18. Noona.

784 76 3
                                    

She goes. Leaving a little wound in my heart.
.

.

Maaf kalau ada typo:)


Hari demi hari telah berlalu untuk Jisung. Angin sepoi-sepoi berhembus pelan menggoyangkan anak rambutnya yang berwarna hitam kecoklatan.

Ngomong-ngomong, ia sudah mengecat rambutnya. Semoga saja tidak terlalu buruk.

Ia berjalan dengan mata tertuju pada ponsel, di sepanjang trotoar yang sepi. Jarang sekali situasi seperti ini ia lalui. Di sore hari seperti ini biasanya akan banyak kendaraan berlalu lalang.

Kalian pasti tidak akan menyangka. 2 hari lalu, Renjun pulang kerumah dan langsung memarahinya. Bukan karena hal yang begitu buruk, tapi karena dia mengikuti olimpiade yang sekolah percayakan padanya. Aneh, bukan?

Memang, terakhir kali Renjun memintanya untuk tidak perlu mengikuti lomba apapun lagi. Namun, menolak permintaan seseorang itu kadang menjadi hal yang sangat sulit dilakukannya. Apalagi orang yang lebih tua. Kalian pasti mengalaminya..walau hanya sekali atau dua kali.

Jadi, Jisung harus menerima tawaran itu—bukan secara terpaksa— lagipula sebentar lagi ia akan naik ke kelas 12. Banyak ujian dan kegiatan sekolah akan ditangguhkan anak kelas 10 dan 11 yang baru. Tidak melulu Jisung yang harus melakukannya.

Itu melelahkan.. Jisung masih manusia biasa seperti yang lain. Bukan robot.

Kepalanya berulangkali tertunduk dan ia kembali mengangkat nya.

Kaki kakinya yang panjang terus membawa tubuh kurus nan tinggi Jisung melewati bangunan bangunan di sekitarnya. Bangunan indah nan megah, tinggi bagai pencakar langit. Tapi tidak berarti di matanya.

Di sebuah persimpangan, Jisung berhenti. Ini dekat dengan rumah Doyoung. Hanya beberapa ratus meter lagi kalau ia berjalan kaki.

Bibirnya yang sedikit pucat itu berucap, "Lee Jisung, siswa Neo Senior High School yang kembali memenangkan olimpiade tingkat Nasional. Mengharumkan nama sekolahnya untuk kesekian kalinya. Mari kita ungkap sisi kehidupannya.."

Itu artikel berita yang ia lihat tadi. Ia menang...meraih peringkat pertama dalam olimpiade itu. Tentu saja media langsung membuat berita tentang dirinya, hidupnya dan semuanya. Mungkin ini yang membuat hyung nya tahu kalau dia mengikuti lomba untuk kesekian kali dalam hidupnya. Dan juga, mungkin ini alasan media selalu giat mencari informasi apapun tentang Jisung. Kehidupannya penuh misteri, masa lalu dan banyak hal. Siapa yang tidak ingin tahu alasan kenapa anak bungsu dari salah satu keluarga pembisnis di Korea itu, dibenci oleh keluarganya sendiri.

Kembali lagi pada nya.

Matanya beralih menatap gang sepi didepan nya. Gelap. Tak terjangkau sinar mentari di ufuk barat. Ada lampu sebagai penerang, namun begitu remang-remang, hingga rasanya lampu itu sama sekali tidak berguna disana.

Ia memasukkan ponselnya ke saku vest tanpa mematikan benda itu. Tangan kirinya menjangkau saku tas mengambil setangkai bunga mawar putih yang ia tanam dan petik sendiri.

Ia kembali melangkahkan kakinya maju. Berdiri tepat di mulut gang. Menatap lorong gelap itu setelah berusaha menyesuaikan cahaya disana dengan iris matanya.

Meletakkan bunga itu di sisi dinding gang, lalu menggenggam kedua tangannya. Meramal doa dalam hati dengan mata terpejam selama beberapa saat. Lalu, ia kembali membuka kedua matanya.

Little Boy♪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang