YOUNG : 40

2K 144 14
                                    

Selamat pagi gengs

Happy reading ye

Vote dan komennya jangan lupa

Tandai typo✨

"Ayah jeyek, Bhi anteng," celoteh Abhi  yang sedaritadi berdiri didepan kulkas yang memantulkan bayangannya. Awal-awal Bram tak menghiraukannya, dia lebih memilih untuk menyiapkan sarapan daripada meladeni anaknya itu.

"AYAH JEYEK, ABHI ANTENG!!" teriak Abhi kesal karena ayahnya sama sekali tidak menghiraukan dirinya. Padahal Abhi sudah bersusah payah mengkode ayahnya agar ikut bilang kalo Abhi itu ganteng bukan malah mengabaikannya.

"Abhi jangan teriak!" tegur Bram yang terkejut, untung saja wajan yang dia pegang tidak terjatuh ke lantai.

Abhi memalingkan wajahnya saat Bram mendekati dirinya. Tak mau menatap karena Abhi mau ngambek sama ayahnya.

"Kenapa teriak kayak tadi hmm?" tanya Bram saat sudah didekat Abhi.

Bukannya menjawab, Abhi malah membalikkan badannya membelakangi Bram yang berjongkok.

"Abhi ngambek sama ayah?" tanya Bram yang dijawab dengan anggukan kepala Abhi.

"Ngambek karena apa? Ayah enggak tahu loh kesalahan ayah apa, tapi kamu malah tiba-tiba ngambek kayak gini,"

"Pikil ndili," sahut Abhi memanyunkan bibirnya walau Bram tak dapat melihat bibir mungil itu mengerucut.

"Sabar Bram, ini anak lo. Jangan sampe lo tiba-tiba ilang ingatan terus buang anak lo ke rawa-rawa," gumam Bram pelan mencoba sabar dengan jawaban Abhi yang layaknya anak cewek kalau lagi ngambek.

"Abhi sayang, coba bilang sama ayah. Kamu ngambek alasannya apa? Kalo kamu kasih tahu, nanti kita beli ice cream gimana?" tawar Bram pada Abhi.

"Endak ada," sahut Abhi membalikkan badannya menatap sang ayah.

"Kalo enggak ada, kenapa tadi tiba-tiba ngambek?" tanya Bram heran, ini anaknya enggak salah gender kan? Wajahnya lakik tapi jiwanya perempuan, kalo kayak gini engak bisa di biarin nih.

"Ya ndak ahu," sahut Abhi mengangkat kedua bahunya pelan.

"Jadi beli eskim kan?" tanya Abhi berbinar.

"Enggak jadi, soalnya alasan kamu ngambek sama ayah itu enggak jelas. Jadi beli ice cream nya batal," sahut Bram lalu meninggalkan Abhi.

Abhi yang mendengar itupun dengan segera berlari mengejar ayahnya.

"Ayah jeyek, Abhi ndak cuka huaa," tangis Abhi pecah, Bram yang mendengar itu hanya ketawa. Dia dengan segera menggendong Abhi, mengusap air mata buaya yang dikeluarkan oleh Abhi.

"Enggak usah pura-pura nangis, ayah bukan kakek yang bakalan simpati lihat kamu nangis buaya kayak gini,"  ujar Bram terkekeh.

"Ayah ndak acik," kesal Abhi.

"Beli ice cream nya nanti siangan, kita sarapan dulu sebelum ketemu bunda." Bram tak menghiraukan Abhi yang kesal, mendudukkan anaknya pada kursi yang sudah diberi alas bantal agar anaknya bisa menjangkau meja makan yang terlalu tinggi untuknya.

Memakaikan serbet pada leher Abhi agar bekas makanan tidak menempel pada baju yang dikenakan. Abhi menyuap makanannya sendiri tanpa dibantu oleh ayahnya, Bram membiarkannya sesekali dia akan mengelap pipi Abhi yang terkena noda makanan karena Abhi makannya belepotan. Kalau tidak sesekali dilap, bisa-bisa setengah wajah Abhi tertutup noda makanan.

***

"Gue titip Abhi, jaga anak gue baik-baik. Jangan lo ajak dia mangkal diperapatan jalan ya," pesan Bram sebelum dia menitipkan Abhi pada Lucas.

Young Parent'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang