke dalam kamar. Merebahkan tubuh Lala pada ranjang, Bram ikut merebahkan tubuhnya disamping Lala sesaat sudah menutup pintu kamar dan memastikan pintu depan sudah terkunci.

Bram mengerjapkan lagi matanya saat merasakan Lala makin nyusruk pada ketiak nya dan itu mampu membuatnya kegelian.

"La, ngapain kepala nya di ketiak aku sih?" tanya Bram

"Ketiak kamu wangi, aku suka!" sahut Lala polos

"Dih, bau tahu! Aku enggak sempet deodorant tadi, sanain ih jorok!" Bram menjauhkan kepala Lala pada ketiaknya dan Bram merapatkan tangannya agar Lala tidak bisa nyusruk lagi.

"Enggak mau! Pokoknya mau cium ketek kamu!" kekeh Lala menarik lengan Bram agar terbuka dan dia bisa nyusruk lagi.

Bram pasrah dan membiarkan kepala Lala berada pada apitan lengannya. Bram membalikkan badannya menghadap Lala dan mengusap lembut punggung istrinya yang sudah tertidur lelap itu. Bram mengecup kening Lala cukup lama setelah itu dia ikut memejamkan matanya sembari memeluk tubuh Lala yang kian hari kian berisi.

***

Cafe baru saja di buka, Bram bersama yang lainnya terlihat sedang menata dan membersihkan meja sebelum para pelanggan berdatangan.

Young Parent'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang