21. I'm tired

1K 82 0
                                    

I just want to stop.

.
.
.

Maaf klo ada typo🙏🏻

—Happy Reading—

Selepas hujan reda, Jisung berpamitan pada Doyoung untuk pulang. Dia tak mau membebani hyungnya itu dengan berlama lama disana. Tetap saja itu rumah orang lain walau Jisung dianggap adik sendiri.

Bau hujan yang baru saja reda menyeruak di hidungnya. Memberikan aroma segar dan udara yang sejuk di paru paru nya. Sesekali kaki kanannya menendang kerikil kecil, membuat kerikil itu terlempar beberapa meter.

Jalanan begitu senyap di sore hari seperti ini. Mungkin karena hujan, begitu pikirnya. Angka di jam tangannya menunjukkan sekarang sudah pukul 4 lewat. Menandakan hari segera gelap dan matahari akan terbenam sebentar lagi. Tapi...Jisung tak peduli.

Persetan dengan fakta kalau hyung nya yang ada dirumah akan memarahinya. Persetan pula kalau Renjun akan mengurungnya lagi.

Matanya yang sendu terus memandang ke depan. Berhati hati agar tak lengah. Jalanan yang licin memiliki persentase jatuh dan terluka lebih besar dibandingkan saat jalanan itu kering. Jisung mau itu terjadi? Tidak.

Sesekali jari jarinya memainkan tali ransel yang menggelantung bebas. Memutar mutar nya dan mengembalikan ke bentuk semula. Hanya itu yang dia lakukan selama ia berjalan pulang. Ditemani pula dengan suara burung berkicau dan tetesan air yang berasal dari ujung daun.

Ia diam. Matanya terus bergerak menelisik sekitar.

"Andai aku tidak sakit..." Monolognya secara tiba-tiba.

Ia memejamkan matanya. Memaksa kakinya untuk berhenti. Menghirup dalam dalam oksigen untuk memenuhi dadanya yang sesak. Buku buku jarinya menggenggam kuat tali ransel yang tadinya ia mainkan.

"Bunda..hiks"

Entah kenapa dia harus menangis. Tapi terkadang kalau Jisung tidak mengeluarkannya, itu membuat dirinya semakin sakit.

Bahunya naik turun tidak beraturan, kepalanya tertunduk, sebutir demi sebutir air mata terus menuruni pipinya yang halus. Tangannya semakin erat menggenggam tali ransel. Suaranya sesenggukan, membuat nafasnya semakin sesak.

Setelah tangisannya reda, ia mengambil inhaler yang ia pinta dari Doyoung, mendekatkan nya pada lubang hidungnya dan menghirup udaranya dalam-dalam. Dadanya tak lagi sesak. Tapi tetap saja rasanya sakit.

"Apa semua ini benar-benar kesalahan ku?"

Ia menggeleng kuat. Menghapus jejak air mata di pipinya. Mengeraskan rahangnya. "Bukan. Bukan aku...itu orang lain. Iya, benar."

Ia kembali berjalan. Tak mau berlama lama berhenti dan sampai di rumah terlalu larut. Hari ini menurut Jisung, terlalu buram, tidak menyenangkan. Ia tak mau menghadapi hal lain yang membuat nya semakin runyam.

Sudah cukup apa yang ia rasakan begitu menyulitkan. Jangan sampai ia semakin menyulitkan dirinya sendiri.

Semoga tak ada hal yang begitu mengejutkan.

Little Boy♪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang