YOUNG : 02

3.5K 279 22
                                    

Ternyata pahit dan aku harus menelan itu dalam-dalam.
~Bram~

***

Pagi menyambut, Bram yang sudah terbangun lebih dulu dengan segera beranjak dari kasur. Dengan gerakan perlahan-lahan dia mencoba bangkit tanpa menimbulkan gerakan kecil yang bisa saja membuat Lala terbangun.

Bram tidak tega untuk membangunkan Lala yang terlelap tidur. Mencuci mukanya Bram membuka gorden ruang tengah, membiarkan cahaya matahari masuk kedalam rumah.

"Pak, ada sayur buncis sama kangkung ndak?" tanya Bram pada penjual sayur keliling yang lagi mangkal tepat didepan rumahnya

"Ada dek, mau apalagi?" tanya si penjual.

"Tempe nya kasih dua ya, terus cabe sama bawang merah, bawang putih. Udah itu aja, oh iya garemnya jangan lupa," pinta Bram

Bram tidak menghiraukan bisik-bisik tetangga yang bergosip dibelakangnya.

"Mari bu, saya duluan," pamit Bram tersenyum ramah pada beberapa ibu-ibu yang ada disana.

"Kasihan ya mana masih muda tapi dapet istri yang enggak bisa ngurus suami. Masak belanja kayak gini harus suaminya sih, kerjaan istrinya ngapain aja?" ujar wanita yang berbadan gendut memulai gosip.

"Udah ibu-ibu, mungkin istri adeknya lagi sakit. Makanya si adeknya yang belanja buat masak," si pedagang sayur menimpali

"Alah alesan, kemarin juga saya lihat mereka berdua nyari makan diluar. Udah pasti kan istrinya enggak bisa masak," timpal wanita yang agak kurusan dan ternyata adalah tetangga depan Bram dan Lala.

Lala yang tadinya hendak menyapu halaman pun menjadi urung setelah mendengar suara gosip para ibu-ibu. Lala masuk kedalam rumah lalu mencari Bram yang sedang memotong kangkung.

"Biar aku aja yang masak!"

Tanpa babibubebo lagi, Lala mengambil alih pisau ditangan Bram dan mulai memotong kangkung dengan panjang yang tak karuan.

Bram yang melihat Lala kesal pun dengan segera menghentikan pergerakan istrinya itu, Lala yang brutal saat memotong sayur membuat Bram takut jika nantinya tangan istrinya itu terluka.

"Kamu kenapa? Bilang sama aku, ada apa?" tanya Bram menahan tangan Lala agar tidak melanjutkan memotong sayurnya.

"Aku tuh kesel tahu denger ibu-ibu gosip di depan penjual sayur, mana mereka gosipin aku enggak bisa masak lagi," sahut Lala menceritakan apa yang dia dengar tadi.

"Kamu tenang, jangan emosi kayak gini. Aku udah bilangkan, kamu harus bisa tebal telinga karena kehidupan yang kita jalani sekarang bakalan pahit. Setiap saat mungkin kita bisa dengerin nyinyiran tetangga baru kita, tapi kita senyumin aja. Kalo mereka sudah lelah toh bakalan berhenti juga."

"Aku tahu ini pahit, tapi kita harus bisa nelan rasa pahit itu dalam-dalam," lanjut Bram.

"Tapi aku enggak bisa,"

"Bisa Lala, kamu pasti bisa. Tetep kayak gini ya, cerita sama aku setiap kali kamu merasa kesal, marah, sedih atau senang sekalipun. Aku bakalan dengerin, aku bakalan terima kalo seandainya kamu kesal dan menumpahkannya ke aku. Asal jangan kamu pendam sendiri masalah yang kamu alami ya," ujar Bram mengelus lembut kepala Lala.

Young Parent'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang