31. Perubahan

770 82 5
                                    

Happy Reading 💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy Reading 💗






Hingga mendekati tengah malam, secercah cahaya terus menemani si penghuni yang tengah asik bergelut dengan kertas juga pulpen.

Pulpen itu menari-nari dengan lihai, mencetak setiap huruf ke atas kertas putih bergaris.

Tidak ada maksud apapun selain keisengan yang tiba tiba datang menyapa. Entah kenapa malam selalu jadi waktu dimana ide ide aneh bermunculan.

Seperti saat ini, tanpa maksud jelas...sedari tadi ia terus menulis. Mencurahkan isi hati yang sudah tidak karuan lagi.

Dan kagetnya lagi, mendadak ia seperti puitis. Kata kata terangkai indah sebagai kiasan. Menutup arti sesungguhnya dari tulisan tulisan itu.

Ia menghentikan niatnya. Membiarkan tulisan itu selesai tanpa bagian akhir.

Cahaya dari lampu belajar menjadi teman satu satunya di malam ini. Disaat kegelapan malam lebih banyak terlihat daripada gemerlap lampu jalan.

Pikirannya hanya berharap satu hal. Tidur. Ia perlu tidur. Dan itu harus ia dapatkan. Sekolah tidak akan menunggunya ketika ia tidak datang. Waktu akan terus berjalan walau ia berhenti bergerak.

"Tidur, otak!! Sampai kapan aku harus seperti ini?" Gumamnya dengan pandangan tertuju ke luar.

Ia terus terdiam, hingga akhirnya mata yang sedari tadi terus terjaga perlahan mulai lelah, dan mulai menutup. Membawa sang empu ke dunia mimpi, memberi waktu untuk raganya beristirahat. Bersiap menghadapi keesokan harinya yang tak akan ia duga.



Pagi hari tak benar benar indah. Hari itu, waktu dimana seharusnya ketenangan menjadi hal yang menyambut penghuninya, justru kali ini dihadiahi bunyi seruan keras dari seseorang yang sangat mereka kenal. 

Bahkan seruan khas suara bariton terdengar menggelegar, mengambil perhatian remaja remaja yang baru saja bangun dan mengumpulkan nyawa masing masing. 

Mereka buru buru turun menghampiri sumber suara tersebut. Lalu menemukan sang Ayah tengah marah pada seseorang yang bisa ditebak siapa orangnya.

Si bungsu.

"Sudah merasa paling hebat, ya? Hingga berani keluar pagi pagi dengan luka luka seperti anak berandalan?" tekan sang Ayah dengan nada tingginya.

Little Boy♪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang