44. J

773 68 10
                                    

Happy Reading 💗

Maaf atas kesalahan penulisan!




💥

Mark menggenggam ponselnya menunggu panggilan tersambung pada seseorang yang benar benar ia butuhkan saat ini.

Saat panggilan tersambung, baru saja Mark mau menyapa, namun suara adiknya terdengar begitu lelah menghentikan niatnya.

"Dilarang mengganggu waktu kuliah. Ayolah, hyung. Apa lagi yang kau cari??"

Pengertian sekali adiknya ini. Setidaknya ia harus bersyukur.

"Tidak..." kata Mark membuat jeda. Ini sebenarnya mencari masalah karena ada masalah. Mark yakin adiknya akan menolak, tapi Mark benar-benar butuh bantuan.

"Tapi aku butuh bantuanmu. Sedikit ....saja. Bisa, kan? Oke?" desak Mark berharap adiknya mau membantunya. Ayolah bukan hal yang besar. Ia butuh bantuan adiknya untuk menemaninya bertemu Ayah. Sebenarnya Mark bisa sendiri. Lagipula dia bukan anak kecil lagi yang perlu ditemani. Tapi kali ini ingin saja. Siapa tau Jeno bisa membantunya menenangkan Ayah.

"Mwoya? Kalau tentang Ayah, aku tidak mau. Ajak Jaemin saja." ujar Jeno memberi saran dalam panggilan mereka.

Ya ...saran yang bagus. Tidak buruk. Lagipula, Jaemin salah satu anak kesayangan Ayah. Selain Jeno, mungkin Mark bisa meminta bantuan Jaemin.

"Baiklah. Terima kasih. Maaf karena hyung mengganggu waktu mu..."

"Ya. Jangan lupa ayam saus tiram saat aku pulang."

Panggilan selesai dengan permintaan Jeno tanpa persetujuan darinya. Benar-benar anak itu. Tapi tidak apa-apa. Mark sudah belajar memasak makanan itu.

Saatnya menghubungi si kembar lainnya. Tidak, kali ini bukan panggilan, hanya mengirim pesan saja. Jaemin bilang, jika tidak darurat, jangan menelponnya. Karena percuma saja. Dia akan menutup panggilannya tanpa memberi penjelasan sama sekali.

Dan ini bukan keadaan yang darurat dalam tanda petik.

"Jaemin ...punya waktu? Bisa bantu Hyung untuk berbicara dengan ayah? Hanya sebentar, setelah itu Hyung akan traktir. Begini saja tidak apa-apa. Baiklah..."

Mark menekan tombol 'kirim'. Tinggal menunggu Jaemin membalas disaat ia sempat. Ia yakin tidak akan lama.

"Jisung anak Ayah." penegasan dari Jaemin membuat Ayah maupun Mark diam di tempat. Sudah 30 menit mereka beradu pendapat dan saling melempar pertanyaan maupun pernyataan.

Tak ada yang menang saat ini. Ayah meminta dirinya, tapi justru Jaemin yang berdebat disini. Mark seolah tidak punya peran apa-apa dalam cerita.

"Tidak ada seorang anak yang membunuh saudaranya sendiri."

"Ayah!"

Suasana tak membaik justru semakin memanas. Akh, siapa yang menyarankan topik ini untuk dibicarakan?

"Jaemin, bahkan kau tau sendiri bagaimana sifat dan kelakuan adikmu itu..." tegas Ayah menatap Jaemin dengan tajam. Anak kesayangannya kini ikut juga dalam debat anak dan ayah yang tak direncanakan.

Little Boy♪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang