"Mobil Papa! Kok bisa penyok?" tanya Ares menatap mobil hitam miliknya yang di bawa oleh Cantik tadi.
"Ya mana Bram tahu! Bram kan daritadi sama papa!" sahut Bram acuh.
Tadi waktu dia ke rumah Lala masih bagus dan kinclong tapi kenapa sekarang udah penyok dan baret gini. Ares dengan segera masuk ke dalam rumah, mau menginterogasi Cantik kalo gadis itu masih ada disini sih. Kalo enggak ya enggak jadi. Bram mengikuti Papa nya yang sudah masuk lebih dulu ke dalam rumah.
Bram menaiki anak tangga menuju kamarnya, mencari Lala. Mungkin saja istrinya itu ada di dalam kamarnya sedang beristirahat. Membuka pintu dengan pelan, dia menatap Lala yang tertidur lelap dalam posisi menyamping. Dengan langkah kaki yang pelan, Bram memasuki kamarnya dan menghampiri Lala yang tertidur.
"Lala!" panggil Bram dengan lirih.
"Maaf ya," ujar Bram lirih sembari mengusap pelan perut Lala yang buncit itu.
Lala mengerjakan matanya saat merasakan sebuah tangan mengusap perutnya lembut dan juga dia seperti mendengar suara Bram disampingnya.
"Bram," panggil Lala lirih, entah kenapa air matanya bisa keluar tanpa aba-aba. Padahal dia sedang tidak ingin menangis untuk saat ini.
Bram memeluk Lala yang sudah menangis tersedu itu. Melepaskan pelukan dengan perlahan, Bram mengusap air mata yang merembes di pipi Lala.
"Jangan nangis, aku ada disini!" ujar Bram kembali memeluk tubuh Lala.
"Jangan pergi lagi," lirih Lalu disela tangisnya.
"Iya, enggak lagi aku ninggalin kamu. Maaf ya udah buat keputusan yang ceroboh kemarin,"
"Aku maafin, asal jangan diulang lagi," sahut Lala memeluk Bram erat.
"Papa mana?" tanya Lala saat tangisnya sudah reda.
"Di kamarnya mungkin!" sahut Bram
"Mobil Papa penyok sama lecet, itu kenapa?" tanya Bram
"Tadi waktu pulang kesini sama Cantik, di tikungan jalan tiba-tiba ada mobil yang nyerempet dari samping. Untung Cantik bisa kendaliin mobil agar enggak nabrak pembatas jalan ya walau kebentur dikit sih sampe bikin penyok," sahut Lala memberitahu kenapa mobil Papa bisa lecet dan penyok bagian depannya.
"Terus kalian enggak kenapa-napa kan?" tanya Bram khawatir.
"Enggak papa kok, cuma syok sekejap. Habis itu ya biasa lagi," sahut Lala.
Keduanya dilanda keheningan, Bram memilih untuk tiduran disamping Lala sedangkan Lala mengusap rambut Bram pelan. Deru nafas Bram kian memelan, lelaki itu ternyata tertidur lelap disampingnya. Karena rasa kantuk kembali menyergapnya, Lala membenarkan posisinya dan tiduran menyamping menghadapi Bram. Menatap wajah tenang suaminya yang tertidur, udah seminggu dia tidak melihat wajah tenang itu ketika akan tertidur. Puas memandangi wajah Bram, Lala memejamkan matanya ikut mengarungi alam bawah sadarnya.
Hari yang kian beranjak sore membuat Bram mengerjapkan matanya. Menatap sekeliling, dia tidak mendapati Lala disampingnya. Masuk kedalam kamar mandi, dia mencuci muka sebentar lalu keluar mencari Lala dilantai bawah.
"Mau nggak?" tawar Lala pada Bram.
Saat ini Lala sedang melahap salad sayur yang Cantik bawakan. Gadis itu datang dengan Lucas tapi sekarang udah pergi lagi karena mereka akan pergi ke suatu tempat yang Lala tidak tahu karena dia tidak menanyakannya pada Cantik dan Lucas. Lagian juga enggak penting kalo mereka mau kemana.
"Enggak. Papa mana?" Bram menanyakan keberadaan Papa Ares pada Lala.
"Enggak tahu. Waktu aku bangun keadaan rumah sepi cuma ada mbak yang lagi beberes di dapur," sahut Lala sembari mengunyah salad yang dia suap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Parent's
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA💔 (Alur masih hancur belum tamat) Spin off Out Blank || Lucas. Menjadi orang tua di umur yang masih muda tak mudah untuk mereka jalani. Bram dan Lala harus terima diasingkan dari keluarga mereka akibat dari kesalahan yang mere...