40. Mimpi Indahku

825 81 12
                                    

Jangan selesai
.

Di meja makan, ia menundukkan kepala diantara kedua tangan yang tertekuk. Hari ini terasa membosankan. Ia tidak punya hal lain yang bisa dilakukan. Tadi ia segera pulang setelah menikmati sore ditemani cahaya senja.

Sampai sebuah tangan mengelus rambutnya membuatnya mengangkat kepala dan melihat siapa yang ada di belakangnya.

Pandangan keduanya bertemu dan matanya membulat sempurna. "Bunda?"

Wanita itu tersenyum manis. "Apa Bunda mengganggu?" Dia berucap perlahan dengan suaranya yang lemah lembut. Suara paling menenangkan yang ia dengar sejauh ini.

Ia menggeleng cepat lalu menarik salah satu kursi di sebelah agar sang Bunda bisa duduk disana. Ia yakin sekali, Bundanya punya cerita yang menarik.

"Perlu sesuatu, Bunda?" Ia bertanya terlebih dahulu. Berusaha membuka obrolan dengan baik.

Wajah yang cantik, manis, juga kulit putih dan sentuhan yang hangat. Ia seperti baru merasakannya. Ia ingin terus merasakan ini. Kehangatan. Senyuman itu. Senyuman yang berharga walau pertama kali ia melihatnya. Sedekat ini secara nyata.

Dia terkekeh pelan dengan pertanyaannya. Membuatnya termenung menanti maksud dari tawa juga senyuman yang dibuat disana. "Harusnya Bunda yang bertanya. Jisung Bunda perlu apa? Apa kau sudah membersihkan tubuhmu? Kau sudah makan?"

Ia sempat terdiam. Ia diisolasi. Benar-benar tak tahu harus apa.

Pandangan penuh harapan dan jawaban darinya tak hilang sekalipun ia diam cukup lama. Sampai mulutnya yang bakal ini berucap dengan polosnta, "Aku mau Bunda."

Lagi lagi adalah tawa yang ia dengar. Juga sapuan air mata kecil dari pelupuk matanya.

Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apakah ini lucu? Apa yang ia ucapkan adalah keseriusan. Atau memang tak sesuai dengan yang Bunda minta??

"Baik...Bunda sudah disini. Apa yang Jisung mau selanjutnya?" Bunda meletakkan kedua tangannya di meja. Menunggunya memberikan jawaban.

Ia memandangi Bunda dengan kebingungan. Ia tidak punya rencana. Ini terasa nyata. Bunda benar-benar duduk disampingnya, mengelus rambutnya dan mengulas senyuman indah bak bunga sakura mekar di musim semi.

Ia menggeleng tidak tahu. Ia benar-benar hanya ingin Bunda disini. Menemaninya walau bersama kesunyian.

Bersama wanita ini, sudah membuat hatinya merasakan kehangatan yang selama ini ia rasa hilang dari jangkauan.

Bunda tampak berpikir keras. Lalu menyarankan sesuatu yang menjadi tanda tanya untuknya.

"Bagaimana kalau nanti ikut Bunda pergi?" Wanita itu mengedipkan matanya berulang kali.

Seperti mengharapkan jawaban yang sesuai keinginannya. Ia bisa merasakan harapan yang tinggi.

Ia mengangguk setuju walau tak tahu apa dan dimana pergi yang Bunda maksud. Tapi selagi bersama sang Bunda, ia bahagia.

Tak henti-hentinya senyuman itu membuatnya kagum dan terdiam. Seolah sebuah perasaan menghipnotis dirinya, memintanya menetap sebentar dan diam melihat fenomena indah yang tak tahu akan ia dapatkan lagi atau tidak.

Little Boy♪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang