Seorang gadis kecil sedang menatap balon yang terikat di salah satu dekorasi pesta. Dekorasi pesta itu berbentuk arch dipenuhi tanaman rambat. Kedua matanya terlihat berbinar menatap balon pink di hadapannya itu.
*Referensi Dekorasi Arch*
"Apa kamu mau kuambilkan balon itu?"
Tiba-tiba sebuah pertanyaan terdengar di telinga gadis itu. Dia segera menoleh dan menatap ke sosok pria yang berdiri tak jauh di belakangnya. Molita Guinivere sedikit memiringkan kepalanya sebelum mengangguk beberapa kali. Mau! Dia mau diambilkan balon pink itu!
Kedua sudut bibir laki-laki itu tersungging ke atas. Dia mendekat ke arah balon itu lalu membuka ikatannya. Ketika sudah menggenggam tali balon itu di tangannya, dia berlutut di hadapan Molita. "Ini," kata pria itu sambil memberikannya pada sang gadis kecil.
Gadis itu tersenyum lebar lalu mengucapkan terima kasih. Namun, belum sempat tangan mungilnya menggenggam tali balon, balon itu sudah lepas dari genggaman tangan pria itu. Kedua mata Molita membelalak, dia sedikit bernapas lega ketika melihat arch yang dililit tanaman rambat lebat itu menahan gerakan balon sehingga tidak terbang lepas. Saat dia menoleh berniat bertanya pada pria tadi untuk membantunya mengambilkan balon itu, tiba-tiba pria itu sudah menghilang.
Gadis itu memanyunkan bibirnya. Tatapannya kembali mendongak ke atas. Arch itu tidak terlalu tinggi bagi orang dewasa, tetapi bagi dirinya yang baru berusia lima tahun, tentu perbedaannya sangat jauh. Dia menarik napas lalu mulai memanjat sisi arch tanaman itu. Sedikit lagi... tangan gadis itu berusaha menggapai tali balon itu. Ketika dia bergerak, rupanya balon tersebut justru malah terdorong ke tengah. Molita memanjat semakin tinggi.
Tali balon akhirnya berhasil terselip di antara jemari kecilnya. Tiba-tiba dia mendengar suara teriakan. Dunia terlihat jungkir balik di mata gadis kecil itu. Seperti boneka yang terputus dari talinya, tubuhnya jatuh dari ketinggian. Sekilas dia merasakan perih pada jemari tangannya yang baru saja digunakan untuk menahan tubuhnya di kerangka arch itu. Seketika, pandangannya menggelap.
Bruk!
Deru napas memburu keluar dari mulut Hanah. Sebelum menangkap tubuh kecil itu, sepertinya dia mendengar suara sobekan yang berasal dari gaunnya. Tapi hal itu tidak terlalu ia pedulikan. Dia berusaha berdiri dari posisi terlentang dengan tubuh Molita dalam pelukannya. Namun, usahanya berhenti ketika merasakan sengatan rasa sakit dari bahu kirinya. Hanah merasa tenaga terkuras habis dari tubuhnya. Napasnya berubah jadi tidak karuan akibat rasa sakit yang membuat seluruh tubuhnya merinding itu.
'Ah, kenapa sekitar terlihat buram? Apa tanpa sengaja aku terbentur terlalu keras?' batin gadis itu berusaha mengatur napasnya. Tak lama, suara Sam terdengar dari kejauhan. Nada suaranya terdengar... khawatir? Hanah tidak bisa melihat ekspresi wajah laki-laki itu ketika dia sudah berada di dekatnya. Hal terakhir yang tertangkap telinganya sebelum Hanah kehilangan kesadarannya adalah suara Sam yang terus memanggil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Behind Marriage (Completed)
RomanceBagi Sam, Hanah adalah alat yang ia perlukan untuk membuat kakek memilihnya menjadi penerus bisnis keluarga. "Buktikan pada kakek bahwa kamu bisa membentuk sebuah keluarga. Dengan begitu, kakek akan membuat kamu menjadi penerus satu-satunya bisnis k...