YOUNG : 14

1.7K 155 5
                                    

Entah percaya atau tidak, saya tidak perduli.

***

"Kamu udah ijin kalo enggak kerja hari ini?" tanya Lala.

Kini keduanya sudah siap untuk pergi ke rumah sakit untuk mengecek kandungan Lala. Bram yang sedang mengunci pintu rumah pun membalikkan badannya menatap Lala.

"Aku udah kabarin Kara, kemarin enggak sempet buat minta ijin langsung ke Pak Andra gara-gara harus nemenin anaknya ke perpustakaan!" sahut Bram

Bram menggenggam tangan Lala keluar rumah, masuk ke dalam taxi online yang sengaja dia pesan karena tidak mungkin dia mengajak Lala untuk berjalan jauh mencari angkot.

Taxi online yang mereka tumpangi segera melaju menuju rumah sakit yang sudah Bram katakan sebelumnya.

"Kenapa pesen tadi online sih? Kita kan bisa naik angkot ke rumah sakitnya," ujar Lala pelan memecah keheningan keduanya.

"Aku enggak mau kamu kecapean nantinya La, makanya aku pesenin tapi online," sahut Bram.

"Dari rumah ke halte itu jauh banget loh, emang kamu bakalan kuat jalan jauh?" tanya Bram.

"Enggak sih, tapi kalo kamu pesen taxi online kan ongkosnya mahal Bram. Kita harus hemat loh, minggu depan udah harus bayar kontrakan sama listrik yang belum dibayar!" sahut Lala

"Kamu tenang ya, enggak usah mikirin untuk yang minggu depan. Uang kontrakan udah aku siapin, besok aku bakalan bayarin ke Bu Desti." Bram mengelus kepala Lala untuk mengurai raut cemas pada wajah istrinya itu.

"Udah sampai mas, mbak!" ujar sopir taxi yang membawa Lala dan Bram

"Iya pak!" sahut Bram.

Lala turun terlebih dahulu, setelahnya baru disusul oleh Bram. Setelah membayar ongkos taxi, keduanya masuk ke dalam rumah sakit. Menuju ruangan dokter Tari, didepan ruangan dokter Tari sudah ada beberapa ibu-ibu hamil yang duduk pada kursi tunggu. Menanti giliran mereka untuk melakukan pemeriksaan.

Lala duduk berdampingan dengan seorang wanita paruh baya yang kelihatannya usia kehamilan mereka sama, sedangkan Bram sedang mengambil no antrian.

"Berapa bulan dek?" tanya wanita paruh baya itu pada Lala.

"3 bulan buk," sahut Lala tersenyum.

"Nikah muda ya?"

"Iya Bu,"

"Suaminya mana?" tanya ibu itu.

"Lagi ngambil no antrian bu,"

Setelah itu tidak ada lagi percakapan antara Lala dan wanita paruh baya itu, karena ibu itu sudah mendapat gilirannya. Sedangkan Lala masih paling belakang, masih ada 4 wanita yang duduk dikursi tunggu yang tidak jauh dari Lala.

"Aku mau beli minum sekalian beliin kamu roti, kamu tunggu disini ya!" ujar Bram

"Jangan lama-lama ya, giliran aku bentar lagi!" sahut Lala saat sudah melihat berkurangnya orang yang duduk pada kursi tunggu.

"Iya enggak. Cuma sebentar, beli minum sama roti. Habis itu aku balik lagi," ujar Bram lalu meninggalkan Lala sendirian duduk di kursi.

Lala menunggu gilirannya masuk sembari mengelus perut buncitnya. Kini tinggal dirinya saja yang ada disana, wanita yang terakhir masuk belum juga keluar dan Bram belum juga datang dari kantin rumah sakit.

"Mama mau ke toilet sebentar, abang tunggu disini ya," suara wanita disampingnya membuat Lala mendongak. Seorang pemuda yang kiranya seumuran dengan dirinya berhadapan dengan wanita paruh baya yang dimana adalah Mama nya.

Young Parent'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang