38. Kesudahan

736 91 31
                                    

Happy Reading 🔥

.
.

Sore hari menjadi waktu baik untuk orang-orang yang mempunyai kesibukan untuk beristirahat, seperti saat ini.

Namun, sore hari yang seharusnya menenangkan untuk seorang Kim Doyoung, kini menjadi cekam dan tegang akibat remaja laki-laki di depannya yang hadir tiba-tiba untuk meminta nya berhenti memberi obat.

"Apa maksud mu? Kau ingin tetap sakit, begitu??" Tanya Doyoung dengan nada yang lumayan tinggi. Sementara remaja itu hanya menatapnya dengan sendu diiringi sebuah senyuman tipis yang sebenarnya indah.

"Tidak bisa! Harus sembuh artinya harus! Kau bilang kau ingin masuk universitas di luar negeri, bukan? Kemana dirimu yang mengatakan semua itu padaku?" Doyoung semakin menatap tajam remaja yang duduk lemas di depannya.

Dia seolah tidak peduli dengan semua omelan yang ia tuturkan. Dia tetap tenang dengan senyuman yang sama. Membuatnya menjadi tidak tega memarahi remaja itu lebih lanjut.

"Hyung..." Dia memanggilnya pelan. Ia menenangkan diri sejenak, lalu perlahan tenang dan siap mendengarkan apa yang akan remaja ini katakan padanya.

"Cukup, hyung. Aku rasa ini cukup. Walaupun aku masih sering mimisan atau sakit, aku merasa semua yang kau lakukan padaku sudah cukup." Masih dengan senyuman yang sama, remaja itu menyelesaikan kalimat.

Ia bingung harus bagaimana. Ia punya janji, tapi orang di depannya meminta berhenti.

Ia diam terpaku. Tak ada kata kata yang bisa ia keluarkan untuk menyanggah. Raut wajah menenangkan itu membuatnya beku. Ia benar benar kacau.

"Kalau begitu aku pamit, ya, hyung" Dia berdiri dari duduknya. Dia bilang tak mau membuatnya Ayah nya marah karena ia tak ada dirumah saat dia pulang.

Dia keluar dari ruangannya dengan langkah santai namun lebar. Lalu berbalik sebentar memberikan senyuman kepadanya sebelum menutup pintu rapat-rapat.

Ia masih menatap lekat ke arah pintu. Mengartikan maksud dari kata kata lembut yang diutarakan remaja itu padanya. Berhenti

Menyakitkan.

"Paman, sepertinya sejak Paman kembali, rival paman semakin ganas. Aku mendengar kalau Soh Company akan memperketat izin perusahaan. Supaya orang orang dibawah naungan paman tidak bisa masuk ke sana." Taeyong yang kebetulan ada di kantor segera memberitahukan hal ini pada sang paman.

Walaupun, Pamannya tidak menanggapi dengan serius, ia merasa perlu.

"Bagaimana menurut paman?" Ia menolehkan kepala, sekarang dirinya memandang sang paman yang nampak cuek-cuek saja dengan apa yang ia katakan. Seolah itu tidak benar-benar penting untuknya. Padahal ini bisa menjadi celah untuk lawan menghancurkan usaha yang sudah pamannya bangun.

"Biarkan saja. Paman tidak peduli. Terlalu banyak orang jahat untuk Paman urus. Paman disini untuk menenangkan diri dan mencoba membangun reputasi paman yang sempat redup." Jelas Jong Suk tanpa memandang Taeyong, sekalipun tau topik ini lumayan serius.

Matahari terus menjorok ke arah barat, tapi itu seolah tidak mengusik Jong Suk yang sibuk di depan komputer. Entah melihat apa, tapi tatapannya menggambarkan sendu yang bersarang, begitulah yang Taeyong lihat.

Little Boy♪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang