01

229 9 0
                                    

Seorang anak lelaki terjatuh karena dorongan temannya. Dia menatap orang itu dengan tatapan tajam dan datar miliknya. Merasa tidak ada gunanya melawan, toh mereka memang selalu mencari masalah dengan dirinya.

"Kenapa diam saja?"

"..."

"Dasar cemen, gak berani ya?" ejeknya lagi tapi tetap tidak di dengarkan.

"Heh kalau orang ngomong itu dengerin," kata anak lelaki itu menahan bahu anak yang di bullynya.

"Apa maumu?" tanya bocah itu tegas.

"Sombong banget sih, kamu kan gak punya ayah!"

"Aku punya!" teriaknya muak.

Kenapa? Kenapa semua orang selalu mengatakan itu padanya.

Memangnya sepenting apa ayah itu? Walau pernah tanya kepada ibunya, tapi tetap saja wanita itu terdiam atau mengalihkan pembicaraan. Ya, melihat itu membuatnya merasa lelah bertanya.

Lagipula memang punya ayah sepenting itu ya?

Memangnya dirinya mau ada dalam keadaan seperti ini?

"Jangan boong, kamu gak pernah bareng ayah kamu. Selalu ibu, terus juga pas di tanya pekerjaannya apa sama ibu guru kamu bilang gak tau kan?!"

"Aku gak boong ya!"

"Terus dimana Ayah kamu?" tanyanya.

Dia terdiam.

"Yah gak bisa jawab kan? Oy lihat ini ada anak yang gak punya ayah!" teriaknya membuat semua anak-anak yang tadinya lagi main datang.

Mereka tertawa dan berkata sama, "gak punya ayah!" dengan nada yang seakan-akan perkataan itu sebuah mainan bagi mereka.

Anak lelaki yang merasa terpojok menggenggam lengannya kesal.

"Diammm!" teriaknya.

Heningg...

Dia segera pergi dari sana meninggalkan mereka yang terdiam menatapnya. Dasar orang-orang menyebalkan, mereka bukanlah temannya. Saat ada baiknya saja mereka mengajaknya, tapi saat anak lelaki yang selalu mengejeknya itu datang.

Mereka malah akan ikut mengejeknya. Sudah cukup, dia tidak mau lagi berteman dengan mereka!

"Gitu aja ngambek, dasar cengeng!" teriak anak yang membullynya.

Saat pulang sekolah, ibu dari anak yang di bully itu menatap anaknya heran. Biasanya anak lelakinya itu selalu semangat dan memberikan salam ke beberapa teman atau gurunya yang dia jumpai di depan gerbang. Atau mungkin saja karena pulangnya sore jadi anaknya tidak mengenal anak lain yang masih berada di sekolah.

"Mom!" teriaknya tersenyum.

Ah, ternyata hanya perasannya saja.

"Ayo sayang, kita pulang sekarang," ajaknya.

Anak lelaki itu mengangguk dan menggenggam tangan ibunya. Pendek sekali dirinya jika bersama ibunya, di kelas juga dia paling kecil dan pendek. Sepertinya dia harus banyak minum susu agar cepat tinggi dan bisa melawan teman-temannya jika mereka melakukan hal tadi.

"Anak Mom kok diam saja?" tanya Momnya.

Saat ini mereka sedang menunggu taxi atau semacam angkutan umum. Biasanya jika ini masih siang mereka akan jalan kaki saja sambil menikmati es kelapa muda, tapi karena ibunya menjemputnya sore jadi mereka harus bergegas pulang.

"Mom, sebenarnya apa itu ayah?"

"Ayah itu pasangannya Bunda, kamu sudah pernah bertanya itu kenapa bertanya lagi?"

PePaCaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang