Chapter 4 - Mimpi Buruk Datang Kembali

16.2K 981 9
                                    

Waktu cepat sekali berlalu. Kini matahari yang semula tinggi sudah turun di ufuk barat. Nadya ada rencana makan malam bersama keluarganya. Mereka juga mengundang Hanah sehingga gadis itu baru bisa pulang sesudah jam sembilan malam.

Saat berjalan masuk melalui pintu depan rumah, Hanah melihat sepasang sepatu yang pagi ini tidak ada. Papa tirinya punya kebiasaan merapikan sepatu langsung di rak. Jadi, dia mengira rumah sedang kedatangan tamu.

Namun, ketika melewati ruang tamu, Hanah merasa seluruh tubuhnya tiba-tiba membeku. Kedua matanya terbelalak melihat sosok yang sebisa mungkin ia hindari.

"Hai, Hanah." Di sofa, Pram Setiabudi duduk dengan kedua orang tua mereka. Senyum melekat di wajah-wajah mereka kecuali Hanah.

Menekan hasratnya untuk segera kabur, Hanah memaksakan sebuah senyum kaku. "Hai, kak," ucapnya datar.

"Hanah, ayo ke sini. Kakakmu baru saja pulang. Yuk ngobrol dulu," ajak Leoni sambil menghampiri anak perempuannya itu lalu menggaet lengannya.

"Ah, ya," gumam Hanah mengikuti mamanya berjalan ke arah sofa. Sesudah duduk, Hanah mendengarkan obrolan mereka bertiga. Sesekali dia hanya menanggapi singkat.

Tak terasa satu jam berlalu, kini sudah jam sepuluh lewat. Mereka pun kembali ke kamar masing-masing. Hanah menaiki tangga lantai dua ke arah kamarnya. Di belakangnya, Pram mengikuti. Kamar mereka memang letaknya ada di lantai dua, sedangkan kamar kedua orang tua mereka ada di lantai satu.

Sesudah sampai koridor, langkah Hanah terhenti karena tiba-tiba lengannya dicekal. Kedua mata gadis itu membelalak lebar menatap kedua iris berwarna gelap di hadapannya. Ia bisa merasakan degup jantungnya berpacu cepat di dalam rongga dadanya.

"Hanah, kita udah lama nggak ketemu. Aku kangen banget sama kamu," ucap Pram. Tatapannya terlihat sendu.

Hanah sedikit merasa lega ketika melihat wajah kakak tirinya yang terlihat tulus itu. "Maaf ya kak, aku jarang ngabarin karena terlalu sibuk tugas kuliah," ujarnya pelan.

"Oh, nggak apa-apa. Kuliah memang penting," ucap Pram. Kemudian tangannya yang menggenggam lengan gadis itu melonggar, lalu bergerak turun ke telapak tangan. Dia meremas lembut jari-jari telapak tangan Hanah, lalu membawanya ke dekat mulut.

Mata gadis itu melebar seketika merasakan kecupan di punggung telapak tangannya. Bulu kuduknya meremang. Dia merasakan perasaan itu lagi. Perasaan yang berkali-kali ditepisnya. Rasa yang membuatnya mual saat mengingatnya. Ketika ia merasa kakak tirinya ini memandangnya bukan sebagai adik, melainkan sebagai... seorang wanita.

"Kak, aku mau tidur dulu. Sudah ngantuk," dalih Hanah sambil menarik tangannya lepas dari genggaman Pram. Ia segera berbalik, kemudian menghilang di balik pintu kamarnya.

Sementara itu, Pram memandangi punggung gadis itu. Saat mendengar bunyi pintu tertutup, sebelah sudut bibirnya terangkat naik. Ekspresinya terlihat sinis. "Hanah sudah besar rupanya," gumamnya sambil menyeringai. "Kamu semakin cantik..." lanjutnya pelan di koridor kosong itu. Kemudian dia berjalan masuk ke kamarnya.

***

Di balik pintu kamar yang tertutup rapat, Hanah menyenderkan tubuhnya. Tersentak kaget, dia cepat-cepat memutar kunci pintu. Ketika pintu sudah terkunci, gadis itu  menghembuskan napas panjang. Kedua tangannya menyilang, memeluk kedua lengannya. Ia merasakan permukaan telapak tangannya dingin. Sambil terduduk di atas lantai kamar, rupa Hanah terlihat menyedihkan. Gadis itu menundukkan kepalanya, berharap rasa mual itu cepat pergi.

Tiba-tiba terlintas di dalam benaknya satu kata. Kabur. Dia harus segera pergi dari rumah ini. Tanpa berpikir dua kali, gadis itu langsung bangkit, mengambil tas koper lalu mengisinya dengan barang-barang yang dia bawa saat pulang ke rumah. Beberapa baju masih belum kering, tapi tidak apa-apa. Sesudah menutup tali resleting, sekali lagi gadis itu menghela napas. Besok, dia akan izin kembali ke kosnya dengan memakai alasan ada janji dengan dosen pembimbing yang meminta waktu konsultasi sebelum registrasi skripsi.

Secret Behind Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang