Sebuah dering telepon menggugah Hanah dari tidurnya. Dia menggeliat perlahan sambil meraba meja nakas. Sesudah menemukan handphonenya, dia menggeser tombol hijau pada layar. "Ya, ma?" ucapnya dengan nada serak. Hanah bangun dari posisi tidur. Tangan kirinya yang bebas mengusap perlahan rambutnya.
Ketika dia menoleh, Sam masih tertidur pulas. Rambut laki-laki itu terlihat berantakan, membuat Hanah tergoda untuk mengulurkan tangan dan merapikannya. Tapi perhatiannya kembali teralihkan ketika suara mamanya terdengar dari seberang sambungan.
"Acara makan bersama?" ulang Hanah dengan kening sedikit berkerut.
"Iya, untuk merayakan hari pernikahan mama dan papamu."
Hanah menjauhkan layar handphonenya untuk melihat tanggal pada layarnya. Dia terlalu fokus dengan hal lain sampai lupa dengan acara tahunan ini. Di satu sisi, dia merasa gembira, tetapi di sisi lain, dia merasa sedikit khawatir karena memikirkan akan bertemu dengan kakak tirinya lagi. Mengingat pertemuan terakhir mereka di kampus membuatnya merasa kesal dan marah. Perasaan itu dia rasakan karena dia merasa tidak bisa kabur kemanapun. Gadis itu merasa terjebak di lingkaran yang sama. Tak bisa mengeluarkan dirinya sendiri dari situasi yang membuatnya ketakutan tiap berhadapan dengan Pram Setiabudi.
Hanah menarik napas pelan sebelum menjawab, "Oke, ma. Sampai ketemu di acara ya. Aku dan Sam akan datang."
Sesudah Hanah meletakkan handphonenya kembali di nakas, sebuah suara terdengar dari samping. "Telepon dari siapa?" Pertanyaan itu dilontarkan Sam yang sedang mengedipkan matanya beberapa kali sebelum menatap ke arah istrinya.
"Dari mama," jawab gadis itu sambil tersenyum lembut. Kali ini tidak ada yang menghentikannya untuk mengulurkan tangan dan mengusap helaian rambut milik Sam. Rasanya halus dan lembut. Persis seperti perkiraannya. Gadis itu mendekatkan wajahnya lalu mengecup kening laki-laki itu perlahan. "Good morning, my husband."
Saat Hanah bergerak menjauh, kedua tangan Sam dengan sigap menangkap pinggangnya. Hal itu membuat Hanah membelalakkan matanya kaget. "You can do that again," ucap Sam dengan suara seraknya. Laki-laki itu memandang intens ke arah gadis itu.
Debaran dalam rongga dada Hanah kini jadi berpacu kencang. Dia tidak menyangka Sam akan bereaksi demikian akibat inisiatifnya untuk mengucapkan selamat pagi. Yah, walaupun dia menambahkan sebuah kecupan di kening Sam pada hari ini. Biasanya mereka hanya bertukar sapa selamat pagi saja.
"Um, mama bilang ingin mengundang kita hari ini untuk makan malam bersama." Hanah mencoba mengalihkan topik. Pandangan matanya menatap ke segala arah, kecuali wajah Sam. Rasanya begitu malu saat ini untuk memandang ke arah wajah suaminya itu.
"Nggak, lakukan dulu yang kamu lakukan padaku barusan," ulang Sam. Kini sebuah senyum melengkung di wajahnya. Caranya menatap Hanah saat ini terlihat begitu jahil. Seperti seorang anak kecil yang menemukan sebuah hal menarik di hadapannya.
"Sam!" sahut Hanah malu. Dia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Saat ini Hanah bisa membayangkan kedua pipinya pasti sudah semerah buat tomat matang. "Harusnya aku nggak perlu menciummu. Sebal deh!" Gadis itu menggerutu pelan.
Tangan kanan Sam terangkat untuk membuka telapak tangan yang menutupi wajah cantik Hanah. Dia menatap Hanah dengan lembut. "Jangan begitu, justru kamu boleh sering menciumku," ucap laki-laki itu tulus. Dia sudah menyatakan perasaannya kemarin. Hubungan mereka bertambah baik karena hal itu. Sam suka Hanah ada di dekatnya, dia suka tiap gadis itu menyentuhnya.
Memanfaatkan kenyataan bahwa Hanah sudah mengetahui perasaannya, Sam tidak berniat menyembunyikan niatnya untuk mendekati gadis itu. Mereka mungkin terikat secara pernikahan, namun dia tetap ingin mengenal Hanah lebih dalam lagi. Dia ingin tahu semuanya tentang gadisnya itu. Mulai dari hal yang Hanah sukai, sampai hal yang tidak disukai. Cita-cita hingga ketakutan gadis itu, semua ingin Sam kumpulkan satu demi satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Behind Marriage (Completed)
RomantizmBagi Sam, Hanah adalah alat yang ia perlukan untuk membuat kakek memilihnya menjadi penerus bisnis keluarga. "Buktikan pada kakek bahwa kamu bisa membentuk sebuah keluarga. Dengan begitu, kakek akan membuat kamu menjadi penerus satu-satunya bisnis k...