Chapter 5 - Akhirnya Bertemu

15.8K 1K 6
                                    

"Hati-hati, ya nak," ucap Leoni sambil berdiri di teras depan rumah. Kedua alisnya berkerut terlihat sedih mengetahui anak perempuannya harus pergi lagi.

"Ya, ma," kata Hanah sambil mengecup pipi kanan mamanya.

"Padahal rencananya hari ini kita mau makan bersama sekeluarga setelah sekian lama." Yohan, yang berdiri di samping Leoni, terlihat kecewa.

"Maaf pa. Lain kali, ya," sesal Hanah. Saat gadis itu menoleh ke arah samping, Pram berdiri di sana dengan ekspresi datar. Hanah tersenyum sekilas sebelum pamit juga pada kakak tirinya itu.

Sesudah itu, Hanah masuk ke dalam HRV merahnya lalu melaju meninggalkan rumah. Perasaan lega segera membanjiri dada gadis itu. Secara perlahan, air mata membasahi pelupuknya. Hanah menyetir mobilnya sambil menangis sesenggukan. Akhirnya, dia berhasil menghindar dari jangkauan kakak tirinya itu.

Ternyata Pram masih sama seperti dulu. Rasa takut, jijik, dan geram membuat jari-jari Hanah meremas setir. Semuanya mulai terjadi saat gadis itu menginjak usia tujuh belas tahun. Pram mulai bersikap aneh padanya. Sejak saat itu, hubungan mereka jadi renggang.

Ketika sudah dekat area kosnya berada, Hanah tiba-tiba teringat dengan janji yang dibuatnya untuk bertemu Sam Handoko. Gadis itu menepuk jidatnya karena hampir melupakan hal itu.

Di lampu merah, Hanah mengambil inisiatif untuk menelepon kakek Sam. Dia mengaktifkan mode hands free sehingga bisa tetap fokus memandang ke arah jalan.

"Halo?"

"Halo, saya Hanah," ucap gadis itu saat mendengar respon dari seberang sambungan.

"Gimana kabarmu, nak?" Pertanyaan dengan nada hangat itu membuat Hanah tersenyum lembut.

"Saya baik, kek. Sebelumnya, mau tanya, apa bisa minta tolong kakek kirimkan nomor kontak kak Sam ke saya? Saya perlu ngabarin kalau saya bakal terlambat," ujar Hanah.

"Astaga, kakek lupa memberikan nomor kontaknya langsung. Baik, kakek kirimkan, ya."

Hanah berhenti di bahu jalan sejenak untuk menghubungi Sam. Sesudah mengaktifkan kembali mode hands free, dia kembali melajukan kendaraannya.

"Ya, halo?" Suara bernada bass terdengar begitu sambungan telepon diangkat.

"Halo, kak Sam? Ini Hanah," jawab gadis itu. "Kak, saya bakal terlambat sedikit, tolong ditunggu, ya."

"Oh, santai saja."

Hanah tersenyum lega. "Kalau begitu, sampai ketemu di sana ya, kak." Gadis itu pun menutup sambungan telepon.

Kira-kira setengah jam kemudian, mobil HRV merah milik Hanah tiba di sebuah parkiran area cafe. Hanah mengambil cushion dari dalam tas selempang miliknya. Dia memeriksa keadaan matanya sejenak karena tadi sempat menangis. Untung saja matanya tidak membengkak, hanya sedikit sembab saja. Dia meneteskan cairan tetes mata lalu mengambil tisu kering untuk mengeringkan kelebihan air dari kedua matanya.

Sesudah merasa siap, Hanah turun dari mobil, lalu melangkah ke arah pintu masuk gedung. Gadis itu langsung bisa mengenali sosok Sam Handoko ketika dia membuka pintu. Pria itu sedang menyesap secangkir kopi sambil duduk santai di sebuah sudut ruangan. Poni rambutnya menutupi dahi sedikit terlihat berantakan, namun masih tergolong rapi. Penampilannya terlihat kasual dengan sepasang sepatu sneakers putih.

"Hai," sapa Hanah sambil tersenyum lebar. "Maaf, lama, ya?" Gadis itu meraih sisi rambutnya lalu menariknya ke belakang telinga kanan. Sesudah dia duduk, seorang waiter menghampiri untuk menanyakan pesanannya.

Di sisi lain, Sam justru terdiam seribu bahasa. Di hadapannya saat ini dia melihat sesosok wanita berambut panjang sepunggung, bibir yang berwarna kemerahan itu tersenyum lebar ke arahnya dan kedua matanya besar, tampak berbinar, menatapnya. Tanpa sadar, Sam menelan ludahnya.

Secret Behind Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang