49. Kronologi

681 50 14
                                    

Dunia mu sudah hancur.

.
.

Happy Reading 🦋

Maaf ya kalo ada typo

"Permisi..." Seorang pria yang sedang berbicara itu menggantung suaranya. Alisnya terangkat kala melihat sebuah nama yang terpampang dalam kecelakaan yang ia tangani. "Tuan Lee Jong Suk. Banyak yang mengatakan kalau Kau adalah tersangka disini."

Seseorang yang dipanggil namanya itu hanya mengangguk seraya menutup mata di balik kacamatanya. Siapa sangka, salah satu pengusaha sukses di negeri ini terjerat kasus kecelakaan anaknya sendiri sebagai tersangka. Jika berita ini sudah tersebar, Jong Suk tidak bisa memungkiri para investor akan menghentikan kerja sama dengannya.

"Tolong katakan yang sejujurnya. Bagaimana bisa ini terjadi? Kau ada di sana, tentu kau tahu sejak awal."

Ia mengangguk. Menarik nafas panjang, lalu menghembuskan perlahan diikuti suara yang keluar dari pita suaranya.

"Saat itu aku keluar dari rumah sakit dengan rasa kesal, lelah dan marah. Anak kesayangan ku memarahiku. Dan aku mengunjungi objek masalah kami dimulai. Tapi tidak ku sangka, dia mengikuti ku sampai keluar rumah sakit..."

Suara langkah kaki itu masih ada terdengar, tapi dirinya pura-pura tidak tahu. Walau panggilan demi panggilan terus terucap untuk menarik atensinya, itu tidak membuatnya berhenti dan memandang pemuda itu dalam dalam.

Sampai tangannya yang gemetaran dan lemas menarik lengan jasnya. Membuat ia mau tak mau berhenti.

Tak ada sepatah kata pun yang ia dengar. Hanya suara nafas yang masuk dan keluar secara tergesa-gesa dari seseorang di belakangnya. Tidak ada yang meminta pemuda itu mengejar dirinya. Dan sekarang urusan nya sudah ia anggap selesai.

"Ayah...tolong...jangan pergi..." ujar si pemuda dengan jeda di setiap katanya.

Rasanya pedih. Dia memanggilnya Ayah. Sama sekali tidak pantas untuk ia dengar dari mulut pemuda itu.

"Tolong..sekali saja...bersamaku.." nafas si pemuda belum juga kembali normal. Tangan lemas itu masih menarik kain jas yang ia gunakan. Dan tidak ada pergerakan sama sekali dari dua orang itu.

"Kau tetap disana? Kau menuruti keinginannya?" Tanya orang berseragam itu seraya mencatat sesuatu pada buku berukuran kecil di tangannya. Sesekali matanya naik dan turun bergantian.
"Atau kau melakukan apa yang aku pikirkan...?"

Ia reflek mengangguk. Kepalanya menoleh ke arah jendela yang tak jauh darinya. Pemandangan hijau pepohonan dapat ia lihat walau hanya sedikit. Peristiwa itu masih hangat dipikirkannya. Tapi dingin jika ia mengingat apa yang terjadi setelahnya.

"Aku memintanya pergi. Aku memintanya tidak mengikutiku. Tapi dia keras kepala."

Tangannya kini diletakkan di atas meja. Meraih pulpen-entah milik siapa-yang ada disana. Memutar-mutar nya dengan lihai di antara jari-jarinya. Ia kembali berbicara.

"Aku sempat mendorongnya untuk menjauh dariku. Tapi aku tidak tahu, kalau dia akan terjatuh ke jalanan dan sebuah mobil menabrak nya."

Little Boy♪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang