Happy reading kawan!
Maaf kalo ada typo 🙏🏻
Jisung sudah berada di kamarnya. Setelah tadi ia masuk melalui pintu belakang..ia segera naik dan mencuci baju di kamar mandi.
Sebenarnya ia tak bermain hujan hujan-an seperti saat ia kecil. Tapi ia benar benar kehujanan. Tidak ada bus siang tadi, jadi ia terpaksa berjalan kaki setengah lari untuk sampai rumah.
Dan seperti yang ia duga, dirinya akan dimarahi. Tapi lebih parahnya, yang memarahi nya adalah Renjun. Untung Jisung tak dikurung seperti bulan lalu.
"Kenapa baru pulang?! Kemana saja kau, hah? Apa kau tak tahu kau punya rumah?"
Jisung yang baru saja sampai dalam keadaan basah itu hanya bisa terdiam. Ia benar benar tak tahu harus berbuat apa.
Kata orang..jika kau tak tahu harus berbuat atau mengatakan sesuatu, lebih baik diam saja. Karena kita tak tahu apakah yang kita lakukan atau perbuat bisa berdampak baik atau buruk. Dan Jisung memilih option ini.
"Kau tau ini jam berapa? Jam 6! Ini sudah malam Jisung-ah" bentak Renjun. Dibelakang nya ada Jaemin dan Jeno yang hanya bisa diam sama seperti Jisung. Lalu ada Mark yang duduk di sofa ruang tamu dengan santai tanpa mempedulikan manusia lain yang ada disana.
"Mian hyung. A-aku tadi—"
"Kau selalu saja mencari alasan. Apa kau akan terus merepotkan kami? Kau sudah besar Jisung-ah!!" nada bicara Renjun semakin tinggi. Membuat Jisung hampir menangis. Pelupuk matanya sudah digenangi air yang mungkin akan tumpah kapan pun.
"Renjun hyung..biarkan saja. Untuk apa hyung mempedulikan nya?" Jeno menengahi. Membuat Renjun mengalihkan atensinya.
"Jika aku membiarkan dia akan semakin liar, Jeno. Dia itu perlu diajari!"
Lalu Renjun mendekati Jisung yang tertunduk. Dia menarik paksa lengan anak laki laki yang masih mengenakan seragam dan membawanya ke belakang. Sementara Jisung hanya pasrah. Cekalan Renjun kuat sekali di lengannya. Membuat air matanya turun menahan sakit.
Jeno dan Jaemin tak bisa berbuat apa apa. Karena, marahnya Renjun itu berarti musibah. Jika marah biasa mungkin mereka bisa saja membela Jisung—maksudnya membuat hukuman Jisung menjadi lebih ringan—tapi jika seperti ini...akan lebih baik mereka jadi patung saja. Siapa yang mau kena semprot kata kata pedas dari Renjun disini? Tidak ada.
Setelah kakak dan adiknya itu menghilang menuju ruang belakang. Jaemin menghembuskan nafas lelah. Amarah Renjun dan pasrah nya Jisung..bukanlah hal baik. Renjun bisa saja melakukan apapun pada anak itu.
"Hyung..kau tak mau menghentikan Renjun hyung?" tanya Jaemin hati hati.
Mark menutup bukunya. Memandang 2 adik kembarnya yang tak se indentik, yang masih berdiri di tempat dengan tatapan datar namun tenang. "Percuma jika aku ikut campur..amarah Renjun bukan apa apa untuk nasehat ku jika sudah seperti ini." ucapnya dengan nada tenang.
Jaemin tak mengerti. Mark itu kan yang tertua, seharusnya dia bisa menenangkan Renjun. Sekedar menenangkan nya saja. Tak lebih...
Sementara itu...
"Hyungg! Maaf~" Jisung yang sedari tadi menahan tangisnya itu akhirnya menumpahkannya. Renjun membawanya ke gudang yang gelap nan dingin, tepat di ruangan paling pojok rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Boy♪
Teen FictionSetiap orang punya alur nya dengan proporsinya masing masing. Tapi, Jisung rasa alurnya terlalu berat untuk ia lalui sejak belia. Tuhan tidak salah menentukannya kan? Start: 22 Agustus 2021 #3 Yujin #9 Keras #7 Masa #17 Masa #72 perjalanan #21 Sad S...