43. Hidup Bahagia?

768 83 19
                                    

"Hanya terima kasih.."

Happy Reading 🔥

Maaf klo ada salah penulisan!

Menghembuskan nafas dengan kasar, ia melempar mug putih berisi kopi hangat ke sembarang arah. Biarlah pecahan itu berserakan kemana-mana. Tak apa bila pecahan itu melukai dirinya. Kekacauan perasaan dirinya sendiri membuatnya mendadak gila.

Ia memijat pelipis dengan mata yang perlahan terpejam. Ada rasa sesal, namun ada rasa marah juga. Lagi-lagi ia dikalahkan keegoisan.

Ia sempat berpikir, apa ia sangat kasar tadi? Ini pertama kalinya, anaknya sendiri memanggil namanya secara lantang. Tak ada keraguan sama sekali pada suaranya. Apa ia terlalu kelewat batas?

Pandangan matanya langsung beralih pada sebuah pigura sedang yang terpajang di lemari kaca. Ia melangkah mendekati lemari itu. Mengambil pigura dengan foto seorang wanita.

Istrinya.

Senyuman manis terukir di foto itu. Membuat hatinya terinjak-injak mengingat kejadian tadi. Walau ia berusaha melupakannya, tidak mudah seperti membalikkan sebuah kertas.

"Sayang..maafkan aku." bisiknya tanpa sadar.

Tangannya mengelus kaca yang melapisi. Hatinya mendadak sakit, menyadari ia baru saja menyakiti separuh jiwa istrinya sendiri. Ia lupa, jantung yang ada pada anak itu, adalah benda berharga milik wanita kesayangannya.

Sekalipun raganya mati, jiwanya masih bersamanya.

Dan ia menyakiti anak itu tadi. Apa dia akan marah padanya? Apa dia akan menghantui dirinya lagi? Apa ia begitu kejam pada cintanya sendiri?

"Maaf. Seharusnya sekarang kau yang disini..."

"Kau dengar?"

"Dengar apa? Tolong jangan bicara setengah-setengah seperti itu!" ketusnya pada remaja labil yang kini berdiri menatapnya dengan malas.

Dari tadi mulutnya terus berkicau seperti burung kelaparan. Tapi memangnya burung akan berisik jika tidak diberi makan?

Ia menopangkan dagu menatap ke arah luar. Terdengar suara obrolan siswa dan kicauan burung di atap depan. Mungkin mereka membuat sarangnya disana. Tapi ia tidak peduli. Suara-suara disana terkalahkan dengan omelan dari orang disebelahnya yang merasa ia begitu cuek.

"Makanya dengar saat aku bicara. Kau tahu jika Jisung masuk rumah sakit?" tanya si remaja padanya dengan hati-hati.

Ia langsung menoleh. Kaget dengan pertanyaan itu. Ia tidak mendengar apa-apa. Bahkan anak-anak kelas lain tidak membicarakan ini. Bagaimana dia tahu?

Tak ada angin tak ada hujan, kenapa bisa itu terjadi? Apa lagi yang dia lakukan sampai masuk ke tempat itu? Dia tidak sekedar cari perhatian saja, kan?

"Tidak tahu. Kenapa memangnya?" tanyanya dengan nada sinis. Beberapa waktu belakangan, ia tidak membahas topik ini. Dan sekarang ia sedang malas.

"Ah, Chenle-ya.. bagaimana bisa kau tidak tahu.." ucap si remaja dengan nada sedih. Mungkin dia berpikir Chenle tidak akan mengerti dengan arah pembicaraannya nanti.

Little Boy♪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang