18

49 1 0
                                    

"Sa ambilin minum!"

"Sebentar, matiin kompor dulu!"

.

.

.

"Sa mau mie," katanya.

Elsa mengucek matanya.

"Udah malem, yakin mau mie?"

"Laperrrr..."

.

.

.

"Sa sini duduk!" Daehan menepuk pahanya.

"Lo kan lagi ngerjain tugas, udah fokus aja sana."

"Sini!"

.

.

.

"Sa!"

"Hmm?"

"Mau nen!"

Elsa menoleh horror.

"Ihhh gila!"

Senyum lelaki itu pudar.

"Siapa yang gila?"

"Elo, tadi minta nenen!" lalu dia melindungi dadanya dengan tangan.

"Yang mau nen itu siapa? Gue mau susu yang ada di kulkas," katanya.

Muka Elsa memerah.

"Bohong, kemaren juga sama. Gue ambilin susu, elu malah bugilin gue!"

Daehan menaikan satu halisnya.

"Owh jadi elu mau gue bugilin lagi?"

Elsa semakin melotot. "Ih mulutnya ih!"

"Gue gak mau tau, lo harus bugil sekarang!"

"Enggak!"

"Owh lo udah gak mau nurut ya sama gue?"

"Kenapa juga gue harus nurut?"

"Karena lo salah!" dengan santai tangan Daehan menekan jidat Elsa.

Elsa mengaduh dan mengusap bekas toyoran Daehan.

"Gue salah apa emangnya sih?"

Daehan tersenyum, "Lo ngatain gue gila."

"Kapan?"

"Barusan."

Elsa yang mau membuka mulutnya menutup tidak jadi.

"Han maaf lah gue-"

Belum selesai Elsa bicara tubuh tinggi itu sudah menubruknya dan menjatuhkannya di kasur. Daehan yang menindih tubuh Elsa tersenyum mesum.

"WIB."

"Apaan WIB?"

"Waktunya Istri memBugil," jawabnya.

Elsa berteriak memberontak tidak mau, ya walau akhirnya keinginan suaminya itu tetap tercapai.

@@@

Elsa menghela nafas, begitulah kesehariannya sejak kembali dari kampung kemarin. Tidak ada yang berubah, malah menambah. Daehan yang sudah dirancang mesum itu semakin terlihat mesum saja.

Jadi beban Elsa bertambah sekarang, bukan hanya menjadi babu dari Pangeran Kampus. Dia juga menjadi mainan Daehan, tubuhnya itu sudah merasa tidak asing lagi dengan sentuhan Daehan bahkan sudah tidak menolak lagi.

Elsa menatap tugas Daehan yang ada di depannya.

Nah ini juga, Daehan sering kali memintanya menemani membuat tugas. Bukan hanya menemani, lelaki itu bahkan menyuruh Elsa duduk dipangkuannya. Jangan berpikir Elsa hanya jadi pajangan saja, di sela-sela jari lentiknya itu mengetik Daehan kadang menciuminya atau meremas dadanya.

PePaCaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang