Bram membulatkan matanya saat melihat dua mobil box masuk ke halaman rumahnya malam ini. Menatap heran beberapa orang yang mengeluarkan beberapa peti dari dalam mobil.
"Ini apa?" tanya Bram saat peti kayu itu diletakkan di teras rumah.
"Buah pesenan nona Lala dan ini buah dari tuan Xander!" ujar pria tua didepannya menunjuk peti yang didepannya itu berisi buah pesanan Lala sedangkan yang lainnya dikirim oleh Papa Xander.
Bram membuka peti itu, matanya kembali membulat saat melihat betapa banyaknya buah salak yang ada didalam peti tersebut. Kayaknya Papa Xander salah dengar deh, saat di telepon Bram mengatakan satu tangkai buah salak. Bukannya satu peti buah salak. Kalo kayak gini siapa yang bakalan ngabisin buah sebanyak ini, belum lagi buah yang ada di peti lainnya yang Bram tidak tahu buah apa isinya.
Tangannya kembali membuka peti yang lainnya, ada yang berisi jeruk, apel, rambutan dan yang terakhir adalah anggur merah. Bolehkah sekarang Bram berteriak kesal pada Papa Xander yang mengirimi mereka buah yang sangat berlebihan ini.
"Kalo saya jual lagi, kayaknya bakalan untung banyak deh!" ujar Bram menatap peti-peti di depannya.
"Kata tuan Xander, semua terserah tuan Bram mau mengapakan semua buah ini. Entah di jual atau dibagi-bagikan sama yang lainnya atau dimakan habis sendirian juga boleh," sahut pria tua yang Bram tak tahu siapa namanya.
"Hah! Okey!" kata Bram.
Dua mobil box itu sudah pergi dari halaman rumahnya. Bram menatap peti itu, membiarkannya di luar rumah daripada dia entar encok-encok karena menggotong peti yang beratnya tidak terkira itu.
"Itu apa?" tanya Lala menghampiri Bram, tangannya menunjuk deretan peti yang ada di teras.
"Buah pesenan kamu!" sahut Bram.
"Sebanyak itu?" tanya Lala yang diangguki oleh Bram.
"Kok bisa? Kan aku minta satu tangkai bukan satu ah bukan itu ada lima peti yang berjejer!" ujar Lala
"Jangan tanya aku, tanyakan pada Papa Xander. Dia yang mengirimi kita buah sebanyak itu!" sahut Bram lalu mengambil satu tangkai buah salak diantara banyaknya tangkai buah salak yang ada di dalam peti. Mengajak Laka masuk kedalam rumah karena angin yang berhenbu kencang.
Besok akan Bram pikirkan mau dia apakan semua buah yang ada di dalam peti. Entah di jual atau di bagikan ke tetangga komplek perumahannya.
"Pa!" panggil Bram ada Papa Ares.
"Kenapa Bram?" tanya Ares yang saat ini sedang memangku laptopnya.
"Papa Xander kirim lima peti buah."
"Terus?"
"Lima peti loh Pa, itu banyak banget. Bram bingung mau di apain," ujar Bram
"Ya jual aja, apa susahnya. Kalo enggak ya di bagiin ke tetangga," sahut Ares anteng matanya mematap layar laptop sedangkan Lala sudah sibuk mengupas buah salak yang ada pada nampan.
"Hmm. Oke!"
***
Sesuai perkataan kemarin, Bram hari ini bagi-bagi buah buat para tetangga. Di bantu beberapa anak buah Papa Ares, Bram mulai membagikan parcel buah yang sudah dikemas apik oleh anak buah Papa nya.
Lala menatap Bram dan yang lainnya sedang melahap mondar-mandir menuju rumah tetangga. Pokoknya semua buah yang ada di peti mereka bagikan sampai hanya tersisa sedikit, stok buat di rumah.
"Capek!" keluh Bram dan menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ada di teras.
"Mau dibuatin kopi?" tanya Lala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Parent's
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA💔 (Alur masih hancur belum tamat) Spin off Out Blank || Lucas. Menjadi orang tua di umur yang masih muda tak mudah untuk mereka jalani. Bram dan Lala harus terima diasingkan dari keluarga mereka akibat dari kesalahan yang mere...