"Sam, ingat perjanjian kita saat itu?" Hanah memulai kata-katanya. "Aku ingin kamu menepati janjimu..." Sudah dua tahun berlalu sejak mereka saling menandatangani surat kontrak pernikahan. Walau di tengah jalan mereka menghapus salah satu syaratnya, kontrak pernikahan itu tetap berjalan.
Sam bangun dari kursi lalu menatap serius ke arah Hanah. Dia baru kembali menemukan kata-katanya kemudian. "Kenapa...? Kenapa kamu ingin minta bercerai denganku? Bukankah perasaan kita sama?" Rasanya Sam ingin menampar dirinya sendiri agar terbangun dari mimpi buruk ini. Dia merasa Hanah tidak adil. Pertanyaannya hanya satu, mengapa Hanah ingin mengakhiri hubungan pernikahan mereka?
"Apa alasannya? Apakah aku melakukan sebuah hal yang nggak kamu sukai?" Pertanyaan demi pertanyaan muncul dan laki-laki itu menyampaikannya secara bertubi-tubi.
Hanah, dengan sebuah senyum di wajahnya, hanya menggelengkan kepalanya. "Nggak, Sam. Nggak ada yang salah denganmu. Akulah yang salah," jawabnya. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kanannya meraba cincin yang melingkar di jari manis tangan kirinya. Dia memutar-mutarnya lalu perlahan melepaskan cincin itu dan meletakkannya di atas meja, persis di samping surat gugatan cerai yang sudah ia tanda tangani.
"Sejak kasus Pram, aku belum bisa menjadi diriku sendiri. Aku bertahan demi alasan pernikahan kita. Sekarang, kamu sudah resmi menjadi penerus satu-satunya grup Handoko." Air mata perlahan menetes membasahi kedua pipi Hanah. Selain menangis sendirian, hari demi hari dia lewati dengan memaksakan diri untuk tersenyum. Mungkin dari luar dia tampak baik-baik saja. Tetapi, di baliknya, sebenarnya dirinya seolah masih tenggelam ke dalam lumpur. Sekuat apapun dia berusaha keluar, lumpur itu terus menghisapnya masuk.
Saat ini air mata juga mulai mengumpul di kedua mata Sam. Dia menggelengkan kepalanya keras. Tidak mau menerima kata-kata gadis itu. "Aku mau menunggu... Berapa tahun pun aku bersedia menunggu sampai kamu benar-benar pulih," desak Sam. Dia mengusap kasar wajahnya dengan kedua telapak tangan. Sementara itu, dia memutar tubuhnya ke samping, tidak mau menatap ke arah gadis itu. Dia menarik napas dalam-dalam sambil berusaha menenangkan dirinya.
"Sam," panggilan Hanah membuat Sam kembali menoleh dan memusatkan perhatiannya pada istrinya.
"Kumohon, biarkan aku melepaskan beban ini sejenak. Tolong..." Gadis itu menarik napas sementara air matanya terus menetes. "... tolong lepaskan aku," ucap Hanah memohon dengan senyum tulus di wajahnya.
"Hanah..." pinta Sam. Dia benar-benar tak ingin mereka berpisah. Jika harus berlutut dan memohon pun akan dia lakukan supaya membuat Hanah tetap tinggal di sisinya. Tetapi, tatapan Hanah membuatnya mengerti. Hanah sedang memintanya dengan sungguh-sungguh.
"Paling nggak, bolehkah aku tahu kemana kamu akan pergi?" tanya Sam dengan suara bergetar. Dia berdeham pelan, berusaha menghilangkan serak di tenggorokannya. Sam mengulurkan kedua tangannya bertumpu pada meja ruang kerjanya itu. Dengan kedua tangan terkepal erat, dia menatap Hanah dengan penuh harap.
"Aku mendapat surat dari salah satu kampus di New York untuk melanjutkan studi S2. Jadi, setelah ini aku akan pergi ke sana," jawab Hanah. Kemudian gadis itu menarik kertas lain dari dalam map yang dia bawa. Saat kertas itu dia letakkan di atas meja, isinya merupakan surat permohonan undur diri dari perusahaan. Gadis itu meneguk ludahnya sebelum mengucapkan kalimat perpisahannya. "Terima kasih buat dua tahun kebersamaan ini. Terima kasih juga sudah menjadi suami yang baik, yang sempurna dan yang hebat buatku."
Sekali lagi senyum lebar itu tersungging di bibir Hanah. "Selamat tinggal Sam..." Hanya itu yang bisa dia sampaikan untuk terakhir kalinya kepada laki-laki itu.
Rasa sesak membuat napas Sam tersenggal. Kesedihan itu begitu hebat sehingga dia sampai tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun saat ini. Dia hanya bisa menatap, ketika Hanah mulai membalikkan badannya lalu melangkah pergi. Rasanya semua terjadi begitu lambat seperti sebuah slow motion dalam film. Baru ketika pintu ruangan itu tertutup rapat, Sam membuka mulutnya dan berbisik pelan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Behind Marriage (Completed)
RomanceBagi Sam, Hanah adalah alat yang ia perlukan untuk membuat kakek memilihnya menjadi penerus bisnis keluarga. "Buktikan pada kakek bahwa kamu bisa membentuk sebuah keluarga. Dengan begitu, kakek akan membuat kamu menjadi penerus satu-satunya bisnis k...