39. Senyuman manis

774 48 3
                                    

"lebih dari sayang."

.

.

"Lucu sekali! Bayi siapa ini, heum? Bayi siapa??"

Berulang kali kecupan mendarat di pipi si kecil yang tidur nyenyak dalam gendongannya.

Bayi kecil berumur 3 bulan yang nampak menikmati ayunan demi ayunan pun tak merespon. Dia begitu menikmati, bagaimana kecupan manis yang Bunda berikan.

Sesekali tangan kecilnya bergerak meraih angin di udara.

Siapa yang tidak akan gemas dengan tingkah bayi kecil ini? Wanita yang menggendong nya pun sepertinya tidak kuat lagi, sehingga meletakkan kembali sang buah hati ke box bayi berukuran sedang. Matanya tak teralihkan dari wajah sang anak yang nampak menenangkan. Hidung yang kecil dan matanya yang sipit. Mulut kecil yang berkedut dan berwarna merah.

Tangan si wanita dengan gemas memainkan pipi si kecil. Sebenarnya tak berniat mengganggu tidurnya, tapi ini momen yang menyenangkan. Ia perlu menikmatinya, karena ke 5 anaknya yang lain sudah mulai kegelian saat ia memainkan pipi mereka.

Kapan lagi ia bisa seperti ini. Seperti pasangan yang baru memiliki anak untuk pertama kalinya.

"Bunda.." panggilan itu membuat si wanita menolehkan kepalanya. Tak jauh dari tempatnya, seorang gadis dengan gaun selutut juga pita di rambutnya berdiri dengan raut wajah lemas.

Si wanita pun mendekati gadis itu. Mengelus rambut hitamnya dan bertanya, "Kenapa, sayangku? Perlu Bunda bantu tentang sesuatu?"

Si gadis menggeleng. Membuat sang Bunda tak mengerti dengan maksud putrinya itu. Apa yang dia mau?

"Aku lapar. Bunda sibuk dengan adik. Bunda belum memasak.." ujarnya dengan polosnya sambil menunduk kepala. Ah, lucu sekali.

Sang Bunda menepuk jidatnya saat lupa kalau sekarang sudah semakin siang. Bagaimana bisa dia jadi lupa?

"Maaf ya sayang. Kalau begitu, ayo turun dan makan sebelum adikmu bangun.." Sang Bunda bangun dan menggiring gadis itu keluar dari kamar. Tak lupa dia menutup pintu kamar agar tak ada orang yang sembarang masuk.

Wajah cemberut tak hilang dari wajah si gadis sekalipun Bundanya ada di sampingnya. Beberapa kali dia melirik pada sang Bunda yang tersenyum.

"Bunda, Bunda sayang sekali dengan adik? Sebelumnya Bunda gak lupa kaya gini. Aku jadi kelaperan" saut sang gadis dengan nada khas yang mengatakan kalau dia sedang cemburu.

Nampaknya Bunda nya sedang tidak peka kalau ia iri dengan sang adik yang lebih banyak mendapatkan perhatian walaupun dia tahu kalau adiknya masih kecil.

"Bunda lebih dari sayang. Bunda sangat cinta adikmu. Mungkin dia yang terakhir untuk Bunda kali ini. Bunda merasa cukup."

Gadis itu memalingkan pandangannya. Dia tidak pernah cemburu dengan saudaranya sendiri. Tapi kali ini, adiknya mendapatkan banyak hal yang biasa Bunda berikan padanya juga kakak-kakaknya.

Adiknya sangat menggemaskan seiring pertumbuhannya. Saat dia memasuki seolah dasar, dia mudah menangis untuk hal kecil. Terutama teman. Dia tidak suka ditinggal begitu saja. Yujin perlu meyakinkan adiknya berulang kali agar ia bisa memulai kelas.

Little Boy♪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang