Chapter 38 - Berjalan Mundur

8.4K 406 5
                                    

"...tersangka tidak memenuhi syarat memasuki aula sidang sehingga ia harus menemui spesialis gangguan kejiwaan di tempat rehabilitasi yang sudah ditentukan..."

Saat Hanah mendengar kalimat demi kalimat dilontarkan oleh pembawa berita, tiba-tiba kepalanya terasa kosong. Kedua matanya menatap ke arah layar TV, namun tatapannya terlihat hampa.

Sementara itu, para karyawan yang juga sedang menonton berita itu mulai berbisik satu antara yang lain. "Tersangkanya bisa beraktivitas normal sebelum ditangkap, bahkan bekerja di sebuah perusahaan ternama. Namun begitu dia tertangkap, tiba-tiba mengidap gangguan kejiwaan?"

Salah seorang karyawan mendungus sambil memberikan tanggapannya. "Enak sekali dia! Memangnya dia pikir bisa kabur dengan pura-pura gila begitu?!"

"Tapi, gangguan jiwa yang dia derita sudah dikonfirmasi oleh pihak kepolisian..."

Hanah memejamkan matanya ketika mendengar hujatan demi hujatan lain datang silih berganti. Dia bisa merasakan dentuman keras dengan tempo cepat di dalam rongga dadanya. Di sisinya, Nadya berbisik pelan sambil berusaha menenangkan Hanah. Saat jam istirahat sudah usai, Hanah memaksa dirinya untuk melangkahkan kakinya kembali ke mejanya berada. Hingga jam kantor usai, dia tetap tidak mampu berkonsenterasi menyelesaikan pekerjaannya. Untung saja tidak ada hal mendesak yang harus segera diselesaikan hari ini.

Apa yang sebenarnya terjadi pada Pram? Mengapa dia tidak layak masuk ke dalam aula sidang? Berbagai pertanyaan terus-menerus muncul di kepalanya. Selama ini dia merasa situasinya memang aneh. Hanah adalah korban penculikan yang dilakukan Pram. Seharusnya, sebagai seorang korban, bukankah dalam waktu dekat dia harusnya mendapat undangan untuk menjadi saksi di pengadilan?

Tapi nyatanya, hingga lebih dari lima bulan sejak kasus penculikan itu, Hanah tidak pernah menerima surat panggilan dari pengadilan setempat. Sam pun tidak memberitahukan apapun kepadanya. Dia mengerti bahwa suaminya itu pasti khawatir. Namun, Hanah mengepalkan kedua tangannya saat ini dan bertekad bahwa dia harus mencari tahu. Dia harus bertanya langsung pada Sam!

***

Sesudah menunggu suasana sepi, seperti biasa, Sam berjalan menghampiri meja kerja Hanah. Jarak dari ruangannya ke tempat Hanah tidak terlalu jauh dan masih berada di lantai yang sama, hanya berbeda ruangan saja. Ketika dia membuka pintu sebuah ruangan dan menengok ke dalam, Sam langsung melihat sosok Hanah sedang memainkan gawainya. Gadis itu terlihat asyik hingga tidak menyadari Sam sudah berdiri tepat di hadapannya.

Sam mengulurkan tangannya lalu mengetuk pelan meja kerja Hanah. Sesudah itu, Hanah langsung mendongak lalu tatapan mereka bertemu beberapa saat. "Ayo kita pulang," ucap Sam sambil tersenyum lembut. Hanah menganggukkan kepalanya lalu mengambil tasnya di atas meja. Mereka berjalan berdampingan menuju ke arah lift.

"Gimana pekerjaanmu hari ini?" tanya Sam sambil memperhatikan perubahan pada layar lift yang menampilkan nomor lantai.

"Hari ini aku agak susah konstentrasi," jawab Hanah sedikit menundukkan kepalanya.

Sam terdiam sejenak sambil berpikir. Apakah ini adalah waktu 'itu'? Saat di mana setiap wanita akan mengalami fase bulanan dan kondisi tubuh mereka jadi tidak menentu? Sejak menikah dan tinggal bersama Hanah, Sam mau tak mau jadi peka mengenai hal ini.

Tak lama bunyi lift terdengar, menandakan mereka sudah sampai di basemen. Sam menekan tombol untuk membuka kunci mobil. Dia membukakan pintu samping agar Hanah masuk terlebih dulu. Sesudah menutup pintu itu, dia memutar ke sisi satunya lalu masuk ke dalam mobil. Sesudah keduanya memasang sabuk pengaman, mobil Range Rover hitam itu pun mulai melaju dan masuk ke tengah lalu lintas Jakarta Selatan.

Sesaat setelah mobil mulai masuk ke jalan raya, Hanah mulai membuka bibirnya. "Sam, ada yang mau kutanyakan padamu..."

"Apa yang mau kamu tanyakan?" tanya Sam. Dia tetap memfokuskan pandangannya ke depan sambil menanggapi Hanah.

Secret Behind Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang